Kamis, 07 Juli 2022

C20 KELOMPOK 1 (KONSEP DASAR RUMAH SAKIT)

 

Konsep Dasar Rumah Sakit

 

Oleh :

Kelompok I

1.      Nurfadilah ( 202001097 )

2.      Angelina Zahra ( 202001103 )

3.      Fitrah Ramadhani (202001114)

4.      Ita Ashari (202001121)

5.      Riqzha Difa Wulandari (202001139)

6.      Siti Maryam (202001141)

7.      Nourika Maharani (202001128)

8.      Mardiana (202001126)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abstrak

     Mendapatkan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar penduduk Indonesia, selain pelayanan pendidikan dan perlindungan hukum. Pelayanan kesehatan yang mudah juga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. RS merupakan salah satu pelayanan pemerintah yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan termasuk dalam elemen penting dalam pembangunan nasional dan pengentasan kemiskinan. Namun kenyataannya pelayanan kesehatan masih banyak yang dinilai jauh dari harapan masyarakat. Fakta ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum  sebagai salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pelayanan kesehatan harus memiliki kualitas pelayanan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum, digunakan lima dimensi kualitas, yaitu tangible, reliability. respon, jaminan, dan proses empati. Penelitian yang dilakukan menggunakan teori pelayanan publik dan teori kualitas pelayanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan merupakan jenis penelitian deskriptif. Penentuan informan menggunakan metode purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan juga dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan reduksi data, telaah data. dan kemudian dibuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum terhadap pelanggan yang merasakan pelayanan yang diberikan telah mampu memberikan kepuasan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1. PENDAHULUAN

     Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan.

    Rumah sakit harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam Undang￾Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

 

 

2.METODE

     Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan merupakan jenis penelitian deskriptif. Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum. Staf Rumah Sakit Umum digunakan sebagai informan sesuai dengan job descriptionnya serta sebagai pelanggan Rumah Sakit Umum yang telah berpengalaman dalam kualitas pelayanan kesehatan. Penentuan informan menggunakan metode purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan juga dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan reduksi data, telaah data. dan kemudian dibuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum terhadap pelanggan yang merasakan pelayanan yang diberikan telah mampu memberikan kepuasan.

 

 

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sakit

        Istilah hospital konon berakar dari kata latin hostel yang biasa digunakan di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi yang sakit menderita, dan miskin. Pendapat lain oleh willian (1990) mengatakan bahwa kata hospital berasal dari bahasa latin hospitium, yang artinya suatu tempat ruangan untuk menerima tamu. Sementara itu, Yu (1997) menyatakan bahwa istilah hospital berasal dari bahasa prancis kuno dan medieval english, yang dalam kamus inggris Oxford didefinisika sebagai:

·         Tempat untuk istirahat dan hiburan.

·         Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan akomodasi, lemah dan sakit.

·         Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda.

·         Institusi untuk merawat mereka yang sakit dan cedera.

    Menurut Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 44 Tahun 1009 tentang rumah sakit, menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

 

B. Tugas, Fungsi, dan Kewajiban

    Berdasarkan Undang-Undang No 44 Tahun 2009 menyatakan bahwa tugas rumah sakit adalah memberikan kesehatan perorrangan secara paripurna.

Sedangkan fungsi rumah sakit adalah:

1.       Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

2.       Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorrangan melalui pelayanan keehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

3.       Penyelenggraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemebrian pelayanan kesehatan.

4.       Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serata penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit menurut Aditama, 2000 dalam Shobirin 2003 setidaknya kesehatan memiliki 5 (lima) fungsi sebagai berikut:

 a. Menyediakan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.

b. Memiliki pelayanan rawat jalan

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.

d. Melakukan penelitian dan dibidang kedokteran dan kesehatan.

e. Melaksanakan program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi disekitarnya.

 

C.  Kewajiban rumah sakit

Ada dua kewajiban utama rumah sakit, yaitu:

a.       menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan rumah sakit melalui hospital by laws agar tercipta "Good Corporate Governance"

b.       Menerapkan fungsi-fungsi manajemen klinis yang baik sesuai standar pelayanan medis dan standard operating procedure yang telah ditetapkan agar tercipta "Good Clinial Governance".

     Kewajiban pelayanan kesehatan dirumah sakit diatur dalam Undang Undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa:

a. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan wajib melaksanakan good corporate dan good clinical govername yaitu:

1.       Rumah sakit wajib mempunyai kemampuan pelayanan sesuai dengan kelasnya.

2.       Rumah sakit wajib memberikan pelayanan bagi keluarga miskin. dirumah sakit pemerintah dan dirumah sakit swasta yang ditunjuk pelayanan rawat inap kelas III secara gratis.

3.       Rumah sakit wajib meningkatkan peran sertanya dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

4.       Rumah sakit wajib meningkatkan kesiapannya sebagai tempat perawatan dan rujukan penyakit menular antara lain DBD, Antraks,HIV/AIDS, TB, SARS, dan penyakit tidak menular (PTM).

5.       Rumah sakit wajib mengantisipasi tuntutan hukum tehadap dugaan kesalahan pelayanan.

6.       Rumah sakit wajib melaksanakan infection presention and control (IPC).

7.       Rumah sakit pendidikan dan rumah sakit khusus diarahkan untuk menjadi pusat unggulan dan penapisan iptek.

8.       Rumah sakit wajib melaksanakan :

a.       Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

b.       Peningkatan pelayanan life saving (IGD, ICU, ICCU, NICU/PICU).

c.       Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang medik (radiologi, anestesi dan laboratorium)

d.       Pengenbangan dan peningkatan profesionalisme sumber daya manusia.

e.       Setiap rumah sakit harus memenuhi ketentuan perizinan (mendirikan dan penyelenggaraan) sebelum dioperasionalkan.

a.       Mempunyai organisasi yang responsibel dan akuntabel

b.       Mempunyai hospital by laws dan medical staff by laws

c.       Memberikan pelayanan sesuia dengan standar pelayanan dan standar operasional prosedur rumah sakit.

d.       Memberikan pelayanan dengan memperhatikan hak pasien, keamanan dan keselamatan pasien.

e.       Melaksanakan program-program mutu dan keselamatan pasien (quality dan safety).

 

D. Standar Pelayanan Rumah Sakit

     Standar mutu pelayanan kesehtan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan outome sistem pelayanan rumah sakit tersebut. Standar mutu pelyanan kesehatan di rumah sakit juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah sakit. Ada beberapa aspek penting yang perlu dianalisa apabila kita ingin membahasin dikator standar mutu pelayanan rumah sakit.

     Struktur krgiatan operasional di sebuah rumah sakit adalah semu masukan (input), proses (process), dan hasil atau keluaran (outcome).

a. Input

     Struktur kegiatan operasional di sebuah rumah sakit meliputi tenaga peralatan, dana, dan sebgainya. Ada sebuah asumsi yang mengatakan bahwa jika struktur input tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu pelayanan serta lebih efisien dan efektif dalam pelaksanaan.

b. Proses

    Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Interaksi ini diukur antara lain dengan bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis. rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.

     Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi menjalankan standards of conduct yang telah diterima dan diakui oleh masing-masing ikatan profesi akan semakin tinggi pula mutu asuhan pelayanan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di rumah sakit dapat diukur dari tiga aspek, yaitu:

a.       Sesuai tidaknya proses itu bagi pasien.

b.       Efektifitas prosesnya.

c.       Kualitas interaksi pelayanan terhadap pasien.

c. Outcome

     Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di rumah sakit terhadap pasien. Diperlukan sebuah pedoman untuk mengukur mutu pelayanan terhadap pasien.

a. Indikator pelayanan medis tersebut meliputi

1)      Angka infeksi nosokomial.

2)      Angka kematian kasar (Gross Death Rate).

3)      Kematian pascabedah.

4)      Kematian ibu melahirkan (Maternal Death Rate-MDR).

5)      Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR).

6)      NDR (Net Death Rate diatas 48 jam).

7)      ADR (Anastbesta Death Rate).

8)      PODR (Post Operation Death Rate).

9)      POIR (Post Operative Infection Rate).

b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efiseinsi rumah sakit. meliputi

1)      Unit cost untuk rawat jalan.

2)      Jumlah penderita yang mengalami dokubitus.

3)      Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur.

4)      BOR.

5)      BTO (Bed Turn Over).

6)      TOI (Turn Over Interval),

7)      ALOS (Average Leght Of Stay).

8)      Normal Tissue Removal Rate.

c. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan:

1)      Jumlah keluhan dari pasien dan keluarganya.

2)      Surat pembaca di koran

3)      Surat kaleng

4)      Surat masuk di kotak saran, dan sebagainya.

5)      Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan rumah sakit.

d. Indikator cakupan pelayanan sebuah rumah sakit terdiri dari:

1)      Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan atau rawat inap menurut jarak rumah sakit dengan asal pasien.

2)      Jumlah pelayanan dan tindakan medik :

a)       Jumlah tindakan pembedahan.

b)      Jumlah kunjungan SMF spesialisa

3) Pemanfaatan oleh masyarakat.

(a) Contact rate

b) Hospitalization rate.

c) Outpatient rute

d) Emergency out patient rate

      Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah rumah sakit, angka-angka standar tersebut dibandingkan dengan standar nasional. Jika tidak ada angka standar nasional, penilaian di lakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen atau direksi rumah sakit yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait. Indikator mutu pelayanan yang mengacu kepada keselamatan pasien, adalah:

1)    Pasien terjatuh dari tempat tidur atau kamar mandi.

2)    Pasien diberi obat salah.

3)    Tidak ada obat atau alat emergensi.

4)    Tidak ada oksigen.

5)    Tidak ada alat penyedot lendir.

6)    Tidak tersedia alat pemadam kebakaran.

7)    Pemakaian obat tidak sesuai standar.

8)    Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.

        Mutu pelayanan medis dan kesehatan dirumah sakit snagat erat kaitannya dengan manajemen rumah sakit (quality of sevices) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya dirumah sakit (quality of care). Keduanya merupakan outcome dari manajemen menjaga mutu rumah sakit (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu rumah sakit. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik rumah sakit karena mereka adalah stat fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur rumah sakit dengan melibatkan semua SMF Rumah sakit.

Standar Pelayanan Rumah Sakit

        Standar pelayanan minimal rumah sakit diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit, dalam peraturan tersebut menyebutkan jenis-jenis pelayanan, indikator dan standar pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit.

         Jenis-jenis pelayanan rumah sakit minimal yang wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi:

1)    . Pelayanan gawat darurat

2)    . Pelayanan rawat jalan

3)    . Pelayanan rawat inap

4)    . Pelayanan bedah

5)    . Pelayanan persalinan dan perinatologi

6)    . Pelayanan intensif

7)    . Pelayanan radiologi

8)    . Pelyanan laboratorium patologi klnik

9)    . Pelayanan rehabilitasi medik

10). Pelayanan farmasi

11). Pelayanan gizi

12). Pelayanan transfusi darah

13). Pelayanan keluarga miskin

14). Pelayanan rekam medis

15). Pelayanan limbah

16). Pelayanan administrasi manajemen

17). Pelayanan ambulans/kereta jenazah

18). Pelayanan pemulasaraan jenazah

19). Pelayanan laundry

20). Pelayanan pemeliharaan saran rumah sakit

21). Pencegah pengendalian infeksi

E. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit

1. Kualitas

a. Pengertian

       Kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jika dilihat dari sudut padang produsen, sedangkan secara obyektif kualitas adalah suatu standar khusus dimana kemampuannya (availability), kemudahan pemeliharaan (maintainability dan karakteristiknya dapat diukur (juran dalam yamit, 2005)

       Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Davis dalam Yamit, 2005). Pendekatan yang digunakan menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia dan kualitas lingkungan. Sangat mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.

      Kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan, kualitas sering kali diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan pelanggan atau kesesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan (gaspersz, 2002).

       Tjiptono (2000) menyebutkan bahwa kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan, Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka,

       Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung ke rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan, misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap dan jkeramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan (purwanto, 2007 dalam kunacfi 2012).

       Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas adalah upaya yang dilakukan penyedia jasa pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan pemakai jasa.

a. Dimensi kualitas

          Menurut purnama (2006). menentukan kualitas produk harus dibedakan antara produk manufaktur atau barang (goods) dengan produk layanan (service) karena keduanya memiliki banyak perbedaan Menyediakan produk layanan (jasa) berebda dengan menghasilkan produk manufaktur dalam beberapa cara. Perbedaan tersebut memiliki implikasi penting dalam manajemen kualis. Berbedaan antara produk manufaktur dengan produk layanan adalah:

1)    Kebutuhan konsumen dan standar kinerja sering kali sulit diidentifikasi dan diukur, sebab masing-masing konsumen mendefinisikan kualitas sesuai keinginan mereka dan berbeda satu sma lain.

2)    Produksi layanan memerlukan tingkatan "cusomization atau individual customer" yang lebih tinggi dibanding anufaktur, dimana professional seperti dokter, ahli hukum, personal penjualan asuransi, dan pelayanan restora, harus menyesuaikan layanan mereka terhadap konsumen individual

3)    Output sistem layanan tidak terwujud, sedangkan manufaktur berwujud .Kualitas produk manufaktur dapat diukur berdasarkan spesifikasi desain, sedangkan kualitas layanan pengukurannya subyektif menurut pandangan konsumen, dikaitkan dengan harapan dan pengalaman mereka. Produk manufaktur jika rusak dapat ditukar atau diganti, sedangkanproduk layanan harus diikuti dengan permohonan maaf dan reparasi

4)    Produk layanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersama-sama,sedangkan produk manufaktur diproduksi sebelum dikonsumsi. Produk layanan tidak bisa disimpan atau diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen.

5)    Konsumen seringkali terlibat dalam proses layanan dan hadir ketika layanan dibentuk, sedangkan produk manufaktur dibentuk diluar keterlibatan langsung dari konsumen.

6)    Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan manufaktur lebih banyak padat modal. Kualitas interaksi antara produsen dan konsumen merupakan faktor vital dalam penciptaan layanan, misalnya kualitas layanan kesehatan bergantung interaksi pasien, perawat, dokter dan petugas kesehatan lain, dalam hal ini perilaku dan modal pekerja merupakan hal yang kritis dalam menyediakan kualitas layanan.

7)     Banyak organisasi layanan harus menangani sangat banyak transaksi konsumen, misalnya pada hari-hari tertentu, sebuah bank mungkin harus memproses jutaan transaksi nasabah pada berbagai kantor cabang dan mesin bank atau barangkali perusahaan jasa kiriman harus menagani jutaan paket kiriman di seluruh dunia.

2. Pelayanan

a. Pengertian

     Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menhasilkan barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (supranto, 2006). Pelayanan adalah suatu perbuiatan diamana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berklaitan atau tidak berkaitan denga fisik produk (kottler, 2000 dalam supranto 2006). Devinisi laian dijelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan (Tjiptono dkk, 2005).

b. Karakteristik

      Kottler (2003) dalam Tjiptono dkk (2005), menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut:

1)      Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar, dan dicium sebelum dibeli oleh konsumen, misalnya: pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana pelayanan keperawatan yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut.

2)      Inseparbility (tidak adapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikenhendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, akan tetapi merupakan bagian dari pelayanan tersebut, dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi dirasakan secara bersamaan, misalnya: pelyanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.

3)      Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi Ikarena merupakan non-standardizet dan senantiasa mengalami perubahan bergantung dari pemberi pelaynan, penerima pelayanan dan kondisi dimana serta kapan pelayanan tersebut diberikan, misalnya: pelayanan yang diberikan kepada pasien hemodialisa di rumah sakit swasta mungkin akan berbeda dengan rumah sakit pemerintah.

4)      Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, misalnya: jam tertentu tanpa ada pasien di ruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu..

      Selain itu, kottler (2003) dalam supranto (2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan sebagai berikut:

 

1)    Pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional.

2)    Beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client'sprecense).

3)    Pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need).

4)    Pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya, yaitu swasta atau publik (private or public).

 

F. Indikator Pelayanan Rumah Sakit 

       Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit, indikator indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap:

a. BOR (bed Occupancy Ratio)= angka penggunaaan tempat tidur)

            BOR menurut huffman (1994) adalah "the ratio of patient sevice dave to inpatient bed count days in a period under consideration" Sedangkan menurut Depkes RI (2005) BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tinggi pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005)

Rumus:

 

BOR= (jumlah hari perawatan rumah sakit (jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode)) x 100%

b. AVLOS (average length of stay=rata-rata lamanya pasien dirawat)

      AVLOS menurut huffman (1994) adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged during the permit under consideration AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat meniberikan gambaran tingkat efisiensi, jaga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengematan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS-jumlah lama dirawat/jumlah pasion keluar (hidup + mati).

C. TOI turn over interval-tenggang perputaran)

         TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah disi ke saat terisi berikutnya Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari Rumus: TOI (jumlah tempat tidur x periode) - hari perawatan) / jumlah pasien keluar (hidup + mati)

d. BTO (bed turn over)= angka perputaran tempat tidur)

     BTO menurut Huffman (1994) adalah "the net effect of changed in occupancy rate and length of stay" BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus:

      BTO= jumlah pasien keluar (hidup mati)/jumlah tempat tidur

e.  NDR (net death rate)

     NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan dirumah sakit.

Rumus:

NDR (jumlah pasien matai >48 jam/jumlah pasien keluar (hidup + mati)) x 1000%

f.  GDR (grass death rate)          

     GDR meneurut Dpkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.

Rumus:

      GDR (jumlah pasien mati seluruhnya/ jumlah pasien keluar (hidup + mati)) x 1000%

 

G. Kepuasan Pasien

a. Pengertian kepuasan

      Kepuasan menurut kamus bahasa indonesia adalah puas; merasa senang. perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebgainya). Kepuasan dapat diartikan sebgai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. Mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakandengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut (supranto dalam masrati, 2010).

      Menurut kottler (1988), kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Juadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujuskan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, mudic dan cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Tjiptono, 1997),

      Menurut philip kottler (wijono 1999 dalam rangkuti, 2006) kepuasan pelanggan atau klien: "a persons's feeling of pleasure or disappointment resulting from comparing a product's received perfomance (or outcome) in relations to the person expectation" (perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang diharapkan). Sejalan dengan irawan (2003) yang mengatakan kepuasan adalah perasaan senag atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya.

     Menurut Oliver (1997) dalam purnomo (2011), mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Respon ini sebgai hasil dari pencilaian konsumen bahwa produk atau pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang Menurut Tjiptono (2006) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebgai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja atau tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan. Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan klien tentang pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil kinerja akan dipersepsikan oleh klien. Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian diatas terdapat kesamaan pandangan bahwa kepuasan pelanggan atau klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima kenyataan atau pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien. Hal ini akan menciptakan loyalitas atau citra yang tinggi.

      Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas, maka mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman barunya. Untuk menciptakan kepuasan paisen suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya (junaidi, 2002 dalam purnomo 2012).

     Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaankepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan konsumen, maka konsumen akan mengalami kepuasan. Selain itu adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan, maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen, maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima pleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa (indarjati, 2001).

     Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikategorikan kedalam konsumen masyarakat, konsumen instansi dan konsumen individu. Dalam penelitian ini peneliti menitipberatkan pada kepuasan pasien. Menurut prabowo (1999), pasien adalah orang yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang diterapkan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan menurut aditama (2002), pasien dalah mereka yang diobati dirumah sakit. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam kepmenpan Nomor:63 tahun 2003. yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan pasien adalah sebagai berikut:

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

b. Persyaratan pelayanan, yaitu npersyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untukmendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya).

d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam menyelenggarakan dan penyesuaian pelayanan

f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan kepada pasien.

 g. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah bditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan goglongan atau status pasien yanag dilayani.

i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu sesuai anatar biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memeberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelakasanaan pelayanan.

 

H. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

a. Di Dalam Gedung

      Di dalam gedung rumah sakit, promosi kesehatan dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung, terdapat peluang-peluang:

1. Promosi kesehatan di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di ruang dimana pasie/klien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.

2. Promosi kesehatan dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poloklinik anak. poloklinik bedah, poloklinik penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.

3. Promosi kesehatan dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu ruang-ruang gawat darurat, rawat intensif dan rawat inap.

4. Promosi kesehtan dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama dipelayanan obat/apotik, pelayanan laboratorium, pelayanan rontgen dan pelayanan rehabilitasi medis, bahkan juga kamar mayat.

5. Promosi kesehatan dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan keluarga berencana, konseling gizi, bimbingan senam (senam ibu hamil, senam lansia, dan lain-lain), pemeriksaan kesehatan (check up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.

6. Promosi kesehatan di ruag pembayaran rawat inap, yaitu di ruang dimana pasien rawat inap, hyarus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah sakit.

 

b. Di Luar Gedung

      Jangan dikira bahwa di luar gedung rumah sakit tidak tersedia peluang untuk melakukan promosi kesehatan. Kawasan luar gedung rumah sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk promosi kesehatan, misalnya:

1. Promosi kesehatan ditempat parkir, yakni pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/gedung parkir.

 2. Promosi kesehatan di taman rumah sakit, yakni baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar, maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.

3. Promosi kesehatan di dinding luar rumah sakit.

4. Promosi kesehatan di kantin/warung-warung/toko-toko/kios-kios yang ada di kawasan rumah sakit.

5. Promosi kesehatan di tempat ibadah yang tersediah di dalam rumah sakit (misalnya masjid atau mushollah).

c.  Promosi Kesehatan Di Ruang Pendaftaran

       Ruang pendaftaran adalah ruangan pertama yang harus dikunjungi pasien yang datang ke rumah sakit (kecuali pasien gawat darurat). Di ruang ini terdapat sebuah atau beberapa buah loket untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, barulah pasien di aragkan ketempat pelayanan sesuai yang di butuhkannya. Misalnya ke poliklinik penyakit dalam atau poliklinik anak, atau bahkan keruang perawatan.

     Promosi kesehatan harus hadir di sini untuk menciptakan kontak awal yang berkesan positif. Misalnya dengan menampilkan tulisan besar di dinding tentang visi, atau misi, atau motto, atau nilai-nilai yang di anut rumah sakit. Di suatu rumah sakit pernah di jumpai tulisan di dinding ruang pendaftaran yang berbunti; "dengan kasih tuhan kami sembuhkan penyakit anda." Atau dapat pila berupa ucapan selamat datang di sertai tulisan "selamat datang kami siap menolong anda." Bila nen box itu di lengkapi juga dengan suara rekaman yang mengucapkan salam, tentu akan lebih baik.

d. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Jalan

     Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang di dukung oleh bina suasana dan advokasi.

1. Pemberdayaan

      Idealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu dimana pada setiap petugas rumah sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat di sediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultan (konseling) atau ingin mendapatkan konfirmasi.

    Ruang konseling ini di sediakan di setiap poliklinik dan dilayani oleh seorang dokter ahli atau perawat mahir (yang berkualifikasi) sesuai dengan poliklinik mata misalnya, di sediakan ruang konseling kesehatan mata yang di layani oleh seorang dokter ahli mata atau perawat mahir kesehatan mata. Tugas melayani ruang konseling ini dapat digilir di antara dokter ahli mata atau perawat yang ada, yaitu mereka yang tidak bertugas di poliklinik, diberi tugas di ruang konseling.

    Konseling sebagainya dilakukan secara individual,. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan di lakukannya konseling secara berkelompok (5-6 paisen sekaligus), jika keadaan mengijinkan. Jika demikian maka ruang konseling ini sebagiknya cukup luas untuk menampung 6-7 orang.

     Ruang konseling sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif digunakan disini misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau model-model anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop & LCD. Seorang pasien yang hendak di operasi katarak, mungkin menginginkan penjelasan tentang proses operasi katarak tersebut. Jika demikian, maka selain penjelasan lisan, tentu akan lebih memuaskan jika dapat disajikan gambar-gambar tentang proses operasi tersebut. Bahkan lebih bagus lagi jika dapat ditayangkan rekaman tentang proses operasi katarak melalui laptop & LCD yang diproyeksikan ke layar.

2. Bina Suasana

      Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan rumah sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik, khususnya di ruang tunggu, perlu di pasang poster-poster, disediakan selembaran (leaflet), atau dipasang televisi dan VCD/DVD player yang di rancang untuk sexara terus-menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan poliklinik yang bersangkutan.

    Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien yang di antaranya, si pengantar dapat diharapkan membantu rumah sakit memberikan juga penyuluhan kepada pasien. Bahkan jika pasien yang bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang di sajikan, maka seolah-olah ia berada dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

3. Advokasi

     Sebagaimana di puskesmas, biaya pengobatan rawat jalan pasien rumah sakit yang miskin juga di bayar pemerintah melalui program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Akan tetapi, penderita penyakit kronis yang harus datang ke rumah sakit secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu, mungkinakan terkendala oleh biaya transportasi. Tidak jarang justru hal inilah yang menyebabkan tidak tuntasnya pengobatan (drop out).

    Penyakit-penyakit infeksi tertentu juga erat berkaitan dengan kesehatan lingkungan rumah penderita. Misalnya, rumah yang pengap karena tidak berjendela atau cahaya matahari tidak masuk, lantai rumah yang lembab karena berupa lantai tanah, halaman/kebun dipakai untuk buang air besar karena tidak adanya jamban keluarga dan lain-lain.

    Oleh karena itu, sangat diharapkan rumah sakit dapat membantu para pasien miskin agar mereka dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dideritanya secara paripurna. Jika rumah sakit sudah memiliki cukup dana untuk itu, tentu hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi jika rumah sakit belum memiliki cukup dana, diperlukan advokasi ke berbagai pihak (donatur) untuk menggalang dana bantuan. Banyak perusahaan misalnya, yang bersedia memberikan donasi untuk hal-hal semacam ini, melalui program corporate social responsibility (CSR).

   Dana bantuan yang terkumpul sebaiknya dikelola secara akuntabel, misalnya melalui sebuah yayasan atau lembaga fungsional lain yang dibentuk dan berada di bawah kendali rumah sakit. e. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap

    Terdapat tiga kategori paisen rawat inap di rumah sakit, yaitu (1) pasien yang sedang sakit akut, (2) pasien yang dalam proses penyembuhan, dan (3) pasien dengan penyakit kronis. Selama pasien sakit akut atau dalam kondisi darurat, semua oerhatian dan tenaga pasien serta petugas rumah sakit di pusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderita. Suasana seperti ini tentu tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan. Namun petugas rumah sakit sudah dapat mulai melakukan perencanaan upaya pemberdayaan jika nanti keaadaan sudah memungkinkan.

      Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Walaupun ada pasien yang acuh tak acuh. Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera dilakukan. Tetapi bagi merka yang acuh tak acuh, proses pemberdaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan adanya masalah.

     Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan khususnya dalam pelaksaan pemberdayaan.

 1. Pemberdayaan

    Sebagaimana disebutkan tadi, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat inap pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat inap penyakit kronis (kanker, tuberkulosis, dan lain-lain). Terdapat berbagai cara pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini.

a. Konseling Di Tempat Tidur

 

      Konseling di tempat tidur (bedside konseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi pasien demi pasien, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut, dan melakukan pelayanan konseling.

    Oleh karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Maka alat peraga atau media komunikasi yang digunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti lembar balik (flashcard), gambar-gambar atau foto foto. Alat peraga tersebut sebaiknya sedikit mungkin mencantumkan kata-kata atau kalimat. Jika diruang perawatan pasien terdapat televisi, mungkin ia dapat membawa VCD/DVD player dan beberapa VCD/DVD berisi informasi tentang penyakit pasiennya.

 b. Biblioterapi

    Biblio terapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien rumah sakit (Hartono, 1985). Di negara-negara maju seperti amerika serikat, perpustakaan-perpustakaan yang dimiliki rumah sakit tidak hanya berberan dalam mendukung perkembangan pengetahuan petugas, tetapi juga dalam upaya menyembuhkan pasien. Dalam hal ini, para pustakawan "menjajakan" bahan-bahan bacaan koleksinya dari tempat tidur ke tempat tidur pasien dengan sebuah kereta dorong. Para pasien boleh meminjam bacaan yang diminati untuk beberapa lama, dan mnegembalikan bahan bacaan yang telah selesai dibaca. Bagi pasien yang tidak dapat membaca (misalnya karena sakit mata), maka biblio terapi dapat digabung dengan bedside conseling. Dalam hal ini perawat mahir akan membantu pasien membacakan sambil melakukan konseling.

     Buku atau bahan bacaan memiliki sejumlah kelebihan dibanding media komunikasi lain. Umur keberadaan buku atau bahan bacaan di tengah-tengah manusia adalah paling panjang. Bahan bacaan juga lebih praktis penggunanya, karena dapat digunakan di mana saja, kapan saja, tanpa tergantung kepada listrik, baterai, cuaca, dan peralatan-peralatan pendukung. Untuk mengulang-ulang isi yang belum dipahami, seseorang tidak perlu berepot-repot, cukup sekedar membolak-balik kertas. Bahan bacaan juga dapat menampung lebih banyak informasi. Memang, bahan bacaan juga memiliki kelmahan, khususnya karena ia menuntut kemampuan dan minat membaca dari pemakainya. Tapi kelemahan ini dapat ditutup jika para petugas rumah sakit memang benar-benar bersedia sebagai penolong pasien. Banyak contoh dimana mereka yang semula tidak gemar membaca, akhirnya menjadi "kutu buku" sekeluar dari rumah sakit, akibat ketekunan pustakawan atau perawat membimbingnya membaca.

 c. Konseling Berkelompok

    Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya barang sejenak, dapat dilakukan konseling secara berkelompok. Untuk itu, maka dibangsal perawat yang bersangkutan harus di sediakan suatu tempat atau ruangan untuk berkumpul. Konseling berkelompok ini selain untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat pula diselingi dengan rekreasi. Misalnya dengan sekali waktu menyelenggarakan konseling berkelompok ini ditaman rumah sakit. Atau sekali waktu deselingi acara menyanyi dengan iringan gitar, organ, atau karaoke atau dengan makan siang bersama.

 

     Untuk seling berkelompok tentu sebaiknya digunakan alat peraga atau media komunikasi kelompok. Jika lembar baik (flashcards) terlalu kecil (karena oranya banyak), maka lebih baik digunakan media yang lebih besar seperti flipchards, poster, atau standing banner. Jika konseling kelompok dilakukan di ruangan, dapat mengguankan laptop LCD projector dan layarnya untuk menyangkan gambar-gambar atau bahkan film/LCD/DVD.

2. Bina Suasana

    Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para penjenguk (pembesuk). Biasanya para penjenguk ini sudah berdatangan beberapa saat sebelum jam besuk dimulai.

a. Pemanfaatan Ruang Tunggu

     Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika demikian, maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster cetakan atau poster dalam nen box. Juga dapat disediakan box berisi selebaran atau leaflet yang boleh diambil secara gratis. Akan lebih baik. lagi jika diruang tunggu itu juga disediakan televisi yang menayangkan berbagai pesan kesehatan dari VCD/DVD player.

    Dengan bebagai informasi tersebut diharapkan para penjenguk mendapat informasi yang nantinya dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan dijenguknya..

b. Pembekalan Penjenguk Secara Berkelompok

      Para penjenguk yang sedang menunggu jam besuk, dapat pula dikumpulkan dalam ruangan-ruangan yang berbeda sesuai dengan penyakit pasien yang akan dijenguknya. Jadi, penjenguk pasien penyakit jantung misalnya, dikumpulkan di ruang A, penjenguk pasoen tuberkulosis dikumpulkan di ruang B, dan seterusnya. Setelah itu datang dokter spesialis jantung atau perawat mahir jantung ke ruang A, dokter spesialis paru atau perawat mahir paru ke ruang B, dan seterusnya, Dalam waktu 15-30 menit dokter spesialis atau perawat mahir tersebut memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penjenguk.

     Sebelum menutup diskusi, yaitu bebrapa menit sebelum jam besuk dimulai, dokter spesialis atau perawat mahir menyampaikan pesan agar para penjenguk kiranya dapat membantu memberi penjelasan kepada pasien yang mereka jenguk agar proses penyembuhan menjadi lebih cepat.

c. Pendekatan Keagamaan

     Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya sendiri ataupun dengan dibantu pemuka agama, (kia, ustadz, pendeta, pastur dan lain-lain sesuai agama pasien), mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doa-doa. Pembaca doa-doa ini kemudian disambung dengan pemberian nasehat oleh petugas rumah. sakit atau pemuka agama tentang pentingnya melaksanakan perilaku tertentu. Rujukan terhadap kitab suci untuk memperkuat nasihat biasanya dilakukan, sehingga pasien pun merasa lebih yakin akan kebenaran perilaku yang harus dilaksanakannya dalam rangka mempercepat penyembuhan penyakit.

 

    Acara keagamaan ini dapat dilakukan individu pasien ataupun untuk kelompok-kelompok pasien. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Frekuensinya bisa seminggu sekali, sebulan dua kali, atau sebulan sekali, sesuai dengan kemampuan rumah sakit.

d. Advokasi

     Advokasi juga diperlukan dalam kaitannya denga pasien rawat inap, khususnya untuk membantu pasien miskin. Memang, untuk pasien miskin, biaya rawat inap juga sudah di subsidi pemerintah melalui program jamkesmas. Tetapi, sebagaimana halnya pasien miskin yang di rawat inap di puskesmas perawatan, pasien miskin yang rawat inap dirumah sakit pun memerlukan perhatian dalam dua hal yaitu:

a. Jika yang harus dirawat inap adalah kepala keluarga, maka nafkah keluarga tersebut akan tertanggung. Pasien yang kepala keluarga ini mungkin bertambah penderitaannya dengan beban tambahan yang bersifat fsikologis.

b. Jika kondisi buruk tempat tinggal pasien juga memengaruhi kembuhnya kembali penyakitnya, maka pengobatan oleh rumah sakit menjadi sia-sia.

     Berkaitan dengan hal tersebut, menjadi ideal jika rumah sakit dapat ikut membantu meringankan beban pasien dan keluarganya, tentu diperlukan dana yang tidak sedikit untuk terlaksananya misi kemanuasiaan semacam ini. Jika rumah sakit merasa berat secara finansial untuk memikulnya, maka rumah sakit dapat melakukan advokasi guna mendapat dukungan atau menggalang kemitraan.

    Dana yang dibutuhkan rumah sakit untuk melaksanakan bantuan bantuan tersebut dapat digalang dari pemerintah daerah, donasi para dermawan dan pengusaha, serta sumber-sumber lain (misalnya oerganisasi internasional). Hal ini dilaksanakan melalui advokasi rumah sakit terhadap berbagai pihak, khususnya DPRD, pemerintah daerah, para dermawan dan para pengusaha.

e. Promosi Kesehatan Di Tempat Pembayaran

    Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya harus singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang perpisahan ini pasien/ kerabatnya itu memang tidak berada terlalu lama. Namun hendaknya promosi kesehatan juga masih hadir, yaitu untuk menyampaikan salam hangat dan ucapan selmat jalan, semoga semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa kapan pun kelak pasien membutuhkan pertolongan, jangan ragu-ragu untuk datang lagi kerumah sakit.

     Datang diterima dengan salam hangat, dan pulang pun diantar dengan salam hangat. Biarlah kenagan yang baik selalu ditanam dalam ingatan pasien/kerabatnya, sehingga mereka benar-benar mengangganp rumah sakit sebagai penolong yang baik.

f. Promosi Kesehatan Di Pelayanan Penunjang Medis

     Dalam rangka pelayanan penunjang medis, promosi kesehatan terutama dapat dilaksanakan di pelayanan laboratorium, pelayanan rontgen, pelayanan obat/apotik, dan pelayanan pemulasaran jenazah.

 

 g. Promosi kesehatan di pelayanan laboratorium

      Di pelayanan laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga klien (orang sehat), dan para pengantarnya,. Kesadaran yang

a) ingin diciptakan dalam diri mereka dalah pentingnya melakukan pemeriksanaan laboratorium, yaitu: Bagi pasien adalah untuk ketetapan diagnosis yang dilakukan oleh dokter.

b) Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.

     Pada umumnya pasien, klien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di pelayanan laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi kesehatan dengan media swalayan (self service) seperti poster-poster yang ditempel di dinding atau penyediaan leaflet yang dapat diambil gratis.

h. Promosi kesehatan di pelayanan rontgen

     Sebagaimana di pelayanan rontgen pun umumnya pasien, klien,dan para pengantarnya tidak tinggal terlalu lama. Disini kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka pun serupa dengan dipelayanan laboratorium, yaitu pentingnya melakukan pemeriksaan rongen:

 a) Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter

b) Bagi klien atau mereka yang sehat lainnya adalah untuk memantau kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.

      Dengan demikian, promosi kesehatan yang dilaksanakan disini sebaiknya juga dengan memanfaatkan media awalayan seperti poster dan leaflet.

i.  Promosi kesehatan di pelayanan obat/apotik.

     Di pelayanan dalam obat/ apotek juga dapat dijumpai baik pasien, klien, maupun pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan terutama  adalah tentang:

a) Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik.

 b) Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunanakan obat, sesuai dengan petunjuk dokter

c) Pentingnya pemeliharaan taman obat keluarga (TOGA) dalam rangka memenuhi kebutuhan akan obat-obat sederhana.

      Dipelayanan obat/apotik boleh jadi pasien, klien atau pengantarnya tinggal agak lama, karena menanti disiapkannya obat. Dengan demikian, selain poster dan leaflet, dikawasan ini juga dapat di operasikan DVD/VCD player dan televisinya yang menayangkan pesan-pesan tersebut diatas.

j. Promosi kesehatan di pelayanan pemulasaraan jenazah

    Di pelayanan pemulasaraan jenazah tentu tidak akan dijumpai pasien, karena yang ada adalah pasien yang sudah meninggal dunia. Yang akan dijumpai ini adalah para keluarga atau teman-teman pasien (jenazah) yang mengurus pengambilan jenazah dan transpportasinya.

    Dengan demikian, cara yang paling tepat adalah memasang poster- poster atau menyediakan leaflet untuk diambil secara gratis. Akan lebih menyentuh juka pesan-pesan dalam poster dan leaflet juga dikaitkan dengan pesan-pesan keagamaan. Misalnya dalam menyetir ayat-ayat dalam kitab suci atau pernyataan-pernyataan ulama/ pemuka agama.

k. Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat

    Sebagaimana yang telah disebutkan, klien rumah sakit termasuk mereka yang sehat, yang juga memerlukan pelayanan rumah sakit. Strategi promosi kesehatan bagi mereka serupa dengan strategi promosi kesehatan bagi pasien (orang sakit), yaitu pemberdayaan yang di dukung oleh binasuasana dan advokasi.

l. Pemberdayaan

    Dalam rangka pemberdayaan terhadap klien sehat rumah sakit dapat membentuk kelompok-kelompok diskusi, kelompok paduan suara, kelompok senam, selain membuka konseling berbagai aspek kesehatan.

 a. Pengelolaan kelompok diskusi

     Banyak anggota msayarakat yang dalam kedaaan sehat ingin mempertahankan terus kesehatannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini media massa penyedia informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, koran, dan juga acara-acara radio dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluan ini dapat ditangkap oleh rumah sakit dengan menyediakan sarana atau mengorganisasi interaksi masyarakat berwujud simposium, seminar, lokakarya dan forum-forum diskusi lainnya.

      Jika forum-forum seperti simposium, seminar, dan lokakarya belum dapat diselenggarakan, rumah sakit dapat menyelenggarakan forum- forum diskusi kecil (10-20 orang), dengan mendayakan sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit. Diskusi kelompok dapat diselenggarakan secara reguler ataupun sewaktu-waktu

 b. Pengelolaan kelompok padian suara

       Bernyanyi dipercaya orang sebagai salah satu jalan keluar untuk mencegah stress. Jika demikian, maka rumah sakit dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sehat yang ingin terhindar dari stress, dengan mengorganisasikan beberapa kelompok paduan massa. Mereka yang berminat di daftar dan diminta membayar konstribusi sejumlah tertentu, kemudian rumah sakit menyediakan tempat untuk berlatih dan instruktur.

c. Penyelenggaraan acara reaksi.

      Rekreasi juga di percaya sebagai salah satu jalan keluar untuk mencegah stress. Oleh karena itu, relevan jika rumah sakit mengorganisasikan pula pelayanan rekreasi bagi masyarakat umum, tentu saja dengan memungut konstribusi (iuran). Kalaupun rekreasi tu dilakukan ke tempat-tempat wisata, kiranya dapat dipadukan dengan kegiatan diskusi kesehatan di alam terbuka..

d. Pengelolaan kelompok senam

       Sebagaimana pada kelompok diskusi atau kelompok paduan suara, rumah sakit dapat mendaftar mereka yang berminat, tentu saja dengan memungut konstribusi (iuran), untuk kemudian mnyediakan fasilitas dan instruktur. Berbagai kelompok senam dapat dibentuk misalnya seperti senam hamil, senam kecantikan, senam kebugaran usia lanjut (lansia), bahkan juga senam balita.

 e. Pelayanan konseling

     Banyak pelayanan konseling dapat diselenggarakan rumah sakit bagi klien sehat. Untuk para remaja dapat dibuka konseling kesehatan remaja atau konseling pendidikan seks. Kepada calon-calon pengantin dapat dibuka konseling pranikah. Kepada para orangtua muda dapat ditawarkan konseling ayah bunda. Kepada para wanita usia subur dapat. diberikan pelayanan konseling keluarga berencana. Kepada kelompok usia lanjut dapat ditawarkan konseling kesehatan lansia. Khusus bagi pekerja keras dan mereka yang rawan stress, dapat ditawarkan konseling mencegah/mengatasi stress. Untuk perokok yang ingin mengakhiri kebiasaan merokoknya, dapat diselenggarakan konseling berhenti merokok.

 2. Bina Suasana

      Pihak yang bepengaruh terhadap klien sehat terutama adalah para petugas rumah sakit dan mereka yang direkrut oleh rumah sakit untuk mengelola pelayanan-pelayanan dalam rangka pemberdayaan. Mereka ini diharapkan menjadi teladan yang baik bagi para kliennya dalam hal pengetahuan, sikap, dan perilaku.

     Kegiatan-kegiatan bina suasana lainnya diperlukan untuk lebih memperkuat pengaruh yang sudah dikembangkan oleh para petugas. Kegiatan-kegiatan bina suasana tambahan yang dimaksud disini adalah terutama pemanfaatan ruangan yang ada guna mendorong terciptanya sikap dan perilaku yang diharapkan dalam diri klien. Untuk itu maka dapat dilakukan beberapa hal berikut:

a. Pemasangan poster di dinding-dinding baik dalam bentuk cetakan maupun neon box atau bentuk-bentuk lain.

b. Penyediaan perpustakaan atau ruang dan bahan-bahan bacaan.

c. Penyediaan leaflet atau selebaran atau bahan-bahan informasi lain yang dapat diambil secara gratis.

d. Penyediaan VCD/DVD player dan televisi yang menaynagkan informasi. informasi yang diperlukan.

e. Penyelenggaraan pameran yang secara berkala diganti topik dan bahan-bahannya.

3. Advokasi

    Pada umumnya klien sehat datang dari segmen masyarakat mampu, walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya klien sehat dari segmen masyarakat miskin. Oleh karena itu dukungan yang diharapkan oleh rumah sakit dalam pemberdayaan klien sehat terutama dalah adanya kebujakan atau peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi rambu-rambu perilaku bagi mereka. Penambahan anggaran untuk melayanai klien sehat, mungkin memerlukan upaya meyakinkan para penentu anggaran rumah sakit tentang pentingnya pelayanan-pelayanan bagi klien sehat. Untuk itu diperlukan advoksi terhadap pemerintah pusat atau daerah dan DPRD. Sedangkan jika tambahan dana itu diharapkan datang dari para dinatur atau dunia usaha, tentu diperlukan advokasi terhadap mereka.

 i . Promosi Kesehatan Di Luar Gedung

     Peluang promosi kesehatan di luar gedung rumah sakit pada hakikatnya berupa pemanfaatan media luar ruang dan pemanfaatan sarana-sarana di luar gedung rumah sakit untuk promosi kesehatan. Pemanfaatan media luar ruang dapat berupa pemasangan spanduk, pemasangan baliho/billboard, pemasangan neon box, pembuatan taman obat keluarga. Sedangkan sarana diluar gedung rumah sakit dapat berupa kanting atau warung dan toko/kios, tempat ibadah yang berada dalam kawasan rumah sakit. Dengan demikian sesungguhnya tersedia banyak cara untuk melaksanakan promosi kesehatan diluar gedung rumah sakit, yaitu:

1. Promosi kesehatan di tempat parkir

    Tempat parkir rumah sakit berupa lapangan parkir atau gedung/bangunan parkir (termasuk basement rumah sakit). Jika tempat parkir rumah sakit berupa lapangan, maka pesan-pesan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk baliho atau balon udara disudut lapangan dan neon box diatap bangunan gardu parkir. Pengaturan dalam memasang media komunikasi ini harus dilakukan dengan konsultasi kepada ahlinya, sehingga mudah ditangkap oleh mereka yang berada dilapangan parkir, tanpa merusak keindahan lapangan tersebut.

2. Promosi kesehatan di taman rumah sakit

    Rumah sakit pada umumnya memiliki taman, baik dihalaman depan, di sekeliling, ataupun dibekakan gedung rumah sakit., Taman-taman dihalaman rumah sakit memang diperlukan guna memperindah memandangan disekitar rumah sakit. Namun demikian, taman-taman rumah sakit ini sebenarnya dapat pula digunakan sebagai sarana memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat. Jika demikian, maka teman-teman tersebut dapat dikatakan sebagai taman obat keluarga (TOGA).

3.Promosi kesehatan di dinding luar rumah sakit

   Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada hari kesehatan nasional. dan lain-lain, di dinding luar rumah sakit juga dapat ditampilkan pesan pesan promosi kesehatan. Disarankan untuk hanya memasang 1-2 spanduk raksasa (giant banner) di dinding luar rumah sakit. Spanduk raksasa ini harus terbuat dari bahan yang tidak mudah sobek dan dipasang sedmikian rupa sehingga tidak diterbangkan angin. Jika sapanduk mulai kusam harus segera dilepas agar tidak mengganggu keindahan dinding rumah sakit.

4. Promosi kesehatan di pagar pembatas kawasan rumah sakit

    Sering dengan pemasangan spanduk raksasa di dinding luar rumah sakit, dipagar pembatas sekeliling kawasan rumah sakit, khususnya yang berbatasan dengan jalan, dapat dipasang spanduk- spanduk biasa (normal)

5. Promosi kesehatan di kantin/kios kawasan rumah sakit

    Bentuk media komunikasi yang cocok untuk sarana-sarana ini dalah poster atau neon box, dan leaflet, brosur atau selebaran yang dapat diambil secara gratis,. Untuk ruangan yang lebih besar seperti kantinatau toko bukuh, tentu dapat pula ditayangkan VCD/DVD atau dibuat pameran kecil disudut ruangan.

6. Promosi kesehatan di tempat ibadah

    Di rumah sakit biasanya tersedia ditempat ibadah untuk kepentingan individu atau kelompok kecil, seperti mushollah. Pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan dalam bentuk pemasangan poster atau penyediaan leaflet, brosur atau selebaran dapat diambil secara gratis. Adapun pesan pesan yang disampaikan sebaiknya berupa pesan-pesan untuk kesehatan jiwa (yang dikaitkan dengan agama) dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan lingkungan.

 

I. Kendala Dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit

1. Kendala Pelayanan di rumah sakit Ada beberapa kendala yang sering muncul dalam pelayanan di sebuah rumah sakit, baik itu kendala internal maupun eksternal, antara lain:

a. Masalah mutu pelayanan rumah sakit.

     Kendala yang sering muncul berkaitan dengan mutu pelayana sebuah rumah sakit yang paling utama dan paling sering dirasakan oleh costumer adalah kecepatan pelayanan dan kualitas keterampilan tenaga pelayanan kesehatan di rumah sakit.

 b. Masalah tuntutan hukum terhadap kualitas pelayanan rumah sakit.

      Kendala yang sering muncul selanjutnya adalah banyaknya tuntutan hukum terhadap pelayanan rumah sakit. Diantaranya, dugaan mal praktik dan kesalahan tindakan medis, sehingga menjadi kendala bagi petugas pelayanan kesehatan untuk melaksanakan tugasnya.

c. Masalah keterjangkauan dan pemerataan pelayanan.

      Keterjangkauan dan pemerataan pelayanan bagi keluarga miskin, fungsi sosial rumah sakit atau kepedulian rumah sakit terhadap pasien tidak mampu.

d. Distribusi dokter spesialis yang tidak merata.

     Dokter spesialis cenderung berada di kota-kota besar, sedangkan di kota kabupaten ketersediaan dokter spesialis sangat terbatas.

2. Kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit

  Untuk lebih memperjelas jenis-jenis pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka kita dapat mempelajari jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit secara umum, yaitu:

a. Administrasi dan manajemen.

     Di rumah sakit jajaran administrasi dan manajemen sering disebut dengan jajaran struktural, dimana dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah pelayanan di bidang administrasi dan manajemen, antara lain: administrasi dan manajemen pasien rawat jalan dan rawat inap, administrasi dan manajemen akuntansi keuangan, administrasi dan manajemen sumber daya manusia, administrasi dan manajemen pemasaran.

b. Pelayanan medis.

     Rumah sakit dalam kegiatan pelayanan tidak terlepas dari pelayanan medis karena fungsi rumah sakit yang utama adalah menjadikan seorang penderita suatu penyakit keluar dari rumah sakit menjadi sehat bukan sebaliknya. Pelayanan medis ini antara lain: bedah, kesehatan anak.. kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit dalam, penyakit mata, penyakit syaraf, penyakit kulit dan kelamin, THT, gigi dan mulut, radiologi, patologi anatomi, patologi klinik, kedoteran kehakiman, rehabilitasi medik.

c. Pelayanan gawat darurat..

    Pelayan gawat darurat atau sekarang sering disebut dengan instalasi rawat darurat (IRD), adlaha bentuk pelayanan media sebuah Rumah Sakit yang berkaitan dengan kegawat daruratan, misalnya persalinan, kecelakaan,dan berbagai bentuk pelayanan yang memerlukan tindakan cepat, tepat dan akurat untuk menyelamatkan penderita.

d. Pelayanan keperawatan.

    Pelayanan keperawatan diberikan oleh rumah sakit khususnya bagi pasien Rumah Sakit yang memerlukan pelayanan medis rawat inap maupun rawat jalan, serta membutuhkan bantuan tenaga keperawatan dalam rangka proses penyembuhan.

 e. Rekam medis.

      Bentuk pelayanan sebuah rumah sakit untuk mengelola informasi medis, berupa sejarah penyakit dan tindakan medis yang pernah diterima pasien, tujuan rekam medis memungkinkan pengguna (pasien dan tenaga medis) melakukan pengisian, penyimpanan dan mengambil ulang data secara spesifik baik per individu pasien atau kelompok, termasuk data klinis, administrasi dan demografi, sehingga memudahkan operasional sebuah Rumah Sakit.

f. Pelayanan radiologi.

     Pelayanan Rumah Sakit berupa data foto rontgen yang dihasilkan untuk menunjang pengambilan keputusan atas tindakan pelayanan medis yang akan diterima oleh pasien.

g. Pelayanan laboratorium.

    Pelayanan Rumah Sakit berupa data pemeriksaaan laboratorium yang dihasilkan untuk menunjang pengambilan keputusan atas tindakan pelayanan medis yang akan diterima oleh pasien.

h. Kamar operasi.

 

     Pelayanan Rumah Sakit berupa tindakan medis berupa pembedahan, pengambilan organ sebagian maupun seluruh organ yang tidak berguna untuk menyelamatkan kondisi pasien dalam rangka mempercepat proses penyembuhan.

i. Pelayanan farmasi.

       Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam rangka mempermudah pasien atau keluarganya dalam memperoleh obat atau peralatan penunjang kesehatan dalam upaya untuk membantu  mempercepat proses penyembuhan pasien.

j. K-3.

    Pelayanan Rumah Sakit yang diberikan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kerja bagi setiap pengunjung yang berada di lingkungan Rumah Sakit, pemberian masker penutup mulut kepada semua pengunjung rumah sakit saat terjadi wabah SARS misalnya.

 k. Perinatal Risiko Tinggi.

   Pelayanan ibu hamil resiko tinggi secara cepat, tepat dan akurat, merupakan bentuk pelayanan Rumah Sakit.

l. Pengendalian infeksi.

    Pelayanan pengendalian infeksi dan penyakit menular juga merupakan bentuk pelayanan sebuah rumah sakit.

m. Pelayanan anestesi.

    Pelayanan anestesi atau pembiusan lokal, maupun umum bagi pasien yang akan menjalani proses tindakan medis berupa operasi juga diberikan oleh sebuah rumah sakit.

n. Rehabilitasi medis.

   Pelayanan rehabilitasi medis bagi pasien pasca menjalani proses tindakan medis juga diberikan oleh sebuah Rumah Sakit, untuk membantu mempercepat proses penyembuhan.

o. Pelayanan Gizi.

     Pelayanan gizi Rumah Sakit layaknya mengelola sebuah perusahaan catering, dimana pelayanan makan setiap setiap hari kepada seluruh pasien disesuaikan dengan jenis makanan serta kecukupan gizi bagi sstiap pasien. dengan berbeda penyakit tentunya berbeda jenis makanannya

p. Pelayanan intensif

   Rumah Sakit akan memberikan pelayanan intensif apabila seorang pasien membutuhkan observasi khusus terhadap penyakit yang dideritanya, sebelum diketahui penyakit yang diderita, seorang pasien dapat memanfaatkan pelayanan intensif.

q. Pemeliharaan sarana.

      Pelayanan ini diberikan guna menunjang pelaksanaan tindakan medis dan non medis sebuah Rumah Sakit agar memperlacar kegiatan operasional setiap hari sebuah Rumah Sakit, bagian ini bertugas memelihara sarana dan prasarana medis maupun non medis sebuah Rumah Sakit.

 r. Perpustakaan.

     Sebuah Rumah Sakit juga memberikan pelayanan perpustakaan, dimana di dalam perpustakaan berguna untuk menimpan buku, artikel, jurnal, serta hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan Rumah Sakit, yang bersifat medis maupun non medis.

 

 

 

POSTER KELOMPOK 1

1.NURFADILAH (202001097)

Kepuasan pasien dan reputasi rumah sakit Anda berjalan seiring. Komponen utama dalam mencapai peringkat kepuasan yang lebih tinggi adalah layanan pelanggan. Cara Anda berinteraksi dengan pasien dan anggota keluarga mereka akan membuat semua perbedaan dalam cara dunia memandang layanan Anda.

1. Berkomunikasi secara efektif

Perawat, dokter, bagian administrasi, dan staf layanan kesehatan lainnya menghabiskan banyak waktu berbicara dengan pasien — tetapi apakah mereka benar-benar berkomunikasi? Mereka mungkin mendiagnosis kondisi dan meresepkan obat, tetapi komunikasi nyata melibatkan isyarat verbal dan nonverbal untuk membuat pasien merasa dihargai dan aman dalam situasi apa pun. Hal ini dimulai di rumah sakit tempat para profesional kesehatan dapat melakukan kontak mata, menjelaskan apa yang terjadi, menjawab pertanyaan, dan meyakinkan pasien mereka.

Administrator dan pemasar juga dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan perawatan yang berkualitas. Misalnya, mereka dapat mengirimkan survei email dan pesan promosi kepada pasien mereka untuk meminta umpan balik dan menawarkan diskon. Mereka juga dapat membuat blog yang mengkomunikasikan informasi tentang penyakit umum atau pertanyaan umum lainnya. Jenis komunikasi di atas dan di luar ini adalah apa yang membuat fasilitas Anda menonjol dibanding pesaing.

 

2. Tanggapi Keluhan dan Kekhawatiran dengan Serius

Memang benar bahwa beberapa pasien sulit untuk menyenangkan, terutama orang tua. Namun, itu tidak berarti Anda harus mengabaikan umpan balik mereka. Jika seorang pasien terus-menerus mengeluh tentang sesuatu, Anda harus menganggapnya serius. Mungkin ternyata Anda sudah melakukan yang terbaik yang Anda bisa, tetapi pasien lebih dapat merasa tenang karena Anda mau melihat ke dalam masalah mereka.

3. Buat Sistem

Sistem menjaga penyedia layanan kesehatan tetap aman dan membantu pasien merasa seperti di rumah. Algoritma penjadwalan dan rutinitas dapat membantu Anda dalam menghindari keterlambatan dan menyediakan cukup waktu untuk dihabiskan bersama pasien. Sistem penagihan membantu Anda dan pasien tetap pada halaman yang sama, dan ketika peraturan dilanggar, ada standar untuk meninjau kembali dan memperbaiki kerusakan.

Otomatiskan sebanyak mungkin proses. Anda tidak akan ingin mengambil elemen manusia dari interaksi Anda dengan pasien, tetapi proses otomasi ini dapat membuat semuanya berjalan lancar.

4. Lakukan Panggilan Tindak Lanjut

Lebih sulit untuk memonitor staf Anda ketika mereka melakukan kunjungan ke rumah dibanding saat mereka bekerja di dalam klinik/rumah sakit. Ini membuat tindak lanjut menjadi sangat penting. Hanya perlu panggilan telepon atau survei surel untuk mengetahui apakah kunjungan itu sesuai dengan standar pasien dan jika ada bidang-bidang perbaikan yang diperlukan, baik bagi staf tersebut atau pun sistem secara keseluruhan. Ini menciptakan standar kontrol kualitas untuk pemeliharaan reputasi dan perawatan berkualitas tinggi bagi semua pasien.

5. Ukur Kepuasan Pasien

Setelah Anda menerima umpan balik dari setiap kunjungan, catat informasi tersebut. Manajemen kepuasan sangat penting untuk layanan pasien yang kuat. Pertahankan sistem yang akan memonitor 'serangan' terhadap karyawan tertentu dan terhadap sistem tertentu dalam organisasi Anda. Tak lama, Anda dapat mengidentifikasi pola yang akan mengarahkan upaya dan sumber daya pelatihan Anda di masa mendatang.

6. Pekerjakan Staf yang Tepat

Sebagian besar kesuksesan suatu perusahaan tergantung pada keterampilan dan kepribadian staf Anda. Kepribadian sangat penting. Anda selalu dapat mengajarkan keterampilan baru, tetapi jauh lebih sulit untuk membujuk kepribadian yang ramah dan ceria yang tidak alami di sana.

Cari anggota staf yang menyukai apa yang mereka lakukan. Mereka harus suka merawat manula dan orang cacat agar mereka dapat mempertahankan sikap positif. Staf yang tepat akan mengurangi turnover dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

7. Ikuti Buku Panduan

Meskipun selalu ada ruang untuk empati dan kasih sayang, pastikan penyedia layanan kesehatan Anda memahami pentingnya mematuhi aturan dan peraturan perundang-undangan. Anda tahu lebih baik daripada siapa pun seberapa ketat Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan lembaga pemerintah lainnya. Demi kesehatan dan keselamatan pasien Anda, buat peraturan yang telah ditentukan menjadi standar umum.

8. Ciptakan Lingkungan Bebas Saling Menyalahkan

Kesalahan akan terjadi, tetapi tidak perlu mengarahkan jari dan meningkatkan drama. Sebagai aturan umum, jika kesalahan terjadi sekali, kemungkinan kesalahan karyawan atau keadaan. Jika itu terjadi dua kali, itu masalah dengan sistem. Cobalah untuk memberi staf Anda manfaat dari keraguan dan bekerja untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Kepuasan pasien datang secara alami ketika anggota staf Anda melakukan pekerjaan mereka dan memberikan layanan tingkat tinggi. Saat keterampilan layanan pelanggan tim Anda menguat, Anda akan mengembangkan atmosfer yang lebih sehat, lebih bahagia untuk pasien dan staf Anda.

 

2. Angelina Zahra ( 202001103 )

1. Menyelenggarakan pelayanan rutin rawat jalan

    Rawat Jalan merupakan pelayanan medis kepada pasien untuk tujuan observasi diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Tujuan dari meningkatkan pelayanan rawat jalan ini juga termasuk meningkatkan angka kunjungan pasien.

2. Menyelenggarakan pelayanan rutin rawat inap

    Rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien yang masuk ke rumah sakit dengan menggunakan tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan penunjang medik lainnya. Dengan meningkatkan BOR yang ada dirumah sakit, sehingga pasien nyaman ketika berada dirumah sakit tersebut.

3. Menyelenggarakan pelayanan rutin radiologi

    Pelayanan radiologi ini merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol. Pelayanan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga kebutuhan/keinginan/harapan customer dapat terpenuhi (pelanggan puas), Penilaian Mutu pelayanan dapat untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pelayanan dengan demikian akan dapat menghargai keberhasilan dan memperbaiki kegagalan.

4. Menyelenggarakan pelayanan rutin laboratorium

    Instalasi laboratorium adalah salah satu instalasi di rumah sakit yang merupakan pelayanan penunjang yang bertujuan : Membantu diagnose suatu penyakit sehingga dokter dapat menangani suatu penyakit dengan tepat, cepat, dan akurat.  Sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, dan kondisi kesehatan. Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain hematologi klinik, kimia klinik, imuno klinik, dll. Nah pelayanan Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit pada penderira atau menegakkan diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan menentukan prognosis.

5. Menyelenggarakan pelayanan IGD dirumah sakit

      Pelayanan IGD melayani pertolongan pertama pada kasus atau penyakit yang tergolong emergency yakni dengan melakukan diagnosis dan pengobatan langsung pada penyakit akut dan cedera yang memerlukan tindakan segera. Dengan meningkatkan pelayanan IGD pasien yang datang dengan keadaaan darurat akan merasa bahwa pelayanan dirumah sakit tersebut sangat bagus sehingga kepuasaan pasien terpenuhi.

6. Menyelenggarakan pelayanan fisioterapi dirumah sakit

      Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan untuk merehabilitasi gerak dan fungsi tubuh agar terhindar dari cacat fisik akibat cedera atau penyakit. Pelayanan ini dilakukan melalui serangkaian terapi berupa tindakan pencegahan, diagnosis dan penanganan untuk mengatasi gangguan fisik. Dengan meningkatkan pelayanan fisioterapi tingkat peradangan pada fungsi tubuh pasien sehingga tingkat kecatatan pada rumah sakit tersebut berkurang.

3. Fitrah Ramadhani (202001114)

• Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

• Smart Card yaitu suatu program berupa kartu data pasien .smart card dapat digunakan sebagai sarana atau media sangat mempermudah pasien, penyimpan informasi pasien yang mempunyai kesederhana, keandalan, dan portabilitas yang tinggi.

• Pengunaan Smart Card memudahkam pasien dalam sistem pendaftaran dan juga menjaga kerahasiaan data pasien di pelayanan kesehatan atau pun rumah sakit, dapat kita lihat bahwa penggunaan Smart Card sangat mempermudah pasien, sehingga masyarakat harus mengetahui bagaimana penggunaan Smart Card.

• Smart card adalah kartu yang memiliki Integrated Circuit (IC) sehingga dapat diprogram untuk menyimpan informasi. Berdasarkan cara pengiriman data, smart card terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu

1). contact smart card

2). contacless smart  card.

• Perancangan aplikasi ini terdiri dari 8 (delapan) bagian, yaitu:

1.Sistem pendaftaran awal

2.Proses pengobatan rawat jalan

3.Sistem pemeriksaan rawat inap

 4.Sistem pembelian obat di apotek

5.Sistem pendaftaran laboratorium

6.Sistem pendaftaran radiologi

 7.Sistem pembayaran kasir

8.Sistem administrator rumah sakit

          Jadi Sebagian rumah sakit belum melakukan komputerisasi data pasien. Penyimpanan data pasien selama ini ditulis pada kertas. Penggunaan perangkat lunak sistem administrasi rumah sakit dengan alat bantu smart card akan mempermudah proses pendaftaran pasien untuk kedatangan selanjutnya, karena petugas administrasi tidak perlu memasukkan data diri pasien kembali.

 

4. Ita Ashari (202001121)

    Di sini saya akan menjelaskan apa itu IGD ? IGD adalah singkatan dari Instalasi Gawat Darurat . Instalasi Gawat Darurat adalah layanan yang disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat . IGD digunakan selama 24 jam sehari , 7 hari seminggu oleh berbagai macam petugas medis seperti dokter dan praktisi perawat yang sudah terlatih dalam memberikan perawatan darurat . IGD juga memiliki tim yang mungkin dibutuhkan untuk melakukan tindakan cepat seperti neurologi , kardiologi , dan ortopedi . Tujuan dari IGD yaitu tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan tepat serta terpadu dalam penanganan tingkat kegawat daruratan sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian . Pelayanan yang diberikan : -Ambulance 24 jam -Bedah minor -Laboratorium , Radiologi ( rontgen ) -Ruang Triage -Ruang Tindakan -Ruang Observasi -Tim Penanggulangan Bencana . Di dalam ruang IGD , pasien akan dimasukkan ke dalam kategori sesuai dengan kondisinya . Sistem pelayanan yang diberikan menggunakan sistem triage , dimana pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat ( emergency ) bukan berdasarkan antrian . IGD diketahui memiliki ruangan dan pekerja dalam lingkup yang lebih besar . Anda dapat menemukan dokter umum hingga dokter spesialis di dalam IGD . dan alat - alat yang dapat menunjang berbagai macam penyakit .

 

5. Riqzha Difa Wulandari (202001139)

Mari Mencegah Stunting  & kenali penyebabnya!

Sebelumnya harus kita tau dulu stunting itu apa..

jadii stunting itu...

adalah kondisi gagal tumbuh pada anak Balita akubat kekurangan gizi kronis terutama pasa 1000 hari pertama kehidupan 

Adapun penyebab stunting yaitu  :

1 . kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan 

2 . terbatasnya layanan kesehatan ANC-ante natal care ( pelayanan kesehatan untuk ibu pada masa kehamilan) post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas 

3. kurangnya akses ke makanan bergizi,hal ini dikarenakan makanan bergizi di indonesia mahal 

4. kurangnya akses air bersih dan sanitasi

serta pencegahan stunting:

1 . pola hidup sehat

2. imunisasi

3. pemenuhan nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan

4. akses terhadap air bersih dan sanitasi yang mudah

5. biasakan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir serta tidak buang air besar sembarangan

6. stunting tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja , edukasi tentang persalinan dan pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini ( IMD )

 

6. Siti Maryam (202001141)

Di sini saya akan menjelaskan tentang Standar pelayanan instalasi rawat jalan.

Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap.

Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam, yaitu:

1.Pelayanan gawat darurat (emergency services) yaitu

untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera dan mendadak.

2.Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yaitu yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.

3.Pelayanan rujukan (referral services) yaitu hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.

4.Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yaitu memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.

Pendaftaran pasien rawat jalan

1. Pasien Baru

Setiap pasien baru diterima ditempat penerimaan pasien (TPP) dan akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data identitas yang akan diisikan pada formulir ringkasan riwayat klinik. Setiap pasien baru akan mendapatkan nomor pasien yang akan digunakan sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap kunjungan berikutnya ke rumah sakit yang sama, baik sebagai pasien berobat jalan maupun sebagai pasien rawat inap.

Data ringkasan riwayat klinik diantaranya yaitu:

•Dokter penanggung jawab •Poliklinik

•Nomor pasien

•Alamat lengkap

•Tempat dan tanggal lahir

•Umur

•Jenis kelamin

•Status keluarga

•Agama

•Pekerjaan

Ringkasan riwayat klinik ini juga dipakai sebagai dasar pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP).

Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai dengan yang di pilih pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien:

1.Pasien boleh langsung pulang.

2.Pasien diberi slip perjanjian oleh petugas klinik untuk datang kembali pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan, kepada pasien yang diminta datang kembali harus lapor kembali ke tempat penerimaan pasien (TPP).

3.Pasien dirujuk/dikirim kerumah sakit lain.

4.Pasien harus ke ruang perawatan.

Semua berkas rekam medis poliklinik akan dikirim ke bagian rekam medis, kecuali pasien yang harus dirawat, rekam medisnnya akan dikirim ke ruang perawatan.

2. Pasien lama

Pasien lama datang ketempat penerimaan pasien yang telah ditentukan. Pasien ini dapat dibedakan:

1. Pasien yang datang dengan perjanjian.

2. Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri).

 

7. Nourika Maharani (202001128)

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang.

Hipertensi memiliki istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-diam. Hal ini karena penderita hipertensi umumnya tidak mengalami gejala apa pun sampai tekanan darahnya sudah terlalu tinggi dan mengancam nyawa.

Hal yg menjadi penyebab tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah: Cacat bawaan di pembuluh darah. Obat-obatan tertentu, seperti pil KB, flu, dekongestan, pereda nyeri dan beberapa obat resep. Obat-obatan ilegal, seperti kokain dan amfetamin.

Oleh sebab itu, penting untuk rutin memeriksakan tekanan darah, baik secara mandiri atau dengan datang ke dokter.

Hipertensi dapat diatasi dengan berolahraga secara rutin, jaga berat badan agar tetap ideal, konsumsi makanan sehat, kelola stres, dan cukup tidur. Periksakan juga tekanan darah secara berkala ke dokter, terlebih jika Anda memiliki faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.

 

8. Mardiana (202001126)

Disini saya akan menjelaskan tentang bagaimana cara mencegah hypertensi dengan patuh 

Nahh kalian tau apa itu yang dimaksud dengan hipertensi???

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Seseorang dikatakan terkena hipertensi bila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg. Pengukuran dilakukan 2 kali dalam waktu yang berbeda dan dilakukan pada saat istirahat dengan posisi duduk atau berbaring. dan juga dapat memicu komplikasi kesehatan pada jantung si penderita. Sehingga dapat  menyebabkan kerusakan dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) yang menuju jantung (arteri koroner). Kondisi ini disebut dengan penyakit arteri koroner.

Faktor penyebab dari penyakit hipertensi yaitu:

1.kebiasaan merokok

2.terlalu banyak konsumsi makanan asin

3.terlalu banyak konsumsi makanan manis, serta kurangnya aktivitas fisik

4.stress

Nah...Selanjutnya bagaimana cara mencegahnya???

Harus kita akui tentang penyakit hipertensi karna sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati si penderita  yang secara akurat. Oleh  karena itu, kurangnya informasi tentang perbaikan pola makan bagi si penderita hipertensi juga membuat pengetahuan masyarakatnya tentang perbaikan pola makan-Nya yang masih rendah. 

Berikut ini ada beberapa langkah cara untuk mencegah penyakit HIPERTENSI dengan melalui cara yang PATUH antara lain:

P=>Periksa Kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dari         dokter contohnya seperti, (Tes Skrining)

A=>Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

T=>Tetap diet dengan gizi Seimbang misalnya, makanan yang mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan seperti protein, karbohidrat,vitamin, dan lemak.

U=>Upayakan aktifitas fisik dengan aman

H=>Hindari Asap Rokok, Alkohol dan Zat Karsinogenik lainnya.

Langkah-Langkah Tersebut yang di atas Dapat dilakukan sebagai cara untuk Mencegah/menangani Hipertensi agar bisah rutin memeriksa kesehatan sehingga tubuh kita  tidak mudah terkena penyakit Hipertensi.

 

 

PENUTUP

    Menurut Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 44 Tahun 1009 tentang rumah sakit, menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

   Struktur kegiatan operasional di sebuah rumah sakit adalah semua masukan (input) (prosess) dan hasil atau keluaran (outcome).

    Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Davis dalam yamit, 2015)

 

 

Daftar Pustaka

Hj.Afriana Amelia Nuryadin,2020. Administrasi Rumah Sakit Dan Puskesmas. Yayasan Barcode. Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

D20 KELOMPOK 5 (KONSEP DASAR OUSKESMAS DAN AKREDITASI PUSKESMAS)

  PAPER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT “KONSEP DASAR PUSKESMAS DAN AKREDITASI PUSKESMAS” DOSEN PENGAMPUH : HJ. AFRIYANA AMELIA NURYADIN, S.KM....