Kamis, 07 Juli 2022

D20 KELOMPOK 3 (RUMAH SAKIT YANG ADAPTIF)

 

PAPER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

“Rumah Sakit Yang Adaptif”

Dosen Pengampu : Hj. Afriayana Amelia Nuriyadin, S.KM., M.Kes

 

 

KELOMPOK 3 :

1.     MUQARRAMA (202001191)

2.     ERMAWATI (202001152)

3.     SITI NURHAJRAWATI TAHIR S (202001178)

4.     SITTI HARTINA HERSA HUSAIN (202001179)

5.     CITRA MUSTIKA DARA (202001151)

6.     SERLI (202001177)

7.     NINI AFRIDAYANI (202001161)

8.     NIRMAWATI (202001162)

 

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/202


A.      PENGERTIAN RUMAH SAKIT YANG ADAPTIF

Rumah sakit yang adaptif adalah rumah sakit yang memantau, mengartikan, dan memahami perubahan perubahan lingkungan dan menunjukkan kesiagaannya (readiness) untuk mengubah visi, misi, tujuan, strategi, organisasi, dan sistem sistem yang diperlukan, guna menangkap peluang peluang secara maksimal.

Tidak semua rumah sakit mampu beradaptasi terhadap perubahan, karena terdapat sejumlah faktor penting yang memengaruhi kemampuannya beradaptasi, yaitu :

1.    Ukuran Organisasi

Rumah sakit yang organisasinya gemuk cenderung kurang adaptif dibanding yang organisasinya ramping. Mengubah arah suatu kapal induk tentu jauh lebih sulit ketimbang mengubah arah sebuah sampan atau kapal boat. Organisasi yang gemuk biasanya memiliki prosedur prosedur yang rumit untuk mengelola orang, dana, peralatan, dan lain-lain dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu banyak sekali pekerjaan harus dilakukan untuk mengubah arah organisasi.

2.    Besarnya Anggaran

Rumah sakit yang memiliki dana terbatas umumnya lebih lambat menyesuaikan diri ketimbang rumah sakit yang memiliki dana besar Mengubah organisasi rumah sakit memerlukan biaya. Yaitu untuk menyelenggarakan riset tentang perubahan yang dihadapi, melatih kembali para manajer dan karyawan, mempekerjakan ahli ahli yang dibutuhkan, membangun sistem-sistem internal perencanaan dan pengendalian, dan menginformasikan kepada publik tentang perubahan perubahan dalam organisasi rumah sakit.

3.    Kepemimpinan

Rumah sakit yang masih dipegang oleh pendiri-pendirinya atau oleh mereka yang masih merangkap tugas-tugas medis cenderung kurang adaptif dibanding yang sudah dipegang oleh manajer manajer profesional. Manajer profesional yang dimaksud adalah tenaga medis yang memiliki kecakapan manajerial dan bekerja penuh sebagai manajer. Pendiri atau mereka yang masih merangkap tugas medis cenderung mempertahankan status quo. Mungkin menganggap keadaan saat ini sudah cukup baik atau memiliki kepentingan kepentingan pribadi (vested interests).

4.    Hambatan-Hambatan

Rumah sakit yang terbelenggu oleh banyak aturan, kepentingan politis, dan hambatan-hambatan lain cenderung lebih sukar menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Banyak rumah sakit milik pemerintah yang harus mematuhi aturan-aturan tertentu yang kerapkali sudah kedaluwarsa.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan kemampuan rumah sakit untuk berubah menjadi berbeda- beda.

 

B.       RESPONS TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN

Walaupun saat ini sebuah rumah sakit telah sesuai dengan lingkungannya, kemungkinan berubahnya lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup rumah sakit tersebut. Keadaan lingkungan sebuah rumah sakit berperan sama, bahkan mungkin lebih, dibanding kepemimpinan, dalam menentukan keberlangsungan hidup rumah sakit tersebut (Pfeffer & Salancik, 1978). Padahal lingkungan itu berubah ubah berkisar antara stabil dan bergejolak.. Menurut FE. Emery dan EL. Trist, sebagaimana dikutip oleh Kotler (1985), dapat dibedakan adanya empat jenis lingkungan sebagai berikut :

1.    Stabil dan Tidak Berubah-Ubah

Sebuah rumah sakit sungguh beruntung jika berada dalam lingkungan yang stabil dan tidak berubah-ubah. Dalam hal ini, rumah sakit tersebut dapat memusatkan perhatiannya untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. Dalam lingkungan ini, perencanaan taktis lebih tepat dibanding perencanaan strategis.

2.    Stabil dengan Fluktuasi Kecil

Sejumlah rumah sakit berada dalam lingkungan yang stabil tetapi secara musiman atau dalam siklus tertentu terjadi fluktuasi. Dalam hal ini rumah sakit masih dapat menggunakan sistem sistem yang ada dengan hanya melakukan perubahan-perubahan kecil mengikuti perubahan lingkungan.

3.    Pelan – Pelan Berubah Dan Masih Dapat Diramal

Beberapa rumah sakit lain berada dalam lingkungan yang secara perlahan-lahan berubah menjadi lingkungan baru. Namun perubahan-perubahan tadı dapat diramal. Jika rumah sakit-rumah sakit tersebut dapat menyimak perubahan-perubahan yang terjadi maka mereka dapat secara dini merintis penyesuaian tujuan, strateg organisasi, dan sistem-sistem yang sesuai dengan lingkungan baru.

4.    Cepat Berubah Dan Sulit Diramal

Banyak rumah sakit berada dalam lingkungan yang penuh gejolak dan sukar diramal. Mengejutkan dan membingungkan kebijakan-kebijakan rumah sakit tanpa dinding (bospital without walls), rumah sakit swadana, rumah sakit perjan, askeskin, jamkesmas, DRG persaingan yang semakin ketat, harga bensin naik, harga barang barang lain membubung, krisis moneter, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya rumah sakit- rumah sakit itu membuat rencana strategis dan berpaham "lebih baik melakukan sesuatu yang tepat (efektif) ketimbang melakukan sesuatu secara cepat (efisien)" Sebab sesuatu yang dilakukan secara cepat belum tentu merupakan sesuatu yang tepat untuk kondisi lingkungan yang ada.

Maka, rumah sakit yang "keras kepala" atau "buta" sehingga mempertahankan bentuknya, sementara lingkungan di sekitarnya berubah, cepat atau lambat akan mengalami musibah Jadi, seperti dinosaurus yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah sehingga akhirnya punah.

Sesungguhnya tidak banyak rumah sakit yang pasif Sebagian besar rumah sakit mencoba merespons perubahan lingkungan. Hanya saja, respons mereka tidak selalu sesuai dan tepat waktu Rumah sakit yang demikian itu merespons perubahan atau tantangan lingkungannya dalam empat kemungkinan sebagai berikut :

1.    Menolak

Rumah sakit ini mengabaikan atau menolak bahwa perubahan sedang terjadi. Banyak rumah sakit menolak untuk mengakui bahwa klien/pasiennya tidak pernah bertambah (BOR-nya tetap) dan bahwa keadaan itu merupakan masalah. Mereka yakın bahwa mereka akan tetap hidup dengan keadaan seperti itu, sehingga tidak perlu melakukan antisipasi ke depan.

2.    Melawan

Rumah sakit ini mencoba melawan, menghambat, atau menghentikan perkembangan yang tidak disukainya. Misalnya dengan melakukan lobi lobi untuk mengubah peraturan perundang undangan yang baru diberlakukan.

3.    Mengubah

Rumah sakit ini mencoba memodifikasi ciri cirinya, sehingga tampak lebih menarik atau lebih efisien bagi lingkungan yang baru. Misalnya saja dengan melakukan melakukan kampanye tentang pentingnya menjaga kesehatan di hari tua. Tetapi rumah sakit itu tidak mengantisipasi populasi orang lanjut usia yang semakin besar dengan menyediakan pelayanan geriatri.

4.    Merelokasi

Rumah sakit ini mencoba bertahan dengan bentuknya saat ini, tetapi mengalihkan perhatiannya pada pelayanan yang dituntut oleh lingkungan Sementara itu, pelayanan yang sudah berjalan menjadi terabaikan. Misalnya rumah sakit memusatkan pelayanannya kepada orang miskin (karena ada askeskin) dan mengabaikan pelayanan kepada mereka yang mampu.

Dalam menghadapi lingkungan yang bergejolak, banyak rumah sakit juga mencoba melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap sumber daya. Hal ini dilakukan dalam upaya mereka bertahan menghadapi lingkungan yang bergejolak tersebut Pfeffer dan Salancık (1978) menyebut adanya tiga cara organisasi mempertahankan hidupnya, yaitu :

1.    Mengendalikan Sumber Daya Penting

Salah satu sumber daya penting bagi rumah sakit adalah perawat Dalam suasana persaingan antarrumah sakit yang semakin ketat, bajak membajak perawat yang bagus bisa saja terjadi. Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan tenaga perawat yang bagus, beberapa rumah sakit mendirikan dan mengelola sendiri pendidikan keperawatan. Perawat perawat yang dihasilkan dari diutamakan untuk digunakan oleh rumah sakit itu sendiri.

2.    Mengembangkan Kerja Sama

Sebuah rumah sakit dapat mengadakan kerja sama sakit-rumah sakit lain yang memiliki kepentingan serupa. Ker sama ini misalnya dalam rangka mendirikan dan menyelenggarak pendidikan keperawatan, membeli obat-obatan, rujukan pas dan lain-lain. Dengan kerja sama ini, mereka akan dapat menp diperolehnya sumber daya dengan mutu baik dan biaya efis secara berkesinambungan. Tidak jarang kerja sama ini bahk akhirnya melahirkan bisnis baru, seperti pendidikan perawat untuk memenuhi permintaan dan rumah sakit lain, dala negeri atau luar negeri.

3.    Mengubah Peraturan Dan Lingkungan Sosial

Walaupun secara umum lingkungan merupakan sesuatu di l kendali rumah sakit, tetapi rumah sakit dapat berupay memengaruhinya. Jadi sambil berupaya beradaptasi dengu lingkungan baru, rumah sakit juga berupaya mengubah lingkung tersebut - mengubah peraturan yang hendak diberlakukan peraturan/prosedur yang sudah berlaku, dan sanksi sanksi sosial -agar mendekati kehendak rumah sakit. Hal ini dilakukan denga lobi dan advokasi kepada pihak pihak yang berkaitan, sepen pemuka masyarakat, wakil- wakil rakyat, lembaga swada masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.

 

C.      PERENCANAAN STRATEGI

Perencanaan strategi adalah ideal jika sebuah rumah sakit hidup dalam suatu lingkunga yang ramah. Rumah sakit itu dapat menetapkan tujuan-tujuan yang tepat dan merumuskan strategi untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Rumah sakit itu juga dapat menyusun organisasi yang memungkinkan secan efektif dilaksanakannya strategi yang telah dirumuskan. Sistem-sistem seperti sistem informasi, perencanaan, dan pengendalian berfungs dengan baik, sehingga rumah sakit tersebut selalu berada dalam kondor yang benar. Keadaan ideal itu dapat digambarkan sebagai berikut :

Lingkungan

Rumah Sakit

Tujuan – Tujuan    ®       Strategi                ®       Struktur             ®       Sistem - Sistem

(Tahun 2010)                      (Tahun 2010)                 (Tahun 2010)                  (Tahun 2010)

Peluang – Peluang (tahun 2010)

 

 

 

 

 

 

 


 

 

Tetapi keadaan ini boleh dikatakan hampir tidak pernah dijumpai Masalah utamanya adalah bahwa berbagas komponen yang diperlukan tersebut pada umumnya berbeda dalam kecepatan berubah. Komponen yang paling cepat berubah adalah lingkungan. Faktor-faktor pengubahnya adalah inflasi, perkembangan penduduk, meningkatnya persaingan, berubahnya peraturan- peraturan pemerintah, berubahnya nilai-nilai dan perilaku masyarakat, dan kemajuan teknologi. Alvin Toffler (1981) menyebut lingkungan yang berubah cepat ini dengan istilah "masa depan yang mengejutkan" (future shock). Memang, dalam kenyataan laju perubahan lingkungan lebih cepat ketimbang kemampuan organisasi (termasuk rumah sakit) untuk mengikutinya. Akibatnya, sebagian besar rumah sakit tidak bisa optimal dalam penyesuaiannya terhadap lingkungan.

Rumah sakit yang beroperasi di dalam lingkungan dan peluang – peluang tahun 2010 ingin mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan pada tah 2001 Jelas, tujuan tujuan tersebut tidak lagi sesuai. Strateginya tid pernah diubah sejak dari ditetapkan pada tahun 2002. Sementara organisasinya juga belum pernah disesuaikan semenjak tahun 2000 Sedangkan sistem-sistem yang digunakan adalah yang dirumuskan tah 2003. Jadi, tampaknya rumah sakit itu hanya menangkap peluang- pelua yang sesuai dengan tujuan-tujuannya. Bukan menyimak seluruh peluang yang ada dan menyesuaikan tujuan-tujuan, strategi, organisasi, da Sistem-sistem terhadap lingkungan terkini.

Cara yang paling tepat untuk menghindarkan rumah sakit dan "ketertinggalan zaman" adalah dengan cara rumah sakit terseb memprediksi perkembangan lingkungan lima atau sepuluh tahun ke depan. Setelah itu ditetapkanlah tujuan-tujuan yang dapat mengantisipas peluang peluang yang diperhitungkan akan datang, strategi yang tepat, struktur organisasi yang sesuai, dan sistem-sistem yang diperlukan Kemudian, segeralah dilaksanakan langkah-langkah perubahan. Inilah urut urutan proses dalam apa yang dikenal sebagai perencanaan strategis (strategic planning).

Rumah sakit rumah sakit yang ingin mampu beradaptasi dengan lingkungan, banyak yang sudah tertarik terhadap perencanaan strategis strategis memang merupakan teon sistematik yang utamu dalam persoalan adaptasi terhadap lingkungan (Abell & Hammond, 1979) Perencanaan strategis adalah proses manajerial dalam rangka mengupayakan dan menjamin adanya kesesuaian strategis (strategic fu antara tujuan akhir (goals) dan peluang peluang yang ada di pasar yang sedang berubah.

Manajemen rumah sakit hendaknya menaruh perhatian terhadap adanya evolusi pasar (market evolution) dan kesesuaian strategis (strategic fit). Semu pasar perkembangan evolusioner yang ditandai dengan berubahnya kebutuhan kebutuhan konsumen, teknologi, pesaing, me dia-media, dan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit hendaknya dapat mengamati perubahan- perubahan ini dan mengenali persyarata apa saja yang diperlukan guna menjamin berlanjutnya keberhasilan & masa mendatang.

Langkah-langkah yang harus agar rumah sakit dapat bertahan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah adalah :

1.    Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan dilakukan dalam rangka mengenali kecenderungan kecenderungan besar yang terjadi dan pengaruhnya terhadap rumah sakit. Jika rumah sakit ingin beradaptasi, maka ia harus tahu keadaan seperti apa yang akan diikutinya. Sebuah tim internal dan atau konsultan eksternal harus ditugasi untuk meneliti lingkungan yang berubah. Untuk dapat melakukan analisis lingkungan, perlu dipahami tentang komponen-komponen lingkungan dan cara menganalisis komponen-komponen lingkungan tersebut.

Lingkungan rumah sakit terdiri atas banyak komponen. Menurut Tarpey, Donnelly dan Peter (1979) terdapat enam komponen lingkungan, yaitu :

a)    Lingkungan kooperatif, yaitu organisasi-organisasi dan individu-individu yang menaruh minat terhadap pencapaian visi dan misi rumah sakit bersangkutan. Termasuk di sini adalah klien atau pasien, rekanan atau pemasok, perantara (misalnya perusahaan asuransi), dan para pendukung (misalnya donor atau penyandang dana).

b)   Lingkungan kompetitif, yaitu rumah sakit rumah sakit lain dan pelayanan-pelayanan kesehatan lain yang berada dalam wilayah pelayanan rumah sakit bersangkutan. Mereka akan selalu berupaya untuk menarik pasar sasaran, termasuk yang telah menjadi klien atau pasien rumah sakit bersangkutan.

c)    Lingkungan ekonomi, yaitu keadaan ekonomi makro dan perubahan-perubahannya yang dapat memunculkan baik peluang peluang maupun hambatan hambatan. Termasuk di sini adalah inflasi, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan lain lain.

d)   Lingkungan sosial, yaitu kondisi sosial dan budaya, termasuk nilai nilai yang berlaku di masyarakat, norma-norma, tradisi, dan sikap-sikap.  Perubahan kondisi ini memang berjalan lambat, kerap kali berdampak cukup besar terhadap pelayanan rumah sakit. Dampak itu dapat bersifat positif, yaitu memberikan peluang dapat juga bersifat negatif, yaitu menimbulkan hambatan.

e)    Lingkungan politik, yaitu iklim politik secara umum, termasuk sikap-sikap dan reaksi-reaksi politis masyarakat, kelompok-kelompok, serta para wakil rakyat. Iklim politik ini pun dapat berdampak positif (peluang) atau negatif (hambatan).

f)    Lingkungan hukum, yaitu peraturan-perundang undangan, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Seperti halnya lingkungan yang lain, lingkungan ini pun dapat menciptakan peluang atau ancaman/hambatan.

Sedangkan menurut Kotler (1985), komponen-komponen utama dan lingkungan adalah :

a)    Lingkungan internal, terdiri atas publik internal dari rumah sakit, yaitu dewan pengawas atau dewan penyantun, direktur utama, para direktur, para pimpinan lain, para karyawan, dan para sukarelawan. Kebutuhan, keinginan, dan kepentingan mereka harus diperhatikan. Misalnya tentang ada tidaknya serikat karyawan atau kelompok kelompok informal lainnya.

b)   Lingkungan pasar, terdiri atas kelompok-kelompok dan organisasi organisasi lain yang berhubungan langsung dengan rumah sakit dalam rangka mencapai misi rumah sakit. Yang utama adalah klien atau pasien, rekanan pemasok, perantara (misalnya perusahaan asuransi), dan para pendukung (misalnya donor atau penyandang dana). Rumah sakit narus memantau kebutuhan, persepsi, pilihan, dan kepuasan mereka.

c)    Lingkungan publik, terdiri atas kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi lain yang memiliki minat dan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan rumah sakit. Termasuk di sini adalah masyarakat sekitar rumah sakit, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan lembaga-lembaga pembuat kebijakan/peraturan yang dapat memengaruhi kehidupan rumah sakit.

d)   Lingkungan kompetitif, terdiri atas segala sesuatu yang bersaing untuk menarik perhatian dan loyalitas konsumen rumah sakit. Kotler mengingatkan bahwa pada hakikatnya pesaing itu bukan hanya organisasi serupa (dalam hal ini rumah sakit lain), tetapi juga pesaing dalam bentuk lain. Oleh karena itu ia menyatakan adanya empat tahap pesaing. Keempat tahap pesaing itu adalah :

1)   Pesaing yang berupa kehendak, yaitu kehendak kehendak dari konsumen yang ingin dipuaskan oleh konsumen tersebut. Misalnya kehendak memeriksakan kehamilan ke rumah sakit akan bersaing dengan kehendak kehendak membayar uang sekolah anak, membeli keperluan sehari-hari, bertamasya, dan lain-lain.

2)   Pesaing yang berupa turunan dan kehendak, yaitu upaya upaya yang dilakukan konsumen untuk memuaskan kehendak tertentu. Jika ia memilih untuk memeriksakan kehamilannya, maka pergi ke rumah sakit akan bersaing dengan upaya-upaya lain seperti pergi ke klinik bersalin, pergi ke bidan di dekat rumah, dan lain-lain.

3)   Pesaing dalam bentuk pelayanan lain, yaitu pelayanan-pelayanan lain yang dapat memuaskan kehendak konsumen. Jika ia memilih untuk pergi ke rumah sakit, maka ia akan menghadapi pilihan pilihan rumah sakit pemerintah atau rumah sakit swasta.

4)   Pesaing dalam bentuk organisasi, yaitu organisasi-organisasi lain yang bergerak dalam pelayanan serupa. Jika ia memilih rumah sakit swasta, maka kemungkinan ia masih menghadapi banyak pilihan RS Cikini, Rumah Sakit Islam, Rumah Sakit Husada, Rumah Sakit Husni Thamrin, dan lain-lain.

e)    Lingkungan makro, terdiri atas kekuatan-kekuatan fundamental skala besar yang dapat menciptakan peluang dan juga ancaman bagi rumah sakit. Yang utama harus dipantau adalah kependudukan, ekonomi, teknologi, politik, dan sosial. Lingkungan ini merupakan lingkungan yang berada di luar kendali rumah sakit, sehingga rumah sakitlah yang harus beradaptasi dengan mereka.

 

2.    Analisa Sumber Daya

Setelah selesai dilakukan analisis terhadap lingkungan, rumah sakit haros melakukan analisis terhadap sumber daya dan kemampuannya. Tujuannya adalah untuk mengenali sumber daya yang dimiliki rumah sakit (kekuatan) dan yang tidak dimiliki (kelemahan). Premisnya adalah bahwa rumah sakit harus berupaya untuk mencapai tujuan, menangkap peluang, dan melaksanakan strategi yang sebanding dengan kekuatannya, dan menghindari tujuan, peluang, dan strategi di mana ia lemah. Jelasnya, dalam menimbang peluang peluang, rumah sakit harus mengabaikan peluang peluang di mana sumber daya yang diperlukan untuk mengelolanya tidak dimiliki. Sebaliknya, peluang-peluang di mana rumah sakit akan sangat mampu mengelolanya harus ditangkap.

Upaya mengevaluasi kekuatan dan kelemahan ini sebaiknya ndak dilandasi oleh persepsi sendin, tetapi mengundang persepsi dan publik publik utama (kry publics).

 

3.    Menetapkan Tujuan

Analisis lingkungan dan analisis sumber daya dilakukan guna memberikan latar belakang dan rangsangan bagi manajemen untuk memikirkan tentang apa yang ingin dicapai. Pada saat didirikannya, tentu sudah ditetapkan tujuan rumah sakit. Tetapi dengan adanya pertumbuhan rumah sakit dan telah dicapainya banyak hal serta perubahan lingkungan dan adanya tantangan-tantangan baru, manajemen harus melakukan tinjauan ulang terhadap tujuan rumah sakit. Tujuan itu harus dirumuskan kembali secara jelas.

Maksud dari dirumuskannya tujuan secara jelas adalah agar rumah sakit ndak terjerumus ke dalam situasi ketidakpastian di masa mendatang Selain itu juga agar rumah sakit dapat menetapkan apa yang seharusnya dilakukan, menyusun rencana yang efektif, menetapkan sasaran untuk setiap kegiatan, dan mengevaluasi hal hal yang telah dicapai. Dalam merumuskan tujuan baru terlebih dulu harus dilakukan tinjauan terhadap tujuan saat ini. Akan lebih baik lagi jika dilibatkan pula publik dan rumah sakit, khususnya para karyawan dan perwakilan klien/pasien, dalam penetapan tujuan.

 

4.    Merumuskan Strategi

Strategi perlu dirumuskan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan Jika suatu sasaran tidak ditemukan strategi untuk mencapainya, maka sasaran itu harus diubah atau dihapus. Sasaran dan strategi berinteraksi secara erat, sehingga perencana harus bergerak ma mundur (dari sasaran ke strategi dan sebaliknya) untuk mendapatkan pasangan sasaran dan strategi yang tepat.

Dalam rangka mendapatkan strategi yang layak, rumah sakit haru melakukan dua tahap kegiatan, yaitu (a) merumuskan strategi untuk pelayanan yang sudah ada saat ini, dan (b) merumuskan strateg pengembangan pelayanan baru. Merumuskan strategi untuk pelayanan yang sudah ada adalah mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap pelayanan pelayanan yang saat ini sudah ada Sedangkan merumuskan strategi pengembangan pelayanan baru adalah mengambil keputusan tentang pelayanan baru dan pasar-pasar baru yang layak dikembangkan.

 

5.      Menyusun Organisasi

Organisasi rumah sakit harus disusun sehingga memungkinkan rum sakit mencapai tujuan tujuannya dalam lingkungan yang bar Strukturnya, orang-orangnya, dan budaya kerjanya harus mendukun keberhasilan pelaksanaan strategi Jadi, bukan hanya struktur organisasinya yang diubah, tetapi mungkin juga perlu dilakuka penggantian orang-orang yang memegang posisi posisi kunci. Sela dan itu harus pula direncanakan dan dilaksanakan langkah-langkah untuk mengubah budaya kerja Misalnya melalui pelatihan pelatihan pengembangan nilai-nilai dan norma norma baru, dan lain lain.

 

6.    Mengembangkan Sistem – Sistem

Agar penyelenggaraan pelayanan pelayanan rumah sakit berjalan secara efektif, diperlukan informasi secara terus-menerus tentang klien/pasien, rekanan/pemasok, organisasi antara, pesaing, publik, dan faktor-faktor lingkungan lain seperti kependudukan, ekonomi, politik, teknologi, dan budaya. Informasi ini dapat diperoleh melalui analisis pemanfaatan rumah sakit, marketing intelligence, dan riset pemasaran  Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu, dan lengkap.

Agar informasi digunakan secara efektif, maka harus dihubungkan dengan sistem perencanaan yang moderen Artinya bukan sistem perencanaan tradisional yang hanya berdasarkan perkiraan, kemauan politik, atau hal-hal lain yang tidak rasional. Tetapi perencanaan yang berdasarkan fakta (evidence-based planning).

Rencana-rencana akan bermanfaat jika kemudian dilaksanakan dan dikendalikan. Tujuan dari pengendalian adalah untuk mengukur hal-hal yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan. Juga untuk melakukan perbaikan sebelum terlambat Perbaikan itu dapat berupa perubahan tujuan, perubahan rencana, atau perubahan kegiatan guna menyesuaikan dengan lingkungan.

 

D.      STRATEGI PEMASARAN

Untuk setiap pelayanan dan segmen pasarnya harus dikembangkan strategi pemasaran agar pelayanan itu berhasil. Strategi pemasaran merupakan strategi adaptif bagi pelayanan yang bersangkutan. Adapun komponen-komponen dari strategi pemasaran adalah :

1.    Pemilihan Pasar Sasaran

Langkah awal dalam menyiapkan strategi pemasaran adalah memahami pasar secara keseluruhan Pasar adalah semua orang yang memiliki perhatian, baik secara nyata atau potensial, terhadap suatu pelayanan dan memiliki kemampuan membayar Jadi, pasar pertolongan persalinan adalah semua ibu hamil yang secara nyata atau potensial memiliki minat pertolongan persalinan di rumah sakit dan mampu membayar pelayanan tersebut. Dalam satu wilayah (misalnya Jakarta) tentu banyak sekali ibu-ibu yang demikian. Sebuah rumah sakit (misalnya yang ada di Cipinang) hanya membutuhkan sebagian saja dari ibu ibu itu (yaitu yang berdomisili di wilayah Cipinang dan sekitarnya) untuk memanfaatkan pelayanannya (sebagai pasar).

 

2.    Memosisikan Secara Kompetitif

Setelah selesai dengan pemilihan pasar sasaran, rumah sakit harus memosisikan secara kompetitif pelayanan yang ditawarkannya untuk menghadapi rumah sakit rumah sakit lain di wilayah yang sama (misalnya Cipinang dan sekitarnya). Memosisikan secara kompetitif adalah set mengembangkan dan mengomunikasikan perbedaan-perbedaa bermakna dari suatu pelayanan dengan pelayanan pesaing yang melayan pasar sasaran yang sama.

Kunci keberhasilan dalam upaya memosisikan suatu pelayanan adalah kemampuan mengenali atribut-atribut utama yang digunakan oleh pas sasaran dalam menilai pelayanan yang bersangkutan. Misalnya, dala memandang pelayanan pertolongan persalinan, ibu-ibu menggunaka atribut utama kualitas dan keramah-tamahan. Maka untuk mendap posisi yang baik di hati pasar sasaran, rumah sakit harus dapa menyediakan pelayanan pertolongan persalinan yang, menurut perse ibu-ibu, berkualitas tinggi dan penuh dan penuh keramahtamahan.

 

3.    Mengembangkan Bauran Pemasaran

Tahap berikutnya dalam strategi pemasaran adalah mengembangkan bauran pemasaran dan menghitung besarnya biaya pemasaran yang dapat mendukung rumah sakit untuk bersaing di pasar sasarannya. Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah kombinası atau ramuan tertentu dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan, yang digunakan oleh rumah sakit untuk mencapai tujuannya di pasar sasaran.

Banyak vanabel yang harus dibaurkan, akan tetapi semuanya itu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu pelayanan sebagai produk rumah sakit, tarif/harga pelayanan, tempat penyelenggaraan pelayanan, dan promosi pelayanan Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah 4 P, yaitu Product, Price, Place Promotion.

 

POSTER PROGRAM KESEHATAN

 

NAMA : CITRA MUSTIKA DARA

NIM      : 202001151

KELAS : D20

JUDUL POSTER : KELOLA STRES

Stres adalah sebuah reaksi tubuh yang muncul saat kita dihadapkan pada situasi yang berbahaya, atau sesuatu yang nyata dan dirasakan. Dalam keadaan terancam, reaksi kimia dalam tubuh membuat seorang bertindak mencegah sesuatu yang akan terjadi. Reaksi ini lebih dikenal sebagai ‘fight or flight’ atau respons terhadap stres. Selama respons ini terjadi, detak jantung akan meningkat, napas juga bertambah, otot mengencang, dan tekanan darah naik. Ada banyak hal yang bisa memicu stres dan tidak semua orang yang mengalami stres, punya penyebab yang sama. Sebab, respon setiap orang terhadap suatu hal bisa berbeda. Satu hal yang bisa membuat seseorang tertekan, belum tentu akan membuat orang lain merasa stres, begitu pun sebaliknya.

Kesehatan mental adalah ketika seseorang merasa sejahtera, baik secara psikologis, batin, ataupun sosial. Dengan kata lain, seseorang yang sudah mencapai aktualisasi diri dapat dikatakan sehat secara mental. Pentingnya menjaga kesehatan mental karena kesehatan mental dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari individu. Jika kesehatan mental terganggu, emosinya menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik. Untuk itu, setiap individu wajib memahami pentingnya menjaga kesehatan mental.

Adapun cara mengatasi stres dan mempertahan kesehatan jiwa yaitu :

1.        Berpikir Positif

Pikiran positif adalah konsep yang sering dibicarakan, dan terkadang terasa sedikit klise. Tetapi manfaat pikiran positif ini terhadap fisik dan mental telah dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah. Pola pikir positif dapat membuat Anda lebih percaya diri, memperbaiki suasana hati, dan bahkan mengurangi kemungkinan berkembangnya kondisi seperti hipertensi, depresi, dan gangguan terkait stres lainnya.

Berpikir positif bukan berarti anda mengabaikan situasi hidup yang tidak menyenangkan. Berpikir positif adalah dapat ditunjukkan ketika anda menghadapi ketidaknyamanan dengan cara yang lebih positif dan produktif. Pikiran positif akan menuntun Anda untuk memikirkan hal terbaik yang akan terjadi, bukannya yang terburuk.

Berpikir positif sering kali dimulai dengan self-talk. Self-talk adalah aliran pikiran tak terucap tanpa akhir yang mengalir di kepala Anda. Pikiran otomatis ini bisa positif atau negatif. Beberapa dari self-talk Anda berasal dari logika dan nalar. Self-talk lainnya mungkin timbul dari kesalahpahaman yang Anda buat karena kurangnya informasi.

2.        Jagalah Kesehatan Dengan Olahraga Atau Aktifitas Fisik Secara Teratur, Tidur Cukup, Dan Makan Bergizi Seimbang

Berolahraga secara teratur adalah salah satu cara menghilangkan stres yang paling ampuh. Sebab dengan aktivitas fisik, otak akan terpacu untuk memproduksi lebih banyak endorfin, yang merupakan hormon kebahagiaan dan menekan produksi hormon kortisol yang merupakan hormon stres.

3.        Meningkatkan Ibadah, Mendekatkan Diri Pada Tuhan

Segala sesuatu yang dialami adalah sebuah rencana Tuhan. Jadi, saat mendapatkan banyak masalah tentu saja itu semua adalah cobaan dari-Nya yang harus kita terima dengan ikhlas. Tuhan pun akan memberikan ujian yang pasti bisa kita hadapi dan akan menyiapkan pelajaran berharga di balik cobaan tersebut. Jadi, agar bisa lebih tenang dan terhindar dari stres, cobalah untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Pasti setelah curhat kepada Tuhan maka rasa gelisah dan beban pikiran pun bisa sedikit teratasi.

4.        Kembangkan Hobi Yang Bermanfaat

Hobi adalah kegiatan yang bisa menenangkan perasaan seseorang. Sedangkan ketika dilanda stres, banyak orang beralasan tidak punya waktu atau tenaga untuk melakukan hobinya. Padahal, orang yang sedang stres membutuhkan lebih banyak waktu untuk hobinya daripada orang biasa.

5.        Bicarakan Keluhan Dengan Seseorang Yang Dapat Dipercaya

Kalau kamu tipe orang yang tidak mudah cerita ke orang lain, ceritakan keluhan kamu ke orang yang benar-benar bisa dipercaya, apalagi jika cerita yang kamu sampaikan menyangkut rahasia. Temukan lingkungan pertemanan yang positif, dan kamu akan menemukan orang-orang yang bisa dipercaya.

Dukungan dari orang-orang terdekat bisa membantu Anda keluar dari masa-masa sulit, termasuk stres yang menumpuk. Berkumpul bersama orang yang disenangi akan membuat Anda merasakan sense of belonging atau perasaan tidak sendiri.


NAMA : ERMAWATI

NIM      : 202001152

KELAS : D20

JUDUL POSTER : REMAJA SEHAT BEBAS ANEMIA

Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal atau sedang mengalami penurunan. Untuk rematri dikatakan anemia apabila Hb < 12 gr/dl. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak untuk melakukan fungsinya.

Berikut yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya anemia yaitu:

1.        Konsumsi Tinggi Protein dan Kaya Zat Besi

Protein adalah molekul rumit yang membantu tubuh menjalankan fungsinya secara optimal. Protein dapat ditemukan dalam beberapa jenis makanan seperti daging sapi, daging ayam, kacang-kacangan, telur, ikan, dan udang. Zat besi adalah zat yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Jika kamu ingin mencegah anemia, sebaiknya perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti: Daging tanpa lemak, unggas, dan ikan.

2.        Komsumsi Sayur 3 Porsi dan Buah 2 Porsi Sehari

Ada beberapa jenis buah dan sayuran penambah darah yang baik untuk mengatasi anemia defisiensi besi, seperti bayam, jeruk, apel, kacang kedelai, brokoli dan lain-lain.

3.        Minum Tablet Tambah Darah 1 Minggu Sekali

Tablet tambah darah adalah salah satu cara untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan asupan zat besi terpenuhi.

4.        Minum Air Putih 2 Liter/Hari

Minum air putih di pagi hari akan membantu pembentukan sel-sel dalam tubuh. Hal ini dapat sangat berguna bagi penderita anemia.

5.        Rutin Aktivitas Fisik (Bersepeda, Jogging)

Saat olahraga, produksi hemoglobin akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen di seluruh tubuh. Artinya, dengan melakukan olahraga secara rutin agar hemoglobin dalam tubuh semakin banyak, seperti jogging dan bersepedah.

6.        Kurang Kafein (Teh, Kopi)

Kebiasaan minum kopi dan teh sesaat atau setelah mengonsumsi makanan dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit anemia atau kekurangan sel darah merah atau hemoglobin (Hb). Hal itu terjadi karena kandungan tanin di dalam kopi dan teh akan menghambat penyerapan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.

NAMA : NINI AFRIDAYANI

NIM      : 202001161

KELAS : D20

JUDUL POSTER : PROGRAM PELAYANAN IGD DI RUMAH SAKIT YANG ADAKTIF

Pelayanan IGD melayani pertolongan pertama pada kasus atau penyakit yang tergolong emergency yakni dengan melakukan diagnosis dan pengobatan langsung pada penyakit akut dan cedera yang memerlukan tindakan segera.

Ruang Lingkup Pelayanan IGD meliputi :

1.        Triage

Adalah pengelompokkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahannya, dengan menggunakan skala CTAS. CTAS adalah skala triage yang berasal dari Canada yang digunakan untuk standar RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusdo Makassar.

2.        Kasus True Emergency

Pasien dengan kasus true emergency yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya, yang terbagi atas :

a)      Pasien ResusitasiResusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis (Ghofar,2012).

b)      Pasien Gawat DaruratPasien gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

c)      Pasien Gawat Tidak DaruratPasien darurat tidak gawat adalah Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya, misal : luka sayat dangkal.

d)      Pasien tidak gawat tidak darurat Misalnya pasien TBC kulit.

3.        False Emergency

Pasien dengan false emergency adalah pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat.


NAMA : NIRMAWATI

NIM      : 202001162

KELAS : D20

JUDUL POSTER : 3 CARA MENJAGA KESEHATAN MENTAL SAAT PANDEMI COVID-19

Pandemi covid19 bisa membuat orang menderita secara fisik maupun mental. Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana individu menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya.

Ada 3 cara menjaga kesehatan mental di saat pandemi yaitu :

1.        Olahraga

Olahraga dikatakan memiliki banyak efek positif pada otak. Menjadikan olahraga sebagai kebiasaan yang teratur, nyatanya dapat menghilangkan stres sangat besar.

2.        Pijat

Pijat dapat membantu mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kelenturan, meningkatkan sirkulasi dan meredakan nyeri akibat cedera.

3.        Meditasi

Tujuan utama meditasi adalah menjernihkan dan membiarkan pikiran rileks. Meditasi terbukti menjadi salah satu cara paling efektif melawan masalah kesehatan mental.

 

NAMA : SERLI

NIM      : 202001177

KELAS : D20

JUDUL POSTER : PROGRAM PELAYANAN FISIOTERAPI DI RUMAH SAKIT ADAPTIF

Fisioterapi adalah suatu pelayanan yang diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan pasien. Ketika seseorang mengalami masalah kesehatan yang mengganggu fungsi motorik sehingga mempengaruhi aktivitas fisiknya, fisioterapi bisa memberikan solusi.

Teknik Fisioterapi

Fisioterapi terdiri dari beberapa teknik dan pendekatan yang berbeda. Pendekatan yang diambil bergantung pada kondisi spesifik setiap pasien. Berikut adalah beberapa metode yang dilakukan dalam fisioterapi :

1.        Pendidikan dan Saran

Metode yang pertama dilakukan adalah memberikan pendidikan dan saran pada pasien agar fisioterapi dapat berfokus pada menjaga tubuh secara keseluruhan, bukan hanya fokus pada bagian tubuh yang mengalami cedera. Fisioterapis dapat memberikan saran untuk menjaga pola hidup yang sehat yang akan berguna untuk penyembuhan.Selain itu, fisoterapis juga akan memberikan saran yang berkaitan dengan kondisi pasien untuk mencegah pasien melakukan berbagai hal justru dapat memperburuk kondisinya.

2.        Gerakan dan Latihan

Metode selanjutnya yang dapat dilakukan fisioterapis adalah memberikan rekomendasi gerakan tubuh yang dapat meningkatkan fungsi gerak Anda. Aktivitas yang disarankan merupakan aktivitas yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien seperti berjalan, berenang, atau terapi akuatik. Gerakan yang disarankan oleh fisioterapis harus merupakan gerakan yang aman dilakukan oleh pasien dan dapat dipastikan akan dapat memberikan manfaat dan bukan memperburuk kondisi pasien.

3.        Terapi Manual

Terapi manual merupakan metode fisioterapi di mana fisioterapis menggunakan tangannya untuk memijat secara langsung tubuh pasien. Terapi manual memiliki beberapa manfaat mulai dari meringankan rasa sakit, melemaskan otot dan sendi kaku, meningkatkan sirkulasi darah, membantu aliran cairan dalam tubuh lebih efisien, dan relaksasasi. Terapi manual juga bisa berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan cara meningkatkan kualitas tidur dan meredakan kecemasan. Fisioterapi dada dengan terapi manual juga dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pernapasan.

4.        Akupuntur

Akupuntur merupakan salah satu jenis pengobatan tradisional. Cara kerjanya adalah dengan mengaplikasikan jarum pada bagian tertentu ditubuh untuk menyembuhkan suatu penyakit. Akupuntur ternyata juga merupakan salah satu metode yang diterapkan dalam fisioterapi.

5.        Terapi Ultrasound

Metode fisioterapi selajutnya adalah terapi ultrasound. Terapi ultrasound mengandalkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk memperbaiki jaringan. Terapi ultrasound dapat memicu sirkulasi darah lebih lancar dan meningkatkan aktivitas sel. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit, meredakan gejala lainnya, dan mempercepat proses penyembuhan.

6.        Elektroterapi

Metode fisioterapi yang satu ini memiliki tujuan yang sama dengan metode lainnya. Pebedaannya adalah elektroterapi mengandalkan sebuah perangkat kecil untuk mengalirkan aur listrik pada bagian tubuh yang membutuhkan terapi. Terdapat beberapa jenis elektroterapi mulai dari Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS).

 

Jenis Fisioterapi

Fisioterapi terdiri dari berbagai macam jenis dan dibedakan oleh aspek yang berbeda-beda. Terdapat beberapa jenis fisoterapi yang dibedakan berdasarkan jenis gangguannya dan terdapat juga jenis fisoterapi yang dibedakan berbadasarkan sasaran pasien yang menjalaninya :

1.        Jenis Fisioterapi Dibedakan Dari Gangguannya

Pembagian jenis fisoterapi yang pertama dibedakan berdasarkan gangguan sistem tubuh yang mengalami gangguan. Berikut adalah jenis fisioterapi yang umum ditemukan berdasarkan gangguannya :

a)      Fisioterapi Neurologis

Fisoterapi neurologis adalah jenis fisoterapi yang berfokus pada gangguan neurologis. Fisioterapi neurologis dapat membantu beberapa kondisi seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, cerebral palsy, dan penyakit lainnya yang menyerang otak dan saraf. Pada penyakit neurologis kronis, terapi umumnya bukan untuk menyembuhkan, melainkan hanya untuk meringankan gejala dari penyakit

b)      Fisioterapi Ortopedi

Fisoterapi ortopedi juga dikenal dengan fisioterapi muskuloskeletal. Terapi jenis ini fokus untuk memulihkan fungsi sistem muskuloskeletal yang terdiri dari tulang, ligamen, tendon, dan juga sendi. Fisioterapi ortopedi tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kompenen skeletal bekerja dengan baik satu sama lain.

Setelah itu, terapi dilakukan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilisasi anggota tubuh, mengobati kerusakan jaringan lunak, dan memeriksa apakah komponen skeletal sudah selaras. Beberpa kondisi spesifik yang diatasi dengan terapi ini adalah seperti saking punggung, radang sendi, atau cedera akibat olahraga.

c)      Fisioterapi Kardiovaskular dan Pernapasan

Fisioterapi ini dilakukan sebagai pencegahan dan pemulihan dari penyakit atau cedera yang memberikan pengaruh pada dada, jantung, dan juga paru-paru. Beberapa jenis fisioterapi kardiovaskular dan pernapasan adalah meliputi fisioterapi dada, latihan teknik pernapasan, cara untuk mengelola sesak napas dan batuk, dan pemulihan jantung dan paru-paru.

Fisoterapi jenis ini dapat dijalani oleh pasien yang menderita gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis kronis, pneumonia, atau pasien yang telah menjalani operasi jantung atau paru. Pasien dengan kondisi seperti pernah mengalami serangan jantung atau mengalami kondisi lain seperti hipertensi yang dapat membahayakan jantung juga bisa melakukan fisioterapi jenis ini.

2.        Jenis Fisioterapi Berdasarkan Sasarannya

Selain berdasarkan gangguan sistem pada tubuh, jenis fisioterapi juga dibedakan berdasarkan pasien yang menjalaninya. Berikut adalah jenis fisoterapi berdasarkan sasaran pasien yang menjalaninya :

a)      Fisioterapi Anak

Fisioterapi anak atau paediatric physiotherapy merupakan jenis fisioterapi yang memiliki fokus pada bayi, anak-anak, hingga remaja yang mengalami gangguan tertentu dan membutuhkan terapi fisik. Beberapa kondisi yang membutuhkan fisioterapi jenis ini adalah seperti anak dengan cerebral palsy, down syndrome, gangguan perkembangan, ataupun yang mengalami cedera akut akibat berbagai sebab.

b)      Fisioterapi Kesehatan Wanita

Terdapat juga jenis fisioterapi yang berfokus pada kesehatan wanita. Fisoterapi jenis ini umumnya berkaitan dengan sistem reproduksi wanita. Beberapa jenis fisoterapi untuk kesehatan wanita adalah seperti perawatan prenatal, perawatan pascanatal, hingga fisioterapi yang berkaitan dengan infertilitas.

c)      Fisioterapi Geriatri

Fisioterapi geriartri adalah fisoterapi yang berfokus pada kebutuhan lansia. Kondisi yang umum dialami oleh lansia adalah seperti menurunnya fungsi kognitif tubuh, gangguan keseimbangan tubuh, dan menurunnya fungsi tulang dan sendi.

NAMA : SITI NURHAJRAWATI TAHIR S

NIM      : 202001178

KELAS : D20

JUDUL POSTER : BUDAYA HIDUP SEHAT

Budaya Hidup Sehat itu adalah kebiasaan menjalankan pola hidup yang bermanfaat bagi tubuh. Beberapa pola hidup yang menjadi bagian budaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, selalu cek kesehatan bersekala, dan tentunya senantiasa menjaga kebersihan lingkungan maupun tubuh kita.

Adapun beberapa tips untuk Budaya Hidup Sehat yang bisa kita lakukan :

1.    Melakukan Aktivitas Fisik (Berolahraga)

Aktivitas fisik yang teratur mampu mengurangi lemak tubuh serta membangun massa otot dan meningkatkan metabolisme tubuh.

2.    Perbanyak Mengkonsumsi Sayuran dan Buah –Buahan

Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Serta mengandung serat yang tinggi.

3.     Tidak Merokok

Kenapa merokok sangat berpengaruh buruk pada tubuh kita? Karena rokok atau tembakau membawa beberapa efek buruk bagi tubuh, terutama yang disebabkan kandungan nikotin sehingga menyebabkan rokok menjadi sangat adiktif.

4.     Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol secara berlebihan mampu melemahkan otot-otot jantung. Akibatnya, aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Kondisi ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti sesak napas, detak jantung tidak teratur (aritmia), kelelahan, batuk berkepanjangan, bahkan hipertensi, stroke, dan serangan jantung..

5.    Periksa Kesehatan Tubuh Berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

6.    Menjaga Kebersihan Lingkungan

Menjaga kebersihan lingkungan sama artinya menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari kotoran, seperti debu, sampahdan bau yang tidak sedap. Dengan lingkungan yang sehat, kita tidak akan mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, malaria, muntaber dan lainnya.

 

 

 

 

NAMA : SITTI HARTINA HERSA HUSAIN

NIM      : 202001179

KELAS : D20

JUDUL POSTER : KESEHATAN IBU DAN ANAK

Program KIA adalah upaya bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Tujuan KIA adalah memberikan fasilitas tertentu pada berbagai bidang sesuai kebutuhan anak, untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam membuatkan akta kelahiran bagi anaknya, untuk memberikan jaminan kesejahteraan, perlindungan dan fasilitas bagi anak.

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Prinsip Pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :

1.        Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya

2.        Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga profesional secara berangsur

3.        Peningkatan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus

4.        Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya

Langkah Kementerian Kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak yaitu :

1.        Tenaga kesehatan diperbanyak di daerah terpencil yang memang jangkauan pelayanannya masih dirasa kurang

2.        Melengkapi sarana dan fasilitas kesehatan. Baik fasilitas kesehatan dasar atau rujukan

3.        Obat yang disediakan dalam satu kesatuan dengan sistem layanan kesehatan

4.        Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan

5.        Mengembangkan riset-riset operasional secara sederhana

NAMA : MUQARRAMA

NIM      : 202001191

KELAS : D20

JUDUL POSTER : MASKER DIBUKA, PROTOKOL TETAP TERJAGA

Dalam beberapa waktu terakhir, jumlah kasus konfirmasi COVID-19 baik global maupun nasional terus menurun. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus relatif stabil, masih di bawah kisaran 1000 kasus positif perhari.

Menyusul semakin membaiknya situasi pandemi, pemerintah mulai melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat sebagai transisi dari pandemi ke endemi.

Mengingat saat ini dunia belum sepenuhnya terbebas dari COVID-19, sehingga potensi penularan itu tetap ada. Sehingga ada beberapa aturan yang disampaikan oleh pemerintah tentang pelonggaran penggunaan masker untuk masyarakat diantaranya :

1.        Masker Hanya Boleh dibuka diruangan Terbuka atau Outdoor

Pemerintah melonggarkan kebijakan pemakaian masker untuk masyarakat yang sedang beraktivitas di luar ruangan. Masyarakat yang beraktivitas di outdoor sudah mulai diperbolehkan untuk tidak memakai masker dengan syarat tidak dalam keadaan padat aktivitas.

2.        Tetap Memakai Masker diruangan Tertutup

Berdasarkan pernyataan Presiden Jokowi, warga tetap wajib memakai masker saat kegiatan diruangan tertutup dan transportasi publik. Sementara itu, syarat perjalanan terbaru juga diberlakukan pemerintah bersamaan dengan pelonggaran penggunaan masker.

3.        Aturan Masker Untuk Masyarakat Dengan Kategori Khusus

Pelonggaran penggunaan masker sudah diterapkan untuk area terbuka. Tetapi, masyarakat yang termasuk kategori lansia, dan mempunyai penyakit komorbid tetap disarankan untuk menggunakan masker saat beraktivitas.

Demikian juga bagi masyarakat yang mengalami gejala batuk dan pilek, maka tetap harus menggunakan masker ketika melakukan aktivitas.

4.        “Kita perlu tetap melanjutkan upaya vaksinasi dan budaya hidup bersih dan sehat lainnya seperti protokol kesehatan, karena sejatinya pandemi belum resmi dinyatakan berakhir oleh WHO”

Meski sudah pelonggaran penggunaan masker, protokol kesehatan tetap terjaga yah teman-teman!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

D20 KELOMPOK 5 (KONSEP DASAR OUSKESMAS DAN AKREDITASI PUSKESMAS)

  PAPER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT “KONSEP DASAR PUSKESMAS DAN AKREDITASI PUSKESMAS” DOSEN PENGAMPUH : HJ. AFRIYANA AMELIA NURYADIN, S.KM....