PAPER
“RUMAH SAKIT YANG
RESPONSIF”
DOSEN PENGAMPUH :
MASAHUDDIN,S.Kep.,M.Kep
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
(DUA)
1.
HAJRAH
202001116
2.
SRIWAHYUNI
202001142
3.
KHAIRUN
NISA AINUL KARIM 202001123
4.
ELVINA
AGUSTINA 202001110
5.
LUSI
RAHMAWATI TUBE 202001125
6.
SISKA
RAMDANI WARDANA 202001140
7.
NURFIFI
WAHYUNI ASRI 202001133
8.
FITRAWANTI
9.
DIAN
ATIKA MAHARANI 202001108
INSTITUT ILMU KESEHATAN
PELAMONIA
PRODI S-1 ADMINISTRASI
RUMAH SAKIT
2022/2023
RUMAH SAKIT YANG RESPONSIF
Rumah
sakit yang berorientasi pemsaran akan menjadi rumah sakit yang responsif. Yaitu
rumah sakit yang melakukan segala daya upaya untuk mengenali, melayani, dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan klien pasien dan publiknya dengan anggaran
yang tersedia. Dengan demikian, maka siapa pun yang berhubungan dengan rumah
sakit tersebut menyatakan puas. "Inilah satusatunya rumah sakit terbaik
yang pernah saya jumpai", kata seseorang. "Saya rasa rumah sakit
inilah rumah sakit terbaik, dokter-dokternya simpatik, perawat-perawatnya
ramah, ruang tunggunya besih, dan makanannya enak," kata yang lain. Orang
lain Ingi berkata: "Dokter rumah sakit ini luar biasa, dalam tiga hari
penyakit saya sembuh." Celotehan para klien pasien yang puas itu merupakan
iklan terbaik bagi rumah sakit tadi. Dari mulut ke mulut kabar baik tentang
rmah sakit akan tersiar ke mana-mana. Ya, inilah iklan termurah tetapi
berdampak luar biasa bagi rumah sakit tadi. Rumah sakit yang responsi akan
lebih melekat di hati dan pikiran konsumen ketimbang rumah sakit-rumah sakit
pesaingnya.
Sayangnya
tidak semua rumah sakit merupakan rumah
sakit yang responsif. Sebagian besar rumah sakit merupakan rumah sakit yang
tidak terlalu responsif. Jika kita
kelompokkan, Kiranya akan didapat empat kelompok rumah sakit dari segi
keresponsifannya sebagai berikut.
1.
Kelompok
pertama
Rumah
sakit yang memang berniat untuk tidak responsif terhadap klien/pasiennya. Rumah
sakit semacam ini biasanya adalah rumah sakit yang merasa tidak mendapat
dukungan dari pemiliknya, atau tidak mendapat apresiasi dari publiknya. Dapat
dikatakan inilah rumah sakit yang frustasi atau putus asa.
2.
Kelompok
kedua
Rumah
sakit yang tidak responsif karena mereka memang memilih untuk memusatkan
perhatiannya kepada aspek-aspe klain di luar kepuasan klien/pasien. Misalnya
saja, rumah sakit yang lebih mementingkan pengadaan peralatan-peralatan medis
yang canggih. Ini umumnya terjadi di rumah sakit yang lebih merasa tidak
memiliki pesaing. Dalam hal ini biasanya mereka beroprasi dan menghadapi klien
pasien secara birokratis.
3.
Kempok
ketiga
Rumah
sakit yang ingin responsif, tetapi kekurangan sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk memotivasi
karyawannya. Anggaran yang dimiliki mungkin tidak cukup untuk merekrut karyawan
baru atau melatih dan memotivasi karyawan-karyawan agar bekerja baik, serta
memantau kinerja mereka. Mungkin juga pihak manajemen tidak memiliki kemampuan
untuk memacu kinerja agar memberikan pelayanan yang baik atau untuk memecat
karyawan yang kinerjanya buruk.
4.
Kelompok
keempat
Rumah
sakit yang responsif. Rumah sakit yang seperti ini umumnya memliki misi yang
baik. Untuk melaksanakan misinya itu, rumah sakit berusaha menarik sumber daya
melalui tukar-menukar dengan berbagai publik. Dari pihak publik, respon yang di
dapat rumah sakit adalah citra (image) baik, sebagai imbalan atas upaya rumah
sakit memuaskan kebutuhan publik-publik tersebut.
A. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Kualitas pelayanan merupakan tipe
pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen atau pasien. Seperti
yang dikemukakan Nursalam bahwa tujuan kualitas pelayanan dalam keperawatan
adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar/keinginan pasien. Kualitas pelayanan dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan dasar. Tahap dasar pertama adalah
kriteria/standar yang harus ditetapkan. Tahap kedua yaitu mengumpulkan
informasi untuk menentukan apakah standar pelayanan sudah dapat dipenuhi.
Tahapan ketiga ialah pembelajaran dan koreksi jika terdapat standar yang tidak
dapat dilaksanakan.
Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
menurut Kodim berhubungan dengan pencapaian hak-hak pelayanan yang diharapkan
konsumen. Pelayanan dan kepuasan konsumen tergantung pada kemampuan dan
kepedulian penyedia jasa memenuhi harapan konsumen. Pekerjaan, penghasilan, dan
kekayaan merupakan indikator posisi sosial ekonomi yang membuat pasien
terdiskriminasi.
Salah satu strategi dalam mencapai kualitas
pelayanan Adalah Total Quality Management (TQM). TQM adalah suatu filosofi yang
dikembangkan oleh Deming. Ia menggambarkan tentang keberhasilan system
manajemen di Jepang dan telah diaplikasikan di pelayanan kesehatan Amerika dalam
mencari solusi dilema “yang terbaik dan yang terjelek”. TQM didasarkan pada
kemampuan individu dalam proses, pelayanan, hasil dan selalu merespon keluhan
pelanggan. Sebagaimana fungsinya yang berperan sebagai filosofi dalam
manajemen, TQM memerlukan suatu perubahan dalam budaya dan kinerja organisasi.
Top manager dan staf eksekutif adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
kualitas layanan dengan memperhatikan masukan dari pelanggan serta dalam
membuat sebuah keputusan selalu melibatkan staf yang ada. Oleh karena itu,
organisasi harus melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan sesuai dengan
tanggung jawabnya.
Suatu manajemen kualitas memerlukan
informasi yang akurat, nyata, aktual dan terpercaya. Dukungan tersebut dapat
berupa:
1.
Memonitor harapan dan kepuasan
pelanggan.
2.
Mengevaluasi kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas dan proses pelaksanaan.
3.
Membandingkan kinerja organisasi
sekarang dengan sebelumnya, dengan organisasi lainnya, dan dengan informasi
dari sumber/pustaka.
4.
Mengevaluasi biaya terhadap
pemakaian berbagai jenis teknologi dalam proses.
5.
Menganalisis penggunaan sarana
kepada pasien terhadap masalah khusus yang perlu perhatian serius.
6.
Meningkatkan kelancaran kegiatan
dalam organisasi.
7.
Mendukung pengambilan keputusan
klinik dan administrasi.
Terdapat lima ukuran atau dimensi yang
menentukan mutu jasa/pelayanan, dimensi mutu ini yang menjadi dasar untuk
mengukur kepuasan pelanggan antara lain sebagai berikut (Asmuji:2012) :
1.
Reliability (Keandalan)
Reliability (keandalan) yaitu sikap kerja
perawat pelaksana dalam hal kualitas pelayanan kesehatan yang dinilai
berdasarkan kemampuan perawat pelaksana untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara akurat, teliti, dan terpercaya. Reliability juga dapat
dilihat dari persepsi pasien yang dinilai berdasarkan kemampuan tenaga perawat
untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat, teliti, dan
dipercaya. Melakukan tindakan keperawatan secara benar serta tidak
membeda-bedakan pasien saat memberikan pelayanan. Hal-hal yang berkaitan dengan
reliability misalnya:
a.
Pelayanan pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan yang tepat dan cepat.
b.
Perawat terampil dalam memberikan
tindakan keperawatan.
c.
Jadwal pelayanan dijalankan secara
tepat.
d.
Prosedur pelayanan dijalankan secara
tepat.
2.
Responsiveness (daya tanggap)
Responsiveness (daya tanggap) yaitu
kemampuan perawat pelaksana untuk membantu klien atau menanggapi dan melakukan
sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan pasien, meliputi hal-hal berikut ini:
kepastian dalam memberikan informasi waktu pelayanan, kemampuan memberikan
pelayanan tepat dan cepat bagi yang membutuhkan, kesediaan dalam membantu klien
yang membutuhkan bantuan. Hal-hal yang berkaitan dengan responsiveness yaitu:
a.
Kemampuan perawat pelaksana untuk
tanggap menyelesaikan keluhan pasien.
b.
Perawat pelaksana memberikan
informasi yang jelas dan mudah dimengerti.
c.
Tindakan cepat perawat pelaksana
saat pasien membutuhkan.
3.
Assurance (Jaminan)
Assurance yaitu pengetahuan dan kesopanan
perawat pelaksana serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan yang meliputi: pengetahuan dan kemampuan medis menetapkan diagnosis,
keterampilan medis / paramedis dalam bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah,
jaminan kemanan, kepercayaan status sosial. Hal-hal yang berkaitan dengan
assurance misalnya:
a.
Pengetahuan dan kemampuan medis
menetapkan diagnosis.
b.
Keterampilan medis / paramedis
dalam bekerja.
c.
Pelayanan yang sopan dan ramah.
d.
Jaminan keamanan, kepercayaan, dan
status sosial.
4.
Empathy
Empati Merupakan kemampuan perawat
pelaksana untuk memahami dan memperhatikan kondisi psikologis klien, yang dalam
hal ini diperlukan upaya untuk memberikan kenyamanan pada pasien. Hal-hal yang
berkaitan dengan empathy, misalnya:
a.
Memberikan perhatian secara khusus
kepada pasien.
b.
Kepedulian perawat pelaksana
terhadap keluhan pasien.
c.
Pelayanan kepada semua pasien tanpa
memandang status sosial.
5.
Tangible (Bukti fisik)
Tangibles merupakan penampilan fasilitas
fisik, peralatan, personal, dan media komunikasi yang dapat dilihat langsung
oleh pasien yang meliputi: kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruangan,
penataan interior dan eksterior ruangan, kelengkapan, persiapan dan kebersihan.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, bukti fisik pelayanan yang dapat
terlihat salah satunya adalah sikap dan penampilan tenaga keperawatan itu sendiri,
apakah perawat mampu bersikap ramah kepada pasien, sopan santun, dan murah
hati. Hal-hal yang berkaitan dengan tangible misalnya:
a.
Kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruangan.
b.
Kelengkapan, persiapan dan
kebersihan alat.
c.
Penampilan dan kebersihan petugas.
B. Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan
derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam memiliki tugas,
diantaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan
kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada
pelayanan rujukan.
Penggunaan proses keperawatan sangat
bermanfaat bagi klien, keluarga dan masyarakat karena mendorong mereka untuk
berpartisipasi secara aktif dengan melibatkan mereka kedalam lima tahapannya.
Klien menyediakan sumber untuk pengkajian, validasi diagnosis keperawatan dan
menyediakan umpan balik untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun
dengan baik akan memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
secara kontinu, aman dan dapat menciptakan lingkungan yang terapeutik. Keadaan
tersebut akan membantu mempercepat kesembuhan klien dan memungkinkan klien
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
C.
Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah perasaan senang seseorang
yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu
produk dengan harapannya.Sedangkan menurut Kotler yang dikutip Nursalam
kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu
produk dan harapan-harapannya. Menurut indikator kinerja rumah sakit Depkes RI
tahun 2005, kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah
sakit.Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah sakit dapat
melakukan peningkatan mutu pelayanan. Persentase pasien yang menyatakan puas
terhadap pelayanan berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku.
Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila
proses penyampaian jasa pelayanan kesehatan dari rumah sakit kepada konsumen
sesuai dengan apa yang dipersepsikan pasien. Oleh karena itu, berbagai faktor
seperti subyektifitas yang dipersepsikan pasien dan pemberi jasa pelayanan
kesehatan, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan yang
dipersepsikan konsumen.
Hubungan antara mutu pelayanan perawat
dengan kepuasan pasien, dimana semakin bagus pelayanan perawat terkait dengan kemampuan
perawat dalam memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan medik, serta kemampuan dalam memberikan rasa aman dan sikap sopan
santun dalam memberikan pelayanan kepada pasien maka semakin puas pula pasien
sebagai penerima pelayanan.
Adapun faktor yang menyebabkan timbulnya
rasa tidak puas pelanggan terhadap suatu produk menurut Yazid yang dikutip
Nursalam (2012) yaitu:
1.
Tidak sesuai harapan dan
kenyataan.
2.
Layanan selama proses menikmati
jasa tidak memuaskan.
3.
Perilaku personel kurang
memuaskan.
4.
Suasana dan kondisi fisik lingkungan
yang tidak menunjang.
5.
Cost terlalu tinggi, karena jarak
terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga tidak sesuai.
6.
Promosi/iklan tidak sesuai dengan
kenyataan.
D.
Kualitas Pelayanan Keperawatan
Dengan Kepuasan Pasien
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang
menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada
kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Bentuk pelayanan yang efektif antara pasien dan pemberi pelayanan (provider)
disadari sering terjadi perbedaan persepsi. Pasien mengartikan pelayanan yang
bermutu dan efektif jika pelayanannya nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah
yang mana secara keseluruhan memberikan kesan kepuasan terhadap pasien.
Sedangkan provider mengartikan pelayanan yang bermutu dan efiktif jika
pelayanan sesuai dengan standar pemerintah. Adanya perbedaan persepsi tersebut
sering menyebabkan keluhan terhadap pelayanan.
Kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya.
Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat
kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan
bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. `Harapan pelanggan
dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta
janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih
lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang
perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, setiap organisasi membutuhkan
sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi agar dapat memberikan pelayanan
yang prima dan bernilai. Dengan kata lain, perawat tidak hanya memberikan
pelayanan yang memuaskan (Customer Satisfaction), tetapi juga berorientasi pada
nilai (Customer Value) sehingga tidak semata-mata mengejar pencapaian
produktifitas kerja yang tinggi tetapi lebih pada kinerja dalam proses
pencapaiannya. Oleh karena itu, setiap perawat harus bekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya karena jika tidak maka akan terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan.
Setelah mendapatkan pelayanan, pelanggan
akan memberikan reaksi terhadap hasil pelayanan yang diberikan, apabila
pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan / keinginan pasien maka akan
menimbulkan kepuasan pelanggan, namun sebaliknya apabila pelayanan yang
diberikan tidak sesuai dengan harapan/keinginan pelanggan maka akan menimbulkan
ketidakpuasan pelanggan atau keluhan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Kotller, Phillip. 1994. Marketing Management. NY: McGraw
Hill.
Lupiyoadi, R., & Hamdani, A. (2006). Manajemen
Pemasaran Jasa (Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.
Nursalam. 2012. Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam
praktik keperawatan professional. Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika.
Saragih, Soumali. 2009. Hubungan Kualitas Pelayanan dan
Kepuasan Pasien dengan Kunjungan di Balai Pengobatan gigi puskesmas kota
Pekanbaru. Tesis.USU.
Supranto (2011). Menjaga Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit
(Quality Assurance ): Jakarta: Persi.
ð
Nama
: Nurfifi Wahyuni Asri
Nim :
202001133
Program
Pengembangan SDM Rumah Sakit
Pada umumnya setiap organisasi menghendaki
sumber daya manusia (SDM). bermutu yaitu SDM yang mampu mengkreasi usaha
organisasi yang tidak ada menjadi ada, atau dari kehidupan organisasi biasa menjadi
organisasi yang mampu melakukan sesuatu yang lebih tinggi bagi kemajuan
organisasi. SDM yang bermutu pada prinsipnya mempunyai kemampuan profesional
dan teknikal tertentu yang kehadirannya pada semua lini pekerjaan akan
melahirkan banyak keuntungan.
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan
rujukan utama bagi masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik
untuk pengobatan maupun untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan
kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang
komprehensif bagi setiap pasiennya. Pelayanan kesehatan yang komprehensif
adalah berbagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim
multi disiplin sesuai kebutuhan pasien. SDM di rumah sakit menjadi hal penting
yang mendukung berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur penting dalam
penilaian pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit.
Dalam organisasi rumah sakit, upaya untuk
menciptakan rumah sakit yang mempunyai citra baik (berkualitas) di mata
pelanggannya sangat ditentukan oleh kualitas SDM terstandarisasi yang
dimilikinya. SDM terstandarisasi berarti tenaga yang dimiliki oleh organisasi
telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang tugas
yang dikerjakan baik dilihat dari tingkat pendidikan maupun pengalaman yang
dimiliki SDM yang bersangkutan.
SDM rumah sakit pada dasarnya telah
terspesialisasi secara jelas, karena semua tenaga medis seperti perawat, bidan,
dokter, dokter spesialis, farmasi dan lain-lain secara khusus telah mempunyai
latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas yang mereka kerjakan.
Dengan latar belakang pendidikan itulah SDM di organisasi rumah sakit
diharapkan mampu menunjang pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Sebagai
perusahaan pelayanan jasa, rumah sakit menghasilkan produk yang bersifat tidak
berwujud atau intangible, maka SDM merupakan unsur yang sangat penting baik
dalam produksi maupun penyampaian jasa dalam pelayanan berkualitas di rumah
sakit. Berbicara peningkatan mutu di rumah sakit yang berhubungan dengan SDM
tentu saja terkait dengan pengembangan kompetensi. Kompetensi pada umumnya
dapat dipahami sebagai kombinasi antara pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap/perilaku (attitude) seorang karyawan sehingga mampu
melaksanakan pekerjaannya.
Untuk dapat berkompetisi dalam globalisasi
kita harus menerapkan rencana strategis untuk meningkatkan SDM terutama dokter
dengan tujuan mengubahnya menjadi faktor kekuatan (strength) kompetitif. Sikap
beraliansi dan bersinergi antara dokter dan rumah sakit masih sangat perlu
untuk dikembangkan. Dalam menghadapi kompetisi global, para ahli berpendapat,
bahwa aliansi, sinergi, kompetisi, dan ko-kreasi adalah kekuatan utama yang
juga dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi globalisasi.Selain itu,
dalam menghadapi globalisasi, rumah sakit harus siap untuk berbenah diri.
Salah satunya rumah sakit harus dapat
mengatasi kelemahan-kelemahan yang menghambat untuk dapat bersaing secara
global, dengan cara-cara:
1.
Menyempurnakan sistem-sistem di rumah sakit.
2.
Menyempurnakan sarana untuk mendukung manusia dan sistem.
3.
Melakukan perubahan dalam manajemen rumah sakit
Untuk meningkatkan Daya Saing Rumah Sakit
maka diperlukan:
1.
Kebijakan pemerintah diarahkan untuk memberdayakan rumah sakit agar mampu
mandiri, dengan regulasi dan desentralisasi. Peran pemerintah adalah steering
bukan rawing, dengan tugas antara lain memantau dan mengevaluasi standar
kualitas pelayanan rumah sakit melalui stakeholder di tingkat provinsi dan Dati
II dengan melalui akreditasi.
2.
Anggaran pemerintah diprioritaskan bagi rumah sakit yang tidak mampu untuk
mandiri dan untuk daerah-daerah Indonesia Bagian Timur.
3.
Pengembangan metropolitan dan megapolitan diikuti dengan pengembangan kebijakan
yang mengatur rumah sakit di urban dan rural area sebagai pusat pelayanan medik
dengan Puskesmas sebagai satelit dan binaannya.
Sedangkan dalam rangka Peningkatan
Profesionalisme SDM Pelayanan Medik maka diperlukan:
1.
Profesionalisme tenaga medik dikembangkan melalui Komite Medik yang ada di
rumah sakit, ikatan profesi, fakultas kedokteran dan lembaga perizinan dokter.
2.
Profesionalisme tenaga perawat dikembangkan melalui Komite Keperawatan di rumah
sakit, fakultas keperawatan, ikatan profesi dan Departemen Kesehatan.
3.
Profesionalisme manajer rumah sakit dikembangkan melalui proses pendidikan,
pelatihan dan ikatan profesi.
ð Nama : Lusi Rahmawati Tube
Nim :
202001125
KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT
(program
kesehatan)
Apa itu keselamatan pasien di rumah sakit
?
Untuk mencapai dan menjaga kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka dibutuhkan tindakan yang komprehensif
dan responsif terhadap kejadian tidak diinginkan (KTD), agar kejadian serupa
tidak terulang kembali; resiko KTD dapat diminimalkan bahkan dicegah dengan
memperhatikan keselamatan pasien.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem
yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Standar Keselamatan Pasien :
Standar Keselamatan Pasien wajib
diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit respon terhadap
penilaiannya yg dilakukan dengan
menggunakan Instrumen Akreditasi (Akreditasi Rumah Sakit).
Standar keselamatan pasien tersebut
terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak
pasien.
dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
2. Mendidik
pasien dan keluarga.
pelayanan kesehatan harus mendidik pasien
dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
3. Keselamatan
pasien dan kesinambungan pelayanan.
pelayanan kesehatan menjamin keselamatan
pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. Fasilitas
pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta keselamatan pasien.
4. Peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Kepemimpinan rumah sakit harus berperan
terhadap keselamatan pasien di rumah sakit; antara lain Pimpinan mendorong dan
menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam
organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien“.
5. Mendidik
staf tentang keselamatan pasien.
setiap fasilitas pelayanan kesehatan
terutama rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner dalam
pelayanan pasien.
6. Komunikasi
merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan
mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus
tepat waktu dan akurat.
Sasaran Keselamatan Pasien :
Di Indonesia secara nasional untuk seluruh
Fasilitas pelayanan Kesehatan,diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional
yang terdiri dari :
SKP.1 : Mengidentifikasi Pasien Dengan
Benar
SKP.2 : Meningkatkan Komunikasi Yang
Efektif.
SKP.3 : Meningkatkan Keamanan Obat-obatan
Yang Harus Diwaspadai.
SKP.4 : Memastikan Lokasi Pembedahan Yang
Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar
SKP.5 : Mengurangi Risiko Infeksi Akibat
Perawatan Kesehatan.
SKP.6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien
Akibat Terjatuh.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi
pelayanan kesehatan memiliki fungsi penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga harus selalu meningkatkan mutu pelayanan
ð Nama : Hajrah
Nim : 202001116
Meningkatkan Mutu Pelayanan JKN BPJS Kesehatan di
Rumah Sakit
(Program Kesehatan)
BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) sendiri adalah badan atau perusahaan asuransi
yang sebelumnya bernama PT Askes yang menyelenggarakan perlindungan kesehatan bagi
para pesertanya.
Kenapa BPJS wajib?
UU SJSN dalam bagian penjelasan mengungkap
bahwa kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi.
Jaminan sosial
yang berlaku di Indonesia memiliki keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Tidak
terbatasnya usia dan bisa memperoleh jutaan manfaat dari sistem jaminan sosial
tersebut merupakan keunggulan tersendiri bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial.
Selain itu, dengan
situasi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, sistem jaminan sosial di
Indonesia, khususnya BPJS Kesehatan, memiliki strategi khusus dalam pengelolaan
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, salah satunya dengan pemanfaatan
layanan digital. Pemanfaatan layanan secara daring mampu memudahkan, baik
peserta JKN-KIS maupun fasilitas kesehatan dalam memanfaatkan dan memberikan
pelayanan.
"Di masa
pandemi, BPJS Kesehatan terus meningkatkan inovasi berbasis digital untuk
mempermudah pemberian layanan terhadap peserta. Adanya layanan telekonsultasi
bagi peserta, hadirnya display jadwal tindakan operasi, dan sistem antrean
online yang terintegrasi ke dalam aplikasi Mobile JKN harapannya tentu bisa
memberikan kemudahan bagi peserta dalam mengakses pelayanan di faskes."
Dalam aspek
administrasi kepesertaan, BPJS Kesehatan telah menghadirkan program BPJS Siap
Membantu (BPJS SATU!). Artinya akan ada petugas BPJS Kesehatan dengan
menampilkan identitas tertentu yang siap membantu peserta JKN-KIS jika
mengalami kendala atau keluhan dengan pelayanan rumah sakit.
ð Nama :
Fitrawanti
Nim : 202001115
Upaya Memuaskan kebutuhan Pasien
Memahami kebutuhan
dan keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien.
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien
merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,
tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih
hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan
pasien, rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk
memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan
pasiennya.
Ø
Adapun faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien yaitu:
a.
Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan
bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi
pasien
terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan
kualitas
produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit
dalam
mengiklankan tempatnya.
b.
Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
c.
Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah sakit
yang
dipandang “rumah sakit mahal”.
d.
Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih
besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga
murah,
memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
e.
Biaya, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang
waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, maka pasien cenderung
puas
terhadap jasa pelayanan tersebut.
ð Nama : Siska Ramdani Wardani
Nim : 202001140
PROGRAM
MENINGKATKAN KUALITAS GIZI MAKANAN RUMAH
SAKIT
PENGERTIAN GIZI
gizi
adalah zat makanan yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Dalam buku berjudul Penilaian Status Gizi yang ditulis oleh
Supariasa, dijelaskan bahwa pemanfaatan gizi oleh makhluk hidup adalah suatu
proses ketika organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal.
MANFAAT GIZI
Ada tiga fungsi
utama dari makanan bergizi yang juga digunakan untuk pengelompokan bahan
makanan secara umum, antara lain:
·
Sebagai sumber
tenaga
·
Sebagai zat
pembangun
·
Sebagai zat
pengatur
Tiga fungsi tersebut kerap disebut sebagai triguna makanan.
Kartasapoetra dan Marsetyo dalam bukunya yang berjudul Ilmu Gizi: Korelasi
Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja menjelaskan contoh-contoh zat gizi
berdasarkan fungsinya, antara lain:
·
Sebagai zat
tenaga atau energi, contohnya karbohidrat dan lemak.
·
Sebagai zat
pembangun, contohnya protein.
·
Sebagai zat
pengatur, contohnya vitamin dan mineral.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat yang tersusun dari atom karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O). Zat karbohidrat berperan dalam menghasilkan
energi yang utama dalam tubuh.
Protein
Protein banyak terdapat pada bahan makanan hewani seperti daging
sapi, ayam, ikan, udang, hati, dan telur.
Lemak
Lemak secara garis besar terbagi menjadi dua.
Pertama, yang berbentuk padat pada suhu kamar atau disebut sebagai lemak/gajih.
Kedua, lemak yang cair pada suhu kamar atau dikenal sebagai minyak.
Vitamin
Zat vitamin merupakan senyawa organik kompleks
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Meskipun begitu, vitamin sangat
penting bagi pertumbuhan, pertahanan tubuh, hingga proses metabolisme yang
normal.
Tujuan
khusus meningkatkan:
1. Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada
pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap
2. Menyelenggarakan Makanan sesuai standar
kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi
pada klien/pasien dan keluarganya
4. Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang
gizi dan dietetik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia
tenaga pelayanan gizi yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian gizi ,faktor yang
berpengaruh terhadap gangguan gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet
2. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
3. Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi
gizi dengan menghitung kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumiah serta
pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan pasien.
4. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan
menerapkannya mulai dari perencanaan menu sampai menyajikan makanan.
5. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan
konseling gizi pada pasien dan keluarganya. Mengelola sumberdaya dalam
pelayanan penyelenggaraan makanan bagi konsumen di rumah sakit
6. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
1. Asuhan Gizi Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan
ð Nama : Elvina Agustina
Nim : 202001108
Program Indonesia Sehat Untuk Atasi Masalah Kesehatan
Di Indonesia
PROGRAM INDONESIA
SEHAT UNTUK ATASI MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA
Jadi,
Program Indonesia Sehat sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Program
Indonesia Sehat terdiri atas :
1) Paradigma Sehat
2) Penguatan
Pelayanan Kesehatan Primer; dan
3) Jaminan
Kesehatan Nasional.
Nah ketiganya akan
dilakukan dengan menerapkan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko (health risk).
Adapun beberapa sasaran paradigma sehat yaitu :
1) penentu
kebijakan pada lintas sektor, untuk
memperhatikan dampak kesehatan dari kebijakan yang diambil baik di hulu
maupun di hilir.
2) Tenaga
kesehatan, yang mengupayakan agar orang sehat tetap sehat atau tidak menjadi
sakit, orang sakit menjadi sehat dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit.
3) Institusi
Kesehatan, yang diharapkan penerapan standar mutu dan standar tarif dalam
pelayanan kepada masyarakat, serta
4) Masyarakat,
yang merasa kesehatan adalah harta berharga yang harus dijaga.
Sedikit
perbaikan pada bagian " Nusantara Sehat ". Maksudnya di situ adalah
"Nusantara sehat menjadi bagian dari penguatan pelayanan kesehatan primer.
Yang mana program ini di lakukan untuk menciptakan peningkatan jumlah, sebaran,
komposisi dan mutu nakes berbasis pada tim yang memiliki latar belakang berbeda
mulai dari dokter perawat dan Nakes lainnya (pendekatan Team Based). Program NS
tidak hanya berfokus pada kegiatan kurati tetapi juga pada promotif dan
preventif untuk mengamankan kesehatan masyarakat dan daerah yang paling
membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita membangun dari pinggiran "
ð Nama : Dian Atika Maharani
Nim : 202001108
HIDUP SEHAT TANPA ASAM URAT
Penyakit asam urat merupakan gangguan metabolik yang di tandai dengan
meningkatnya kadar asm urat, yang biasanya sering dialami golongan lansia. Penyakit asam urat atau gout adalah kondisi
yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan, dan
rasa panas di persendian. Meski semua sendi di tubuh bisa terkena asam urat,
namun yang paling sering terserang adalah sendi jari tangan, lutut, pergelangan
kaki, dan jari kaki. Laki-laki lebih rawan terkena penyakit asam urat
dibandingkan dengan perempuan, terutama saat usia mereka di atas 30 tahun. Pada
perempuan, penyakit ini biasanya berisiko timbul setelah menopause. Orang yang
terkena serangan penyakit asam urat biasanya akan merasakan perkembangan gejala
yang cepat dalam beberapa jam pertama. Rasa sakit bisa berlangsung selama 3-10
hari. Pembengkakan tidak hanya terjadi di sendi, namun juga di daerah sekitar
sendi disertai warna kulit yang memerah. Pada tahap ini, penderita dapat tidak
mampu bergerak secara leluasa.
Penyebab
Penyakit Asam Urat
Secara alamiah, asam
urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk mengurai purin. Purin
merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh. Mulai
dari mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi. Nantinya, ketika sudah
selesai digunakan tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine. Namun,
terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal
mengalami gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat. Ketika ini
terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum
di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit, peradangan,
dan pembengkakan.
Faktor Risiko Penyakit
Asam Urat
Terdapat beberapa
faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah seseorang,
antara lain:
- Memiliki
keluarga yang mengidap asam urat.
- Baru
saja mengalami cedera atau pembedahan.
- Sering
mengonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti daging merah,
jeroan hewan, dan beberapa jenis hidangan laut (misalnya teri, sarden,
kerang, atau tuna).
- Sering
mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman tinggi gula.
- Memiliki
kondisi medis tertentu misalnya diabetes, gangguan sindrom metabolik,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit tiroid, kolesterol tinggi,
leukemia, anemia, sleep apnea, hipertensi, dan obesitas.
Gejala Penyakit Asam
Urat
Ada beberapa gejala
penyakit asam urat yang umum terjadi, di antaranya:
- Sendi
mendadak terasa sangat sakit.
- Kesulitan
untuk berjalan akibat sakit yang mengganggu, khususnya di malam hari.
- Nyeri
akan berkembang dengan cepat dalam beberapa jam dan disertai nyeri hebat,
pembengkakan, rasa panas, serta muncul warna kemerahan pada kulit sendi.
- Saat
gejala mereda dan bengkak pun mengempis, kulit di sekitar sendi yang
terkena akan tampak bersisik, terkelupas dan terasa gatal.
Meski gejala penyakit
ini bisa mereda dengan sendirinya, harus tetap dilakukan pengobatan untuk
mencegah risiko kambuh dengan tingkat gejala yang meningkat
ð
Nama : SriWahyuni
Nim
: 202001142
POGRAM MUTU PELAYANAN DAN KESELAMATAN
PASIEN DI RS
PENGERTIAN
MUTU PELAYAN
Menurut Kemenkes RI (2010) dalam A.A. Gde
Muninjaya (2011), mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan
kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tapi tetapi juga
sesuai dengan standar dan kode etik profesi .
PENGERTIAN
KESELAMATAN PASIEN
Patient Safety atau keselamatan pasien
adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
ADA
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Ketetapan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yg efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang porlu di
waspadai (high alert medi cation)
4. Kepastian tempat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi Pelayanan
kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
CARA
MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan cepat dan tanggap. Sebagian
besar pasien ingin dilayani dengan cepat dan tanggap. Pelayanan yang sesuai
dengan permintaan pasien dan dilaksanakan dengan cepat akan membuat mereka
senang dengan pelayanan tersebut. Untuk antrian yang panjang, ciptakanlah
sistem antrian yang rapi juga memiliki efisisensi waktu.
2.Miliki pelayanan customer service.
Pasien yang
menghubungi klinik Anda melalui telpon harus diprioritaskan karena mereka
memiliki kebutuhan yang lebih tinggi terhadap klinik Anda. Namun Anda juga
jangan mengkesampingkan pasien yang datang langsung ke klinik. Pelayanan
customer service diantaranya adalah chat dari social media, SMS, serta
panggilan langsung.
3. Dengar keluhan pelanggan
Pastikan Anda selalu memiliki
ruang untuk berkembang. Mendengarkan keluhan pelanggan adalah salah satunya.
Dengan mendengarkan keluhan pelanggan Anda dapat mengetahui kekurangan klinik
Anda dan mencari cara dalam mengatasinya.
4. Menjaga kesabaran Anda
harus bisa membawa diri Anda dengan baik. Bersikap ramahlah kepada pelanggan
yang mengeluh kepada Anda, jangan sampai Anda memperburuk keadaan. Niscaya
kesepakatan akan terwujud jika salah satu pihak menerima pihak lainnya.
5.Menjaga kesopanan
Pasien Anda
sangat membutuhkan pelayanan tanggap dari Anda, yang terkadang tidak mereka
sadari mereka bersikap tidak terlalu baik kepada Anda. Tanggapilah sikap itu
dengan kesopanan Anda. Ingat tujuan Anda adalah untuk membantu mereka, meskipun
mereka kurang bersikap sopan terhadap Anda.
6. Mencari solusi yang tepat
Pelanggan komplain kepada Anda karena kurang puas terhadap pelayanan
Anda. Cobalah untuk mendengarkan komplain mereka dan sama-sama mencari solusi
keluhan mereka.
7.Mengakui kesalahan
Sesukses
apapun klinik Anda pasti pernah mengalami kesalahan. Akuilah kesalahan
tersebut, dan cobalah untuk memperbaikinya. Pelanggan akan lebih mengapresiasi
Anda jika Anda mau mengakui kesalahan Anda.
8. Minta feedback dari pasien
Kebanyakan pasien jika menemukan ketidaksesuaian terhadap pelayanan
biasanya lebih memilih untuk pergi dan tak kembali lagi ke klinik tersebut. Dan
terkadang ketidaksesuaian tersebut merupakan hal yang biasa pada klinik itu,
jadi sering-seringlah minta feedback dari pasien untuk bisa menyesuaikan
pelayaman klinik dengan keinginan pasien.
ð
Nama: Khairun Nisa Ainul
Karim
Nim
: 202001123
CEGAH SUNTIK PADA ANAK
Masalah stunting adalah salah satu isu
penting dalam dunia kesehatan anak-anak yang masih menjadi perhatian besar,
khususnya anak-anak di negara terbelakang dan negara berkembang. Berdasarkan
laporan dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia, estimasi ada sekitar 149 juta
balita yang mengalami stunting di seluruh dunia pada tahun 2020, sementara 45
juta anak lainnya diperkirakan memiliki tubuh terlalu kurus atau berat badan rendah.
Stunting adalah masalah tumbuh kembang
anak yang ditandai dengan tinggi badan anak yang rendah, sementara berat
badannya mungkin normal sesuai dengan usianya. Anak dikatakan stunting bila
tinggi badannya tidak bertambah signifikan sesuai dengan usianya atau bila
dibandingkan dengan tinggi badan yang anak itu dapatkan saat baru
lahir. Sementara anak di bawah 5 tahun yang memiliki berat badan rendah
atau sangat kurus dari usianya, itu disebut wasting. Anak menderita stunting
dan wasting bila anak memiliki tubuh yang pendek/kerdil dan badannya juga
sangat kurus, disertai adanya gangguan perkembangan otak dan keterlambatan
kemampuan anak.
Gangguan tumbuh kembang anak tersebut
biasanya diakibatkan oleh gizi buruk (malnutrisi), infeksi berulang, dan stimulasi
atau perawatan psikososial yang tidak memadai pada anak dari 1000 hari pertama
sejak pembuahan sampai usia dua tahun. Masalah stunting atau anak yang
kerdil tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem
kekebalan tubuh, gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ,
rentan infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan
fungsi hidup di masa depan.
beberapa penyebab stuntingadlah sebagai berikut:
1. Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil
Penyebab stunting yang paling utama adalah masalah kekurangan gizi saat ibu
mengandung bayi. Ibu hamil tersebut mungkin sakit malaria, hipertensi,
HIV/AIDS, atau riwayat penyakit lainnya yang juga memengaruhi perkembangan
janin di dalam kandungan.
Stunting bisa juga terjadi bila ibu hamil tidak cukup mendapatkan asupan
nutrisi seperti kalsium, zat besi, asam folat, omega-3, serta vitamin dan
mineral penting lainnya. Akibatnya, janin di dalam kandungan juga tidak
mendapat nutrisi yang memadai, lahir dengan berat badan rendah, risiko gizi
buruk, atau komplikasi lain.
2. Infeksi atau Penyakit Menular
Dilansir dari Jurnal Nestlé Nutrition Institute, Switzerland/S (2018), bayi
berisiko terpapar banyak penyakit berbahaya, penyakit menular, infeksi akibat
mikroorganisme, kerusakan usus, diare, atau gangguan pertumbuhan lainnya tanpa
gejala pada usia 3-5 bulan hingga semakin terlihat pada usia 6-18 bulan.
Bila tidak segera mendapat penanganan medis atau dibiarkan, itu dapat berdampak
buruk pada pertumbuhan anak. Dapat memicu gizi buruk, stunting, atau wasting,
terlebih lagi akibat penyakit tanpa gejala yang mungkin anak alami.
3. Kurang Gizi
Sejak masa kehamilan, baru lahir, dan periode emas (golden age), anak
membutuhkan asupan gizi seimbang dan nutrisi lengkap untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Bukan hanya untuk kesehatan otak, namun juga kesehatan fisik,
mental, emosional, dan kognitif.
Maka dari itu, orang tua harus memenuhi kebutuhan gizi anak dengan lengkap,
yaitu berikan si Kecil makanan sehat setiap hari, susu, vitamin, dan suplemen
makanan bila perlu. Orang tua juga harus waspada pada penyebab anak tidak mau
makan. Jangan sampai anak tidak nafsu makan hingga memicu kurang gizi atau
malnutrisi. Kekurangan gizi kronis pada anak dalam waktu lama akan berisiko
stunting dan wasting.
4. Pola Pengasuhan yang Tidak Memadai
Orang tua mungkin belum memahami pola pengasuhan yang baik untuk anak dan
kurang pengetahuan tentang pentingnya gizi untuk anak. Kondisi ini dapat
membuat anak terabaikan, kekurangan asupan nutrisi, sehingga mengalami gangguan
pertumbuhan yang berisiko fatal.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Bila anak lahir di
lingkungan yang kekurangan akses makanan bergizi dan air bersih, anak-anak akan
berisiko malnutrisi dan gagal tumbuh. Gangguan pertumbuhan masih rentan terjadi
di negara miskin dan negara berkembang akibat kesulitan akses makanan, harga
makanan mahal, atau terbatasnya akses kesehatan yang memadai.
Cara mengcegah stunting adalah dengan
memberi anak nutrisi yang memadai sejak dari dalam kandungan, setelah baru
lahir, dan selama masa pertumbuhan.seperti beberapa cara pencegahan
berikut:
1. Penuhi Nutrisi Selama Kehamilan
Ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang selama
kehamilan, bahkan sebelum masa kehamilan. Ini untuk memastikan bahwa janin akan
mendapat nutrisi yang optimal di dalam rahim, lahir sehat, dan juga mendapat
bekal nutrisi yang baik setelah lahir.
2. Penuhi Nutrisi Si Kecil dengan Optimal
Cara mencegah stunting adalah dengan memberikan buah hati Anda nutrisi lengkap
dan asupan bergizi. Nutrisi penting dan esensial untuk si Kecil adalah vitamin
(A, B kompleks, C, D, E, dan K), mineral (kalsium, magnesium, fosfor, sulfur,
sodium, kalium, dan klorida), protein, lemak sehat, karbohidrat, dan
cairan.
3.Konsultasi dengan Tim Pelayanan
Kesehatan
Orang tua harus telaten memberikan si Kecil makanan bergizi seimbang setiap
hari. Selain itu, penting untuk konsultasi kesehatan anak secara rutin baik di
Posyandu, Puskesmas, atau pusat pelayanan kesehatan terdekat. Dokter akan
membantu memeriksa kesehatan anak dan memberikan saran terbaik demi tumbuh
kembang anak. Sementara orang tua juga harus peduli dan memerhatikan detail
pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
4. Mempraktikkan Kebersihan yang Benar
Masalah stunting juga dapat dipicu akibat kebersihan lingkungan yang buruk.
Maka dari itu, orang tua dan seluruh anggota keluarga harus mempraktikan
kebersihan yang tepat, misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
Dengan menerapkan beberapa cara pencegahan
tersebut dihararapkan dapat menekan kasus stunting di Indonesi hingga berada di
angka 14 persen, sesuai Target Presiden Joko Widodo tahun 2024 pada rapat
kabinet terbatas BKKBN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar