PAPER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
“Rumah Sakit Yang Adaptif”
Dosen
Pengampu : Hj. Afriayana Amelia Nuriyadin,
S.KM., M.Kes
KELOMPOK 3
:
1.
MUQARRAMA
(202001191)
2.
ERMAWATI
(202001152)
3.
SITI
NURHAJRAWATI TAHIR S (202001178)
4.
SITTI HARTINA
HERSA HUSAIN (202001179)
5.
CITRA MUSTIKA
DARA (202001151)
6.
SERLI
(202001177)
7.
NINI
AFRIDAYANI (202001161)
8.
NIRMAWATI
(202001162)
PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
PELAMONIA MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/202
A.
PENGERTIAN RUMAH SAKIT YANG ADAPTIF
Rumah sakit yang adaptif
adalah rumah sakit yang memantau, mengartikan, dan memahami perubahan perubahan
lingkungan dan menunjukkan kesiagaannya (readiness) untuk mengubah visi, misi,
tujuan, strategi, organisasi, dan sistem sistem yang diperlukan, guna menangkap
peluang peluang secara maksimal.
Tidak semua rumah sakit
mampu beradaptasi terhadap perubahan, karena terdapat sejumlah faktor penting
yang memengaruhi kemampuannya beradaptasi, yaitu :
1. Ukuran
Organisasi
Rumah sakit yang
organisasinya gemuk cenderung kurang adaptif dibanding yang organisasinya
ramping. Mengubah arah suatu kapal induk tentu jauh lebih sulit ketimbang
mengubah arah sebuah sampan atau kapal boat. Organisasi yang gemuk biasanya
memiliki prosedur prosedur yang rumit untuk mengelola orang, dana, peralatan,
dan lain-lain dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu banyak sekali pekerjaan
harus dilakukan untuk mengubah arah organisasi.
2. Besarnya
Anggaran
Rumah sakit yang memiliki
dana terbatas umumnya lebih lambat menyesuaikan diri ketimbang rumah sakit yang
memiliki dana besar Mengubah organisasi rumah sakit memerlukan biaya. Yaitu untuk menyelenggarakan riset
tentang perubahan yang dihadapi, melatih kembali para manajer dan karyawan,
mempekerjakan ahli ahli yang dibutuhkan, membangun sistem-sistem internal
perencanaan dan pengendalian, dan menginformasikan kepada publik tentang
perubahan perubahan dalam organisasi rumah sakit.
3. Kepemimpinan
Rumah sakit yang masih
dipegang oleh pendiri-pendirinya atau oleh mereka yang masih merangkap
tugas-tugas medis cenderung kurang adaptif dibanding yang sudah dipegang oleh
manajer manajer profesional. Manajer profesional yang dimaksud adalah tenaga
medis yang memiliki kecakapan manajerial dan bekerja penuh sebagai manajer.
Pendiri atau mereka yang masih merangkap tugas medis cenderung mempertahankan
status quo. Mungkin menganggap keadaan saat ini sudah cukup baik atau memiliki
kepentingan kepentingan pribadi (vested interests).
4. Hambatan-Hambatan
Rumah sakit yang terbelenggu
oleh banyak aturan, kepentingan politis, dan hambatan-hambatan lain cenderung
lebih sukar menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Banyak rumah sakit milik pemerintah yang harus
mematuhi aturan-aturan tertentu yang kerapkali sudah kedaluwarsa.
Faktor-faktor tersebut
menyebabkan kemampuan rumah sakit untuk berubah menjadi berbeda- beda.
B.
RESPONS TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN
Walaupun saat ini sebuah rumah sakit telah sesuai dengan
lingkungannya, kemungkinan berubahnya lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup rumah sakit tersebut. Keadaan lingkungan sebuah rumah sakit
berperan sama, bahkan mungkin lebih, dibanding
kepemimpinan, dalam menentukan keberlangsungan hidup rumah sakit
tersebut (Pfeffer & Salancik, 1978).
Padahal lingkungan itu berubah ubah berkisar antara stabil dan bergejolak.. Menurut FE. Emery dan EL. Trist,
sebagaimana dikutip oleh Kotler (1985), dapat dibedakan adanya empat jenis lingkungan sebagai
berikut :
1.
Stabil dan
Tidak Berubah-Ubah
Sebuah rumah sakit
sungguh beruntung jika berada dalam lingkungan yang stabil dan tidak
berubah-ubah. Dalam hal ini, rumah sakit tersebut dapat memusatkan perhatiannya
untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. Dalam lingkungan ini,
perencanaan taktis lebih tepat dibanding perencanaan strategis.
2.
Stabil dengan Fluktuasi Kecil
Sejumlah rumah sakit berada dalam lingkungan yang stabil tetapi
secara musiman atau dalam siklus tertentu terjadi fluktuasi. Dalam hal
ini rumah sakit masih dapat menggunakan sistem sistem yang ada dengan
hanya melakukan perubahan-perubahan kecil mengikuti
perubahan lingkungan.
3. Pelan – Pelan
Berubah Dan Masih Dapat Diramal
Beberapa rumah sakit
lain berada dalam lingkungan yang secara perlahan-lahan berubah menjadi
lingkungan baru. Namun
perubahan-perubahan tadı dapat diramal. Jika rumah sakit-rumah
sakit tersebut dapat menyimak perubahan-perubahan yang terjadi maka mereka
dapat secara dini merintis penyesuaian tujuan, strateg organisasi, dan sistem-sistem
yang sesuai dengan lingkungan baru.
4. Cepat Berubah Dan Sulit Diramal
Banyak rumah sakit berada dalam lingkungan yang penuh
gejolak dan sukar diramal. Mengejutkan dan membingungkan kebijakan-kebijakan
rumah sakit tanpa dinding (bospital without walls), rumah sakit swadana, rumah
sakit perjan, askeskin, jamkesmas, DRG persaingan yang semakin ketat, harga
bensin naik, harga barang barang lain membubung, krisis moneter, dan
sebagainya. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya rumah sakit- rumah sakit itu
membuat rencana strategis dan berpaham "lebih baik melakukan sesuatu yang
tepat (efektif) ketimbang melakukan sesuatu secara cepat (efisien)" Sebab
sesuatu yang dilakukan secara cepat belum tentu merupakan sesuatu yang tepat
untuk kondisi lingkungan yang ada.
Maka, rumah sakit yang "keras
kepala" atau "buta" sehingga mempertahankan bentuknya, sementara lingkungan di sekitarnya berubah,
cepat atau lambat
akan mengalami musibah
Jadi, seperti dinosaurus
yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah sehingga akhirnya
punah.
Sesungguhnya tidak banyak rumah sakit
yang pasif Sebagian besar rumah sakit mencoba
merespons perubahan lingkungan. Hanya saja, respons
mereka tidak selalu
sesuai dan tepat waktu Rumah sakit yang demikian itu merespons perubahan
atau tantangan lingkungannya dalam empat
kemungkinan sebagai berikut :
1.
Menolak
Rumah sakit ini
mengabaikan atau menolak bahwa perubahan sedang terjadi. Banyak rumah sakit
menolak untuk mengakui bahwa klien/pasiennya tidak pernah bertambah (BOR-nya
tetap) dan bahwa keadaan itu merupakan masalah. Mereka yakın bahwa mereka akan
tetap hidup dengan keadaan seperti itu, sehingga tidak perlu melakukan
antisipasi ke depan.
2.
Melawan
Rumah sakit ini mencoba melawan, menghambat, atau menghentikan perkembangan yang tidak disukainya. Misalnya dengan melakukan
lobi lobi untuk mengubah peraturan perundang
undangan yang baru diberlakukan.
3.
Mengubah
Rumah sakit ini mencoba memodifikasi ciri cirinya, sehingga
tampak lebih menarik
atau lebih efisien
bagi lingkungan yang baru. Misalnya
saja dengan melakukan
melakukan kampanye tentang pentingnya menjaga kesehatan di hari tua. Tetapi rumah sakit itu tidak
mengantisipasi populasi orang
lanjut usia yang semakin besar dengan menyediakan pelayanan geriatri.
4.
Merelokasi
Rumah sakit ini mencoba bertahan dengan bentuknya saat ini, tetapi mengalihkan perhatiannya pada
pelayanan yang dituntut oleh lingkungan Sementara itu, pelayanan yang
sudah berjalan menjadi terabaikan. Misalnya
rumah sakit memusatkan pelayanannya kepada orang miskin (karena ada askeskin)
dan mengabaikan pelayanan
kepada mereka yang mampu.
Dalam menghadapi
lingkungan yang bergejolak, banyak rumah sakit juga mencoba melepaskan diri
dari ketergantungannya terhadap sumber daya. Hal ini dilakukan dalam upaya
mereka bertahan menghadapi lingkungan yang bergejolak tersebut Pfeffer dan
Salancık (1978) menyebut adanya tiga cara organisasi mempertahankan hidupnya,
yaitu :
1.
Mengendalikan
Sumber Daya Penting
Salah satu sumber daya
penting bagi rumah sakit adalah perawat Dalam suasana persaingan antarrumah
sakit yang semakin ketat, bajak membajak perawat yang bagus bisa saja terjadi.
Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan tenaga perawat yang bagus,
beberapa rumah sakit mendirikan dan mengelola sendiri pendidikan keperawatan.
Perawat – perawat yang dihasilkan dari
diutamakan untuk digunakan oleh rumah sakit itu sendiri.
2.
Mengembangkan
Kerja Sama
Sebuah rumah sakit dapat
mengadakan kerja sama sakit-rumah sakit lain yang memiliki kepentingan serupa.
Ker sama ini misalnya dalam rangka mendirikan dan menyelenggarak pendidikan
keperawatan, membeli obat-obatan, rujukan pas dan lain-lain. Dengan kerja sama
ini, mereka akan dapat menp diperolehnya sumber daya dengan mutu baik dan biaya
efis secara berkesinambungan. Tidak jarang kerja sama ini bahk akhirnya
melahirkan bisnis baru, seperti pendidikan perawat untuk memenuhi permintaan dan rumah sakit lain, dala negeri atau
luar negeri.
3.
Mengubah
Peraturan Dan Lingkungan Sosial
Walaupun secara umum
lingkungan merupakan sesuatu di l kendali rumah sakit, tetapi rumah sakit dapat
berupay memengaruhinya. Jadi sambil berupaya beradaptasi dengu lingkungan baru,
rumah sakit juga berupaya mengubah lingkung tersebut - mengubah peraturan yang
hendak diberlakukan peraturan/prosedur yang sudah berlaku, dan sanksi sanksi
sosial -agar mendekati kehendak rumah sakit. Hal ini dilakukan denga lobi dan
advokasi kepada pihak pihak yang berkaitan, sepen pemuka masyarakat, wakil- wakil
rakyat, lembaga swada masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.
C.
PERENCANAAN
STRATEGI
Perencanaan strategi adalah
ideal jika sebuah rumah sakit hidup dalam suatu lingkunga yang ramah. Rumah
sakit itu dapat menetapkan tujuan-tujuan yang tepat dan merumuskan strategi
untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Rumah sakit itu juga dapat menyusun
organisasi yang memungkinkan secan efektif dilaksanakannya strategi yang telah
dirumuskan. Sistem-sistem seperti sistem informasi, perencanaan, dan
pengendalian berfungs dengan baik, sehingga rumah sakit tersebut selalu berada
dalam kondor yang benar. Keadaan ideal itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Lingkungan Rumah Sakit Tujuan –
Tujuan ® Strategi ®
Struktur ®
Sistem - Sistem (Tahun 2010) (Tahun 2010) (Tahun 2010) (Tahun 2010) Peluang – Peluang (tahun 2010)
Tetapi keadaan ini boleh
dikatakan hampir tidak pernah dijumpai Masalah utamanya adalah bahwa berbagas
komponen yang diperlukan tersebut pada umumnya berbeda dalam kecepatan berubah.
Komponen yang paling cepat berubah adalah lingkungan. Faktor-faktor pengubahnya
adalah inflasi, perkembangan penduduk, meningkatnya persaingan, berubahnya
peraturan- peraturan pemerintah, berubahnya nilai-nilai dan perilaku
masyarakat, dan kemajuan teknologi. Alvin Toffler (1981) menyebut lingkungan
yang berubah cepat ini dengan istilah "masa depan yang mengejutkan"
(future shock). Memang, dalam kenyataan laju perubahan lingkungan lebih cepat
ketimbang kemampuan organisasi (termasuk rumah sakit) untuk mengikutinya.
Akibatnya, sebagian besar rumah sakit tidak bisa optimal dalam penyesuaiannya
terhadap lingkungan.
Rumah sakit yang
beroperasi di dalam lingkungan dan peluang – peluang tahun 2010 ingin mencapai
tujuan-tujuan yang dirumuskan pada tah 2001 Jelas, tujuan tujuan tersebut tidak
lagi sesuai. Strateginya tid pernah diubah sejak dari ditetapkan pada tahun
2002. Sementara organisasinya juga belum pernah disesuaikan semenjak tahun 2000
Sedangkan sistem-sistem yang digunakan adalah yang dirumuskan tah 2003. Jadi,
tampaknya rumah sakit itu hanya menangkap peluang- pelua yang sesuai dengan
tujuan-tujuannya. Bukan menyimak seluruh peluang yang ada dan menyesuaikan
tujuan-tujuan, strategi, organisasi, da Sistem-sistem terhadap lingkungan
terkini.
Cara yang paling tepat
untuk menghindarkan rumah sakit dan "ketertinggalan zaman" adalah
dengan cara rumah sakit terseb memprediksi perkembangan lingkungan lima atau
sepuluh tahun ke depan. Setelah itu ditetapkanlah tujuan-tujuan yang dapat
mengantisipas peluang peluang yang diperhitungkan akan datang, strategi yang
tepat, struktur organisasi yang sesuai, dan sistem-sistem yang diperlukan
Kemudian, segeralah dilaksanakan langkah-langkah perubahan. Inilah urut urutan
proses dalam apa yang dikenal sebagai perencanaan strategis (strategic
planning).
Rumah sakit rumah sakit
yang ingin mampu beradaptasi dengan lingkungan, banyak yang sudah tertarik
terhadap perencanaan strategis strategis memang merupakan teon sistematik yang
utamu dalam persoalan adaptasi terhadap lingkungan (Abell & Hammond, 1979)
Perencanaan strategis adalah proses manajerial dalam rangka mengupayakan dan
menjamin adanya kesesuaian strategis (strategic fu antara tujuan akhir (goals)
dan peluang peluang yang ada di pasar yang sedang berubah.
Manajemen rumah sakit
hendaknya menaruh perhatian terhadap adanya evolusi pasar (market evolution)
dan kesesuaian strategis (strategic fit). Semu pasar perkembangan evolusioner
yang ditandai dengan berubahnya kebutuhan kebutuhan konsumen, teknologi,
pesaing, me dia-media, dan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit hendaknya
dapat mengamati perubahan- perubahan ini dan mengenali persyarata apa saja yang
diperlukan guna menjamin berlanjutnya keberhasilan & masa mendatang.
Langkah-langkah yang harus
agar rumah sakit dapat bertahan dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah
adalah :
1. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan
dilakukan dalam rangka mengenali kecenderungan kecenderungan besar yang terjadi
dan pengaruhnya terhadap rumah sakit. Jika rumah sakit ingin beradaptasi, maka
ia harus tahu keadaan seperti apa yang akan diikutinya. Sebuah tim internal dan
atau konsultan eksternal harus ditugasi untuk meneliti lingkungan yang berubah.
Untuk dapat melakukan analisis lingkungan, perlu dipahami tentang komponen-komponen
lingkungan dan cara menganalisis komponen-komponen lingkungan tersebut.
Lingkungan rumah sakit
terdiri atas banyak komponen. Menurut Tarpey, Donnelly dan Peter (1979)
terdapat enam komponen lingkungan, yaitu :
a) Lingkungan
kooperatif, yaitu organisasi-organisasi dan individu-individu yang menaruh
minat terhadap pencapaian visi dan misi
rumah sakit bersangkutan. Termasuk di sini adalah klien atau pasien, rekanan
atau pemasok, perantara (misalnya perusahaan asuransi), dan para pendukung
(misalnya donor atau penyandang dana).
b) Lingkungan
kompetitif, yaitu rumah sakit rumah sakit lain dan pelayanan-pelayanan
kesehatan lain yang berada dalam wilayah pelayanan rumah sakit bersangkutan.
Mereka akan selalu berupaya untuk menarik pasar sasaran, termasuk yang telah
menjadi klien atau pasien rumah sakit bersangkutan.
c) Lingkungan
ekonomi, yaitu keadaan ekonomi makro dan perubahan-perubahannya yang dapat
memunculkan baik peluang peluang maupun hambatan hambatan. Termasuk di sini
adalah inflasi, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan lain lain.
d) Lingkungan
sosial, yaitu kondisi sosial dan budaya, termasuk nilai nilai yang berlaku di
masyarakat, norma-norma, tradisi, dan sikap-sikap. Perubahan kondisi ini memang berjalan lambat,
kerap kali berdampak cukup besar terhadap pelayanan rumah sakit. Dampak itu
dapat bersifat positif, yaitu memberikan peluang dapat juga bersifat negatif,
yaitu menimbulkan hambatan.
e) Lingkungan
politik, yaitu iklim politik secara umum, termasuk sikap-sikap dan
reaksi-reaksi politis masyarakat,
kelompok-kelompok,
serta para wakil rakyat. Iklim politik ini pun dapat berdampak positif
(peluang) atau negatif (hambatan).
f) Lingkungan
hukum, yaitu peraturan-perundang undangan, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Seperti
halnya lingkungan yang lain, lingkungan ini pun dapat menciptakan peluang atau
ancaman/hambatan.
Sedangkan
menurut Kotler (1985), komponen-komponen utama dan lingkungan adalah :
a)
Lingkungan internal, terdiri atas
publik internal dari rumah sakit, yaitu dewan pengawas atau dewan penyantun,
direktur utama, para direktur, para pimpinan lain, para karyawan, dan para
sukarelawan. Kebutuhan, keinginan, dan kepentingan mereka harus diperhatikan.
Misalnya tentang ada tidaknya serikat karyawan atau kelompok kelompok informal
lainnya.
b)
Lingkungan pasar, terdiri atas
kelompok-kelompok dan organisasi organisasi lain yang berhubungan langsung
dengan rumah sakit dalam rangka mencapai misi rumah sakit. Yang utama adalah
klien atau pasien, rekanan pemasok, perantara (misalnya perusahaan asuransi),
dan para pendukung (misalnya donor atau penyandang dana). Rumah sakit narus
memantau kebutuhan, persepsi, pilihan, dan kepuasan mereka.
c)
Lingkungan publik, terdiri atas
kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi lain yang memiliki minat dan
perhatian terhadap kegiatan-kegiatan rumah sakit. Termasuk di sini adalah
masyarakat sekitar rumah sakit, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat,
media massa, dan lembaga-lembaga pembuat kebijakan/peraturan yang dapat
memengaruhi kehidupan rumah sakit.
d)
Lingkungan kompetitif, terdiri atas
segala sesuatu yang bersaing untuk menarik perhatian dan loyalitas konsumen
rumah sakit. Kotler mengingatkan bahwa pada hakikatnya pesaing itu bukan hanya
organisasi serupa (dalam hal ini rumah sakit lain), tetapi juga pesaing dalam
bentuk lain. Oleh karena itu ia menyatakan adanya empat tahap pesaing. Keempat
tahap pesaing itu adalah :
1) Pesaing
yang berupa kehendak, yaitu kehendak kehendak dari konsumen yang ingin
dipuaskan oleh konsumen tersebut. Misalnya kehendak memeriksakan kehamilan ke
rumah sakit akan bersaing dengan kehendak kehendak membayar uang sekolah anak,
membeli keperluan sehari-hari, bertamasya, dan lain-lain.
2) Pesaing
yang berupa turunan dan kehendak, yaitu upaya upaya yang dilakukan konsumen
untuk memuaskan kehendak tertentu. Jika ia memilih untuk memeriksakan
kehamilannya, maka pergi ke rumah sakit akan bersaing dengan upaya-upaya lain
seperti pergi ke klinik bersalin, pergi ke bidan di dekat rumah, dan lain-lain.
3) Pesaing
dalam bentuk pelayanan lain, yaitu pelayanan-pelayanan lain yang dapat
memuaskan kehendak konsumen. Jika ia memilih untuk pergi ke rumah sakit, maka
ia akan menghadapi pilihan pilihan rumah sakit pemerintah atau rumah sakit
swasta.
4) Pesaing
dalam bentuk organisasi, yaitu organisasi-organisasi lain yang bergerak dalam
pelayanan serupa. Jika ia memilih rumah sakit swasta, maka kemungkinan ia masih
menghadapi banyak pilihan RS Cikini, Rumah Sakit Islam, Rumah Sakit Husada,
Rumah Sakit Husni Thamrin, dan lain-lain.
e)
Lingkungan makro, terdiri atas
kekuatan-kekuatan fundamental skala besar yang dapat menciptakan peluang dan
juga ancaman bagi rumah sakit. Yang utama harus dipantau adalah kependudukan,
ekonomi, teknologi, politik, dan sosial. Lingkungan ini merupakan lingkungan
yang berada di luar kendali rumah sakit, sehingga rumah sakitlah yang harus
beradaptasi dengan mereka.
2. Analisa Sumber Daya
Setelah selesai dilakukan
analisis terhadap lingkungan, rumah sakit haros melakukan analisis terhadap
sumber daya dan kemampuannya. Tujuannya adalah untuk mengenali sumber daya yang
dimiliki rumah sakit (kekuatan) dan yang tidak dimiliki (kelemahan). Premisnya
adalah bahwa rumah sakit harus berupaya untuk mencapai tujuan, menangkap
peluang, dan melaksanakan strategi yang sebanding dengan kekuatannya, dan
menghindari tujuan, peluang, dan strategi di mana ia lemah. Jelasnya, dalam
menimbang peluang peluang, rumah sakit harus mengabaikan peluang peluang di
mana sumber daya yang diperlukan untuk mengelolanya tidak dimiliki. Sebaliknya,
peluang-peluang di mana rumah sakit akan sangat mampu mengelolanya harus
ditangkap.
Upaya mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan ini sebaiknya ndak dilandasi oleh persepsi sendin, tetapi
mengundang persepsi dan publik publik utama (kry publics).
3. Menetapkan Tujuan
Analisis lingkungan dan
analisis sumber daya dilakukan guna memberikan latar belakang dan rangsangan
bagi manajemen untuk memikirkan tentang apa yang ingin dicapai. Pada saat
didirikannya, tentu sudah ditetapkan tujuan rumah sakit. Tetapi dengan adanya
pertumbuhan rumah sakit dan telah dicapainya banyak hal serta perubahan
lingkungan dan adanya tantangan-tantangan baru, manajemen harus melakukan
tinjauan ulang terhadap tujuan rumah sakit. Tujuan itu harus dirumuskan kembali
secara jelas.
Maksud dari dirumuskannya
tujuan secara jelas adalah agar rumah sakit ndak terjerumus ke dalam situasi
ketidakpastian di masa mendatang Selain itu juga agar rumah sakit dapat
menetapkan apa yang seharusnya dilakukan, menyusun rencana yang efektif,
menetapkan sasaran untuk setiap kegiatan, dan mengevaluasi hal hal yang telah
dicapai. Dalam merumuskan tujuan baru terlebih dulu harus dilakukan tinjauan
terhadap tujuan saat ini. Akan lebih baik lagi jika dilibatkan pula publik dan
rumah sakit, khususnya para karyawan dan perwakilan klien/pasien, dalam
penetapan tujuan.
4. Merumuskan Strategi
Strategi perlu dirumuskan
dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan Jika suatu sasaran tidak
ditemukan strategi untuk mencapainya, maka sasaran itu harus diubah atau
dihapus. Sasaran dan strategi berinteraksi secara erat, sehingga perencana
harus bergerak ma mundur (dari sasaran ke strategi dan sebaliknya) untuk
mendapatkan pasangan sasaran dan strategi yang tepat.
Dalam rangka mendapatkan
strategi yang layak, rumah sakit haru melakukan dua tahap kegiatan, yaitu (a)
merumuskan strategi untuk pelayanan yang sudah ada saat ini, dan (b) merumuskan
strateg pengembangan pelayanan baru. Merumuskan strategi untuk pelayanan yang
sudah ada adalah mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan terhadap
pelayanan pelayanan yang saat ini sudah ada Sedangkan merumuskan strategi
pengembangan pelayanan baru adalah mengambil keputusan tentang pelayanan baru
dan pasar-pasar baru yang layak dikembangkan.
5. Menyusun Organisasi
Organisasi rumah sakit harus
disusun sehingga memungkinkan rum sakit mencapai tujuan tujuannya dalam
lingkungan yang bar Strukturnya, orang-orangnya, dan budaya kerjanya harus
mendukun keberhasilan pelaksanaan strategi Jadi, bukan hanya struktur
organisasinya yang diubah, tetapi mungkin juga perlu dilakuka penggantian
orang-orang yang memegang posisi posisi kunci. Sela dan itu harus pula
direncanakan dan dilaksanakan langkah-langkah untuk mengubah budaya kerja
Misalnya melalui pelatihan pelatihan pengembangan nilai-nilai dan norma norma
baru, dan lain lain.
6. Mengembangkan Sistem – Sistem
Agar penyelenggaraan
pelayanan pelayanan rumah sakit berjalan secara efektif, diperlukan informasi
secara terus-menerus tentang klien/pasien, rekanan/pemasok, organisasi antara,
pesaing, publik, dan faktor-faktor lingkungan lain seperti kependudukan,
ekonomi, politik, teknologi, dan budaya. Informasi ini dapat diperoleh melalui
analisis pemanfaatan rumah sakit, marketing intelligence, dan riset
pemasaran Informasi tersebut harus
akurat, tepat waktu, dan lengkap.
Agar informasi digunakan
secara efektif, maka harus dihubungkan dengan sistem perencanaan yang moderen
Artinya bukan sistem perencanaan tradisional yang hanya berdasarkan perkiraan,
kemauan politik, atau hal-hal lain yang tidak rasional. Tetapi perencanaan yang
berdasarkan fakta (evidence-based planning).
Rencana-rencana akan
bermanfaat jika kemudian dilaksanakan dan dikendalikan. Tujuan dari
pengendalian adalah untuk mengukur hal-hal yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan. Juga untuk
melakukan perbaikan sebelum terlambat Perbaikan itu dapat berupa perubahan
tujuan, perubahan rencana, atau perubahan kegiatan guna menyesuaikan dengan
lingkungan.
D. STRATEGI
PEMASARAN
Untuk setiap pelayanan dan
segmen pasarnya harus dikembangkan strategi pemasaran agar pelayanan itu
berhasil. Strategi pemasaran merupakan strategi adaptif bagi pelayanan yang
bersangkutan. Adapun komponen-komponen dari strategi pemasaran adalah :
1.
Pemilihan
Pasar Sasaran
Langkah awal dalam
menyiapkan strategi pemasaran adalah memahami pasar secara keseluruhan Pasar
adalah semua orang yang memiliki perhatian, baik secara nyata atau potensial,
terhadap suatu pelayanan dan memiliki kemampuan membayar Jadi, pasar
pertolongan persalinan adalah semua ibu hamil yang secara nyata atau potensial
memiliki minat pertolongan persalinan di rumah sakit dan mampu membayar
pelayanan tersebut. Dalam satu wilayah (misalnya Jakarta) tentu banyak sekali
ibu-ibu yang demikian. Sebuah rumah sakit (misalnya yang ada di Cipinang) hanya
membutuhkan sebagian saja dari ibu ibu itu (yaitu yang berdomisili di wilayah
Cipinang dan sekitarnya) untuk memanfaatkan pelayanannya (sebagai pasar).
2.
Memosisikan
Secara Kompetitif
Setelah selesai dengan
pemilihan pasar sasaran, rumah sakit harus memosisikan secara kompetitif
pelayanan yang ditawarkannya untuk menghadapi rumah sakit rumah sakit lain di
wilayah yang sama (misalnya Cipinang dan sekitarnya). Memosisikan secara
kompetitif adalah set mengembangkan dan mengomunikasikan perbedaan-perbedaa
bermakna dari suatu pelayanan dengan pelayanan pesaing yang melayan pasar
sasaran yang sama.
Kunci keberhasilan dalam
upaya memosisikan suatu pelayanan adalah kemampuan mengenali atribut-atribut
utama yang digunakan oleh pas sasaran dalam menilai pelayanan yang
bersangkutan. Misalnya, dala memandang pelayanan pertolongan persalinan,
ibu-ibu menggunaka atribut utama kualitas dan keramah-tamahan. Maka untuk
mendap posisi yang baik di hati pasar sasaran, rumah sakit harus dapa
menyediakan pelayanan pertolongan persalinan yang, menurut perse ibu-ibu,
berkualitas tinggi dan penuh dan penuh keramahtamahan.
3.
Mengembangkan
Bauran Pemasaran
Tahap berikutnya dalam
strategi pemasaran adalah mengembangkan bauran pemasaran dan menghitung
besarnya biaya pemasaran yang dapat mendukung rumah sakit untuk bersaing di
pasar sasarannya. Yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah kombinası atau
ramuan tertentu dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan, yang
digunakan oleh rumah sakit untuk mencapai tujuannya di pasar sasaran.
Banyak vanabel yang harus
dibaurkan, akan tetapi semuanya itu dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok, yaitu pelayanan sebagai produk rumah sakit, tarif/harga pelayanan,
tempat penyelenggaraan pelayanan, dan promosi pelayanan Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah 4 P, yaitu Product, Price, Place Promotion.
POSTER PROGRAM KESEHATAN
NAMA : CITRA
MUSTIKA DARA
NIM :
202001151
KELAS : D20
JUDUL POSTER :
KELOLA STRES
Stres adalah sebuah reaksi tubuh yang muncul saat
kita dihadapkan pada situasi yang berbahaya, atau sesuatu yang nyata dan
dirasakan. Dalam keadaan terancam, reaksi kimia dalam tubuh membuat seorang
bertindak mencegah sesuatu yang akan terjadi. Reaksi ini lebih dikenal
sebagai ‘fight or flight’ atau
respons terhadap stres. Selama respons ini terjadi, detak jantung akan
meningkat, napas juga bertambah, otot mengencang, dan tekanan darah
naik. Ada banyak hal yang bisa memicu stres dan tidak semua orang yang
mengalami stres, punya penyebab yang sama. Sebab, respon setiap orang terhadap
suatu hal bisa berbeda. Satu hal yang bisa membuat seseorang tertekan, belum
tentu akan membuat orang lain merasa stres, begitu pun sebaliknya.
Kesehatan mental
adalah ketika seseorang merasa sejahtera, baik secara psikologis, batin, ataupun sosial.
Dengan kata lain, seseorang yang sudah mencapai aktualisasi diri dapat
dikatakan sehat secara mental. Pentingnya menjaga kesehatan mental karena kesehatan mental dapat memengaruhi
aktivitas sehari-hari individu. Jika kesehatan mental terganggu, emosinya
menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu
bersosialisasi dengan baik. Untuk itu, setiap individu wajib memahami pentingnya
menjaga kesehatan mental.
Adapun cara mengatasi stres dan mempertahan kesehatan jiwa yaitu :
1.
Berpikir Positif
Pikiran positif adalah
konsep yang sering dibicarakan, dan terkadang terasa sedikit klise. Tetapi
manfaat pikiran positif ini terhadap fisik dan mental telah dibuktikan oleh
berbagai penelitian ilmiah. Pola pikir positif dapat membuat Anda lebih percaya
diri, memperbaiki suasana hati, dan bahkan mengurangi kemungkinan berkembangnya
kondisi seperti hipertensi, depresi, dan gangguan terkait stres
lainnya.
Berpikir positif bukan
berarti anda mengabaikan situasi hidup yang tidak menyenangkan. Berpikir
positif adalah dapat ditunjukkan ketika anda menghadapi ketidaknyamanan dengan
cara yang lebih positif dan produktif. Pikiran positif akan menuntun Anda untuk
memikirkan hal terbaik yang akan terjadi, bukannya yang terburuk.
Berpikir positif sering
kali dimulai dengan self-talk. Self-talk adalah aliran pikiran tak terucap
tanpa akhir yang mengalir di kepala Anda. Pikiran otomatis ini bisa positif
atau negatif. Beberapa dari self-talk Anda berasal dari logika dan nalar.
Self-talk lainnya mungkin timbul dari kesalahpahaman yang Anda buat karena
kurangnya informasi.
2.
Jagalah Kesehatan Dengan Olahraga
Atau Aktifitas Fisik Secara Teratur, Tidur Cukup, Dan Makan Bergizi Seimbang
Berolahraga
secara teratur adalah salah satu cara menghilangkan stres yang paling ampuh.
Sebab dengan aktivitas fisik, otak akan terpacu untuk memproduksi lebih banyak endorfin, yang merupakan hormon kebahagiaan
dan menekan produksi hormon kortisol yang merupakan hormon stres.
3.
Meningkatkan Ibadah, Mendekatkan
Diri Pada Tuhan
Segala sesuatu yang
dialami adalah sebuah rencana Tuhan. Jadi, saat mendapatkan banyak masalah
tentu saja itu semua adalah cobaan dari-Nya yang harus kita terima dengan
ikhlas. Tuhan pun akan memberikan ujian yang pasti bisa kita hadapi dan akan
menyiapkan pelajaran berharga di balik cobaan tersebut. Jadi, agar bisa lebih
tenang dan terhindar dari stres, cobalah untuk beribadah dan mendekatkan diri
kepada-Nya. Pasti setelah curhat kepada Tuhan maka rasa gelisah dan beban pikiran
pun bisa sedikit teratasi.
4.
Kembangkan Hobi Yang Bermanfaat
Hobi adalah kegiatan
yang bisa menenangkan perasaan seseorang. Sedangkan ketika dilanda stres,
banyak orang beralasan tidak punya waktu atau tenaga untuk melakukan hobinya.
Padahal, orang yang sedang stres membutuhkan lebih banyak waktu untuk hobinya
daripada orang biasa.
5.
Bicarakan Keluhan Dengan Seseorang
Yang Dapat Dipercaya
Kalau
kamu tipe orang yang tidak mudah cerita ke orang lain, ceritakan keluhan kamu
ke orang yang benar-benar bisa dipercaya, apalagi jika cerita yang kamu
sampaikan menyangkut rahasia. Temukan lingkungan pertemanan yang positif, dan
kamu akan menemukan orang-orang yang bisa dipercaya.
Dukungan
dari orang-orang terdekat bisa membantu Anda keluar dari masa-masa sulit,
termasuk stres yang menumpuk. Berkumpul bersama orang yang disenangi akan
membuat Anda merasakan sense of belonging atau perasaan
tidak sendiri.
NAMA : ERMAWATI
NIM :
202001152
KELAS : D20
JUDUL POSTER :
REMAJA SEHAT BEBAS ANEMIA
Anemia merupakan kondisi
dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal atau sedang
mengalami penurunan. Untuk rematri dikatakan anemia apabila Hb < 12 gr/dl.
Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke
seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak untuk melakukan fungsinya.
Berikut yang dapat kita
lakukan untuk mencegah terjadinya anemia yaitu:
1.
Konsumsi Tinggi Protein dan Kaya
Zat Besi
Protein adalah molekul rumit
yang membantu tubuh menjalankan fungsinya secara optimal. Protein dapat
ditemukan dalam beberapa jenis makanan seperti daging sapi, daging ayam,
kacang-kacangan, telur, ikan, dan udang. Zat besi adalah zat yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin. Jika kamu ingin mencegah anemia, sebaiknya
perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti: Daging tanpa
lemak, unggas, dan ikan.
2.
Komsumsi Sayur 3 Porsi dan Buah 2
Porsi Sehari
Ada beberapa jenis buah dan
sayuran penambah darah yang baik untuk mengatasi anemia defisiensi besi,
seperti bayam, jeruk, apel, kacang kedelai, brokoli dan lain-lain.
3.
Minum Tablet Tambah Darah 1 Minggu
Sekali
Tablet tambah darah adalah salah satu cara untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dan asupan zat besi terpenuhi.
4.
Minum Air Putih 2 Liter/Hari
Minum air putih di pagi hari akan membantu
pembentukan sel-sel dalam tubuh. Hal ini dapat sangat berguna bagi
penderita anemia.
5.
Rutin Aktivitas Fisik (Bersepeda,
Jogging)
Saat olahraga, produksi hemoglobin akan
meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen di seluruh tubuh. Artinya, dengan
melakukan olahraga secara rutin agar hemoglobin dalam tubuh
semakin banyak, seperti jogging dan bersepedah.
6.
Kurang Kafein (Teh, Kopi)
Kebiasaan minum kopi dan teh sesaat atau setelah mengonsumsi
makanan dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit anemia atau kekurangan sel
darah merah atau hemoglobin (Hb). Hal itu terjadi karena kandungan tanin di
dalam kopi dan teh akan menghambat penyerapan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
NAMA : NINI
AFRIDAYANI
NIM :
202001161
KELAS : D20
JUDUL
POSTER : PROGRAM PELAYANAN IGD DI RUMAH SAKIT YANG ADAKTIF
Pelayanan IGD melayani
pertolongan pertama pada kasus atau penyakit yang tergolong emergency yakni
dengan melakukan diagnosis dan pengobatan langsung pada penyakit akut dan
cedera yang memerlukan tindakan segera.
Ruang Lingkup Pelayanan
IGD meliputi :
1.
Triage
Adalah pengelompokkan korban
yang berdasarkan atas berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan
penanganan atau pemindahannya, dengan menggunakan skala CTAS. CTAS adalah skala
triage yang berasal dari Canada yang digunakan untuk standar RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusdo Makassar.
2.
Kasus True Emergency
Pasien dengan kasus true
emergency yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya, yang terbagi atas :
a) Pasien
ResusitasiResusitasi adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung ke fungsi optimal guna
mencegah kematian biologis (Ghofar,2012).
b) Pasien
Gawat DaruratPasien gawat darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
c) Pasien
Gawat Tidak DaruratPasien darurat tidak gawat adalah Pasien akibat musibah yang
datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya, misal :
luka sayat dangkal.
d) Pasien
tidak gawat tidak darurat Misalnya pasien TBC kulit.
3.
False Emergency
Pasien dengan false emergency
adalah pasien dengan keadaan tidak gawat dan tidak darurat.
NAMA : NIRMAWATI
NIM :
202001162
KELAS : D20
JUDUL POSTER : 3 CARA MENJAGA KESEHATAN MENTAL
SAAT PANDEMI COVID-19
Pandemi covid19 bisa
membuat orang menderita secara fisik maupun mental. Kesehatan mental adalah
keadaan sejahtera di mana individu menyadari potensi yang dimilikinya, mampu
menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu
memberikan kontribusi bagi lingkungannya.
Ada 3 cara menjaga
kesehatan mental di saat pandemi yaitu :
1.
Olahraga
Olahraga dikatakan memiliki
banyak efek positif pada otak. Menjadikan olahraga sebagai kebiasaan yang
teratur, nyatanya dapat menghilangkan stres sangat besar.
2.
Pijat
Pijat dapat membantu
mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kelenturan, meningkatkan sirkulasi dan
meredakan nyeri akibat cedera.
3.
Meditasi
Tujuan utama meditasi adalah menjernihkan
dan membiarkan pikiran rileks. Meditasi terbukti menjadi salah satu cara paling
efektif melawan masalah kesehatan mental.
NAMA : SERLI
NIM :
202001177
KELAS : D20
JUDUL POSTER : PROGRAM PELAYANAN FISIOTERAPI DI
RUMAH SAKIT ADAPTIF
Fisioterapi adalah suatu
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, dan memulihkan kesehatan pasien. Ketika seseorang mengalami
masalah kesehatan yang mengganggu fungsi motorik sehingga mempengaruhi aktivitas
fisiknya, fisioterapi bisa memberikan solusi.
Teknik Fisioterapi
Fisioterapi terdiri dari
beberapa teknik dan pendekatan yang berbeda. Pendekatan yang diambil bergantung
pada kondisi spesifik setiap pasien. Berikut adalah beberapa metode yang dilakukan
dalam fisioterapi :
1.
Pendidikan dan Saran
Metode yang pertama
dilakukan adalah memberikan pendidikan dan saran pada pasien agar fisioterapi
dapat berfokus pada menjaga tubuh secara keseluruhan, bukan hanya fokus pada
bagian tubuh yang mengalami cedera. Fisioterapis dapat memberikan saran untuk
menjaga pola hidup yang sehat yang akan berguna untuk penyembuhan.Selain itu,
fisoterapis juga akan memberikan saran yang berkaitan dengan kondisi pasien
untuk mencegah pasien melakukan berbagai hal justru dapat memperburuk
kondisinya.
2.
Gerakan dan Latihan
Metode selanjutnya yang
dapat dilakukan fisioterapis adalah memberikan rekomendasi gerakan tubuh yang
dapat meningkatkan fungsi gerak Anda. Aktivitas yang disarankan merupakan
aktivitas yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien seperti berjalan, berenang,
atau terapi akuatik. Gerakan yang disarankan oleh fisioterapis harus merupakan
gerakan yang aman dilakukan oleh pasien dan dapat dipastikan akan dapat
memberikan manfaat dan bukan memperburuk kondisi pasien.
3.
Terapi Manual
Terapi manual merupakan
metode fisioterapi di mana fisioterapis menggunakan tangannya untuk memijat
secara langsung tubuh pasien. Terapi manual memiliki beberapa manfaat mulai
dari meringankan rasa sakit, melemaskan otot dan sendi kaku, meningkatkan
sirkulasi darah, membantu aliran cairan dalam tubuh lebih efisien, dan
relaksasasi. Terapi manual juga bisa berguna untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang dengan cara meningkatkan kualitas tidur dan meredakan kecemasan.
Fisioterapi dada dengan terapi manual juga dapat dilakukan untuk mengatasi
gangguan pernapasan.
4.
Akupuntur
Akupuntur merupakan salah
satu jenis pengobatan tradisional. Cara kerjanya adalah dengan mengaplikasikan
jarum pada bagian tertentu ditubuh untuk menyembuhkan suatu penyakit. Akupuntur
ternyata juga merupakan salah satu metode yang diterapkan dalam fisioterapi.
5.
Terapi Ultrasound
Metode fisioterapi
selajutnya adalah terapi ultrasound. Terapi ultrasound mengandalkan gelombang
suara dengan frekuensi tinggi untuk memperbaiki jaringan. Terapi ultrasound
dapat memicu sirkulasi darah lebih lancar dan meningkatkan aktivitas sel.
Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit, meredakan gejala lainnya, dan
mempercepat proses penyembuhan.
6.
Elektroterapi
Metode fisioterapi yang satu
ini memiliki tujuan yang sama dengan metode lainnya. Pebedaannya adalah
elektroterapi mengandalkan sebuah perangkat kecil untuk mengalirkan aur listrik
pada bagian tubuh yang membutuhkan terapi. Terdapat beberapa jenis
elektroterapi mulai dari Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan
Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS).
Jenis Fisioterapi
Fisioterapi terdiri dari
berbagai macam jenis dan dibedakan oleh aspek yang berbeda-beda. Terdapat
beberapa jenis fisoterapi yang dibedakan berdasarkan jenis gangguannya dan
terdapat juga jenis fisoterapi yang dibedakan berbadasarkan sasaran pasien yang
menjalaninya :
1.
Jenis Fisioterapi Dibedakan Dari
Gangguannya
Pembagian jenis fisoterapi
yang pertama dibedakan berdasarkan gangguan sistem tubuh yang mengalami
gangguan. Berikut adalah jenis fisioterapi yang umum ditemukan berdasarkan
gangguannya :
a) Fisioterapi
Neurologis
Fisoterapi neurologis adalah
jenis fisoterapi yang berfokus pada gangguan neurologis. Fisioterapi neurologis
dapat membantu beberapa kondisi seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, cerebral
palsy, dan penyakit lainnya yang menyerang otak dan saraf. Pada penyakit
neurologis kronis, terapi umumnya bukan untuk menyembuhkan, melainkan hanya
untuk meringankan gejala dari penyakit
b) Fisioterapi
Ortopedi
Fisoterapi ortopedi juga
dikenal dengan fisioterapi muskuloskeletal. Terapi jenis ini fokus untuk
memulihkan fungsi sistem muskuloskeletal yang terdiri dari tulang, ligamen,
tendon, dan juga sendi. Fisioterapi ortopedi tahap awal dilakukan untuk
mengetahui apakah kompenen skeletal bekerja dengan baik satu sama lain.
Setelah itu, terapi
dilakukan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilisasi anggota tubuh,
mengobati kerusakan jaringan lunak, dan memeriksa apakah komponen skeletal
sudah selaras. Beberpa kondisi spesifik yang diatasi dengan terapi ini adalah
seperti saking punggung, radang sendi, atau cedera akibat olahraga.
c) Fisioterapi
Kardiovaskular dan Pernapasan
Fisioterapi ini dilakukan
sebagai pencegahan dan pemulihan dari penyakit atau cedera yang memberikan
pengaruh pada dada, jantung, dan juga paru-paru. Beberapa jenis fisioterapi
kardiovaskular dan pernapasan adalah meliputi fisioterapi dada, latihan teknik
pernapasan, cara untuk mengelola sesak napas dan batuk, dan pemulihan jantung
dan paru-paru.
Fisoterapi jenis ini dapat
dijalani oleh pasien yang menderita gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis
kronis, pneumonia, atau pasien yang telah menjalani operasi jantung atau paru.
Pasien dengan kondisi seperti pernah mengalami serangan jantung atau mengalami
kondisi lain seperti hipertensi yang dapat membahayakan jantung juga bisa
melakukan fisioterapi jenis ini.
2.
Jenis Fisioterapi Berdasarkan
Sasarannya
Selain berdasarkan gangguan
sistem pada tubuh, jenis fisioterapi juga dibedakan berdasarkan pasien yang
menjalaninya. Berikut adalah jenis fisoterapi berdasarkan sasaran pasien yang
menjalaninya :
a) Fisioterapi
Anak
Fisioterapi anak atau
paediatric physiotherapy merupakan jenis fisioterapi yang memiliki fokus pada
bayi, anak-anak, hingga remaja yang mengalami gangguan tertentu dan membutuhkan
terapi fisik. Beberapa kondisi yang membutuhkan fisioterapi jenis ini adalah
seperti anak dengan cerebral palsy, down syndrome, gangguan perkembangan,
ataupun yang mengalami cedera akut akibat berbagai sebab.
b) Fisioterapi
Kesehatan Wanita
Terdapat juga jenis
fisioterapi yang berfokus pada kesehatan wanita. Fisoterapi jenis ini umumnya
berkaitan dengan sistem reproduksi wanita. Beberapa jenis fisoterapi untuk
kesehatan wanita adalah seperti perawatan prenatal, perawatan pascanatal,
hingga fisioterapi yang berkaitan dengan infertilitas.
c) Fisioterapi
Geriatri
Fisioterapi geriartri adalah
fisoterapi yang berfokus pada kebutuhan lansia. Kondisi yang umum dialami oleh
lansia adalah seperti menurunnya fungsi kognitif tubuh, gangguan keseimbangan
tubuh, dan menurunnya fungsi tulang dan sendi.
NAMA : SITI
NURHAJRAWATI TAHIR S
NIM :
202001178
KELAS : D20
JUDUL POSTER :
BUDAYA HIDUP SEHAT
Budaya
Hidup Sehat itu adalah kebiasaan menjalankan pola hidup yang bermanfaat bagi
tubuh. Beberapa pola hidup yang menjadi bagian budaya hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, selalu cek kesehatan bersekala, dan tentunya senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan maupun tubuh kita.
Adapun
beberapa tips untuk Budaya Hidup Sehat yang bisa kita lakukan :
1. Melakukan
Aktivitas Fisik (Berolahraga)
Aktivitas fisik yang teratur
mampu mengurangi lemak tubuh serta membangun massa otot dan meningkatkan
metabolisme tubuh.
2. Perbanyak
Mengkonsumsi Sayuran dan Buah –Buahan
Makan sayur dan buah setiap
hari sangat penting karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Serta mengandung serat yang tinggi.
3. Tidak Merokok
Kenapa merokok sangat
berpengaruh buruk pada tubuh kita? Karena rokok atau tembakau membawa beberapa
efek buruk bagi tubuh, terutama yang disebabkan kandungan nikotin sehingga
menyebabkan rokok menjadi sangat adiktif.
4. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol secara
berlebihan mampu melemahkan otot-otot jantung. Akibatnya, aliran darah ke
seluruh tubuh menjadi terganggu. Kondisi ini ditandai dengan sejumlah gejala,
seperti sesak napas, detak jantung tidak teratur (aritmia), kelelahan, batuk
berkepanjangan, bahkan hipertensi, stroke, dan serangan jantung..
5. Periksa
Kesehatan Tubuh Berkala
Pemeriksaan kesehatan
berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh
dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha
pencegahan.
6. Menjaga
Kebersihan Lingkungan
Menjaga kebersihan
lingkungan sama artinya menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari kotoran,
seperti debu, sampahdan bau yang tidak sedap. Dengan lingkungan yang sehat,
kita tidak akan mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah,
malaria, muntaber dan lainnya.
NAMA : SITTI
HARTINA HERSA HUSAIN
NIM :
202001179
KELAS : D20
JUDUL POSTER : KESEHATAN IBU DAN ANAK
Program KIA adalah upaya
bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Tujuan KIA adalah
memberikan fasilitas tertentu pada berbagai bidang sesuai kebutuhan anak, untuk
meningkatkan kesadaran orang tua dalam membuatkan akta kelahiran bagi anaknya,
untuk memberikan jaminan kesejahteraan, perlindungan dan fasilitas bagi anak.
Tujuan Program Kesehatan
Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan
anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Prinsip Pengelolaan
Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan
KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1.
Peningkatan pelayanan antenatal di
semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang
setinggi-tingginya
2.
Peningkatan pertolongan persalinan
yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga profesional
secara berangsur
3.
Peningkatan deteksi dini risiko
tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader
dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus
4.
Peningkatan pelayanan neonatal
(bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang
setinggi tingginya
Langkah Kementerian
Kesehatan dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak yaitu :
1.
Tenaga kesehatan diperbanyak di
daerah terpencil yang memang jangkauan pelayanannya masih dirasa kurang
2.
Melengkapi sarana dan fasilitas
kesehatan. Baik fasilitas kesehatan dasar atau rujukan
3.
Obat yang disediakan dalam satu
kesatuan dengan sistem layanan kesehatan
4.
Meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang kehamilan
5.
Mengembangkan riset-riset
operasional secara sederhana
NAMA :
MUQARRAMA
NIM :
202001191
KELAS : D20
JUDUL POSTER : MASKER DIBUKA, PROTOKOL TETAP
TERJAGA
Dalam
beberapa waktu terakhir, jumlah kasus konfirmasi COVID-19 baik global maupun
nasional terus menurun. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan,
jumlah kasus relatif stabil, masih di bawah kisaran 1000 kasus positif perhari.
Menyusul
semakin membaiknya situasi pandemi, pemerintah mulai melakukan pelonggaran
aktivitas masyarakat sebagai transisi dari pandemi ke endemi.
Mengingat
saat ini dunia belum sepenuhnya terbebas dari COVID-19, sehingga potensi
penularan itu tetap ada. Sehingga ada beberapa aturan yang disampaikan oleh
pemerintah tentang pelonggaran penggunaan masker untuk masyarakat diantaranya :
1.
Masker Hanya Boleh dibuka diruangan
Terbuka atau Outdoor
Pemerintah melonggarkan
kebijakan pemakaian masker untuk masyarakat yang sedang beraktivitas di luar
ruangan. Masyarakat yang beraktivitas di outdoor sudah mulai diperbolehkan
untuk tidak memakai masker dengan syarat tidak dalam keadaan padat aktivitas.
2.
Tetap Memakai Masker diruangan
Tertutup
Berdasarkan pernyataan Presiden Jokowi, warga tetap
wajib memakai masker saat kegiatan diruangan tertutup dan transportasi publik.
Sementara itu, syarat perjalanan terbaru juga diberlakukan pemerintah bersamaan
dengan pelonggaran penggunaan masker.
3.
Aturan Masker Untuk Masyarakat
Dengan Kategori Khusus
Pelonggaran penggunaan
masker sudah diterapkan untuk area terbuka. Tetapi, masyarakat yang termasuk
kategori lansia, dan mempunyai penyakit komorbid tetap disarankan untuk
menggunakan masker saat beraktivitas.
Demikian juga bagi
masyarakat yang mengalami gejala batuk dan pilek, maka tetap harus menggunakan
masker ketika melakukan aktivitas.
4.
“Kita perlu tetap melanjutkan upaya
vaksinasi dan budaya hidup bersih dan sehat lainnya seperti protokol kesehatan,
karena sejatinya pandemi belum resmi dinyatakan berakhir oleh WHO”
Meski
sudah pelonggaran penggunaan masker, protokol kesehatan tetap terjaga yah
teman-teman!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar