RUMAH SAKIT ADAPTIF
Anggota
kelompok 4 :
Pj
kelompok : Zahra raihaniyah Ruslan (202001047)
Sarina Dewiyanti
(202001043)
Andi Arung (202001007)
Nur Azizah Rezky
(202001029)
Ade Rini
Oktaviani (202001002)
Fadilla Amelia
Putri (202001014)
Rita Ambarwati (202001041)
Alfina Sara (202001004)
Nur Rezki (202001033)
PAPER MATERI KELOMPOK
A. Definis Rumah Sakit Adaptif
Rumah
sakit yang adaptif adalah rumah sakit yang memantau , mengartika memahami
perubahan - perubahan lingkungan dan menunjukkan kesiaga ( readiness ) untuk
mengubah visi , misi , tujuan strategi , organisasi , dan sistem sistem yang
diperlukan , guna menangkap peluang - peluang secara maksimal .
Faktor
yang mempengaruhi beradaptasi :
1. Kepemimpinan
Rumah sakit yang masih
di pegang oleh para pendiri oleh para pendiri-pendirinya serta masih merangkap
dengan tugas- tigas medis cenderung lebih kurang adaptif dibandingkan dengan RS
yang dipegang oleh para manajer profesional.
2. Hambatan - Hambatan
Rumah Sakit yang
terganggu oleh banyak aturan, kepentingan politis, dan hambatan-hambatan lain
cenderung susah untuk adaptif.
Rumah
sakit yang demikian merespon perubahan atau tantangan lingkungannya dalam 4
kemungkinan yaitu
1. Menolak
Rumah sakit ini
mengabaikan atau menolak bahwa perubahan sedang terjadi. Banyak rumah sakit
menolak untuk mengakui bahwa klien atau pasiennya tidak pernah (BOR-nya) dan
bahwa keadaaan itu merupakan masalah. Mereka yakin bahwa mereka akan tetap
hidup dengan keadaan seperti itu, sehingga tidak perlu melakukan tidak
melakukan antisipasi kedepan.
2. Melawan
Rumah sakit ini mencoba
melawan, mengahbat atau menghentingkan perkembangan yang tidak disukainya.
Misalnya, dengan melakukan lobi-lobi untuk mengubah peraturan perundang-undangan
yang baru diberlakukan
3. Mengubah
Rumah sakit ini mencoba
memodifikasi ciri-cirinya, sehinggah tampak lebih menarik atau lebih efisien
bagi lingkungan baru misalnya saja dengan melakukan kampanye tentang pentingnya
menjaga kesehatan dihari tua. Tetapi rumah sakit itu tidak mengantisipasi
populasi orang lanjut usia yang semakin
besar menyediakan pelayanan giriatri.
4. Merelokasi
Rumah sakit ini mencoba
bertahan dengan bentuknya saat ini, tetapi ini mengalihkan perhatiannya pada
pelayanan yang dituntut oleh lingkungan. Sementara itu pelayanan yang sudah
berjalan menjadi terabaikan. Misalnya rumah sakit memusatkan pelayanannya
kepada orang miskin dan mengabaikan pelayanan kepada mereka yang mampu.
Respon
lingkungan rumah sakit yang adaptif
a. Ukuran
Organisasi Rumah Sakit yang organisasinya gemuk cenderung kurang adaptasi
dibanding dengan organisasi yag ramping .
b. Besarnya Anggaran Activate Windows Rumah sakit
yang memiliki dana terbatas umumnya lebih lambat menyesuaikan diri .
c. Mengubah
organisasi membutuhkan biava Stabil & Fluktuasi Kecil Dalam hal ini rumah
sakit masih dapat menggunakan sistem - sistem yan dengan hanya melakukan
perubahan - perubahan kecil mengikuti perul lingkungan .
d. Pelan
- Pelan Berubah & Mudah di ramal Jika rumah sakit - rumah sakit tersebut
dapat menyimak perubahan - perubahan yang terjadi maka mereka dapat secara dini
merintis penyesuaian tujuan .
e. Cepat
Berubah & Sulit di ramal Dalam hal ini sebaiknya rumah sakit menyiapkan
rencana strategis dan memiliki paham lebih baik mekukan sesuatu dengan teppat
dibandingkan melakukan sesuatu Settings to activate.
Rumah
sakit yang adaptif di indonesia saat ini
Strategi
menjadi suatu rumah sakit yang “smart” dan safety tentunya merupakan tantangan
bagi rumah sakiit kedepan. Rumah sakit perlu mempersiapkan diri agar menjadi
“smart hospital”, yaitu antara lain melalui pelayanan yang bermutu dan safety,
sarana dan prasarana dan perbekalan yang ramah lingkungan, operasional RS yang
efektif dan efesien, Manajemen SDM yang kompeten dan adaptif, sistem informasi
rumah sakit yang bertransformasi kearah digitalisasi.
Rumah
Sakit di indonesia harus terus mempersiapkan diri agar tetap menjadi Rumah
Sakit pilihan bagi masyarakat yang memerlukan layanan kesehatan. Kebanyakan
Rumah Sakit pilihan adalah Rumah Sakit yang memberikan layanan yang terbaik
hampir diseluruh layanan.
Preffer
dan salancik (1978) menyebut adanya tiga cara organisasi mempertahankan
hidupnya.
1.
Mengendalikan sumber daya penting
Salah
satu sumber daya penting bagi rumah sakit adalah perawat. Dalam suasana
persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat, bajak membajak perawat bisa
saja terjadi. Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan tenaga perawat yang
bagus, beberapa rumah sakit mendirikan dan mengolah sendiri pendidikan
keperawatan.
2.
Mengembangkan kerja sama
Sebuah
rumah sakit dapat mengadakan kerja sama dengan rumah sakit rumah sakit lain
yang memiliki kepentingan serupa. Kerja sama ini misalnya dalam rangka mendirikan
dan menyelenggarakan pendidikan dan keperawatan, membeli obat obatan, rujukan
pasien dan lain lain
3.
Mengubah peraturan dan lingkungan sosial
Walaupun
secara umum lingkungan merupakan sesuatu diluar kendali rumah sakit, tetapi
rumah sakit dapat berupaya memengaruhinya. Jadi sambil berupaya beradaptasi
dengan lingkungan baru, rumah sakit juga berupa mengubah lingkungan tersebut
mengubah peraturan yang hendak diberlakukan, peraturan/prosedur yang sudah
berlaku, dan sanksi-sanksi sosial agar mendekati kehendak rumah sakit. Hal ini
dilakukan dengan lobi dan advokasi kepada pihak pihak yang berkaitan seperti
lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan lain lain.
B. Perencanaan
strategis
Perencanaan
strategis adalah ideal jika sebuah rumah sakit hidup dalam suatu lingkungan
yang ramah. Rumah sakit itu juga dapat menetapkan tujuan-tujuan yang tepat dan
merumuskan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Rumah sakit itu juga
dapat menyusun organisasi yang memungkinkan secara efektif dilaksanakannya strategi
yang telah dirumuskan. Sistem-sistem seperti sistem informasi, perencanaan dan
pengendalian berfungsi dengan baik, rumah sakit tersebut selalu berada dalam
koridor yang benar.
Langkah
- langkah yang harus dilakukan agar rumah sakit dapat bertahan dalam menghadapi
lingkungan yang terus berubah adalah :
1) Analisis
Lingkungan
2) Analisis
Sumber Daya
3) Menetapkan
Tujuan
4) Merumuskan
Stategi
5) Menyusun
Organisasi
6) Mengembangkan
Sistem- Sistem Yang Dibutuhkan .
Lingkungan
rumah sakit terdiri atas banyak komponen . Menurut Tarpey , Donelly , dan Peter
( 1979 ) terdapat enam komponen lingkungan , yaitu :
a
. Lingkungan kooperatif , yaitu organisasi- organisasi dan individu individu
yang menaruh minat terhadappencapaian visi dan misi rumah sakit bersangkutan .
Termasuk disini adalah klien / pasien rekanan / pemasok , perantara , (
perusahaan asuransi ) dan para pendukung ( misalnya donor atau penyandang dana
)
b
. Lingkungan kompetitif , rumah sakit- rumah sakit lain dan pelayanan pelayanan
kesehatan lain yang berada dalam wilayah pelayanan rumah sakit yang
bersangkutan . Mereka akan selalu berupaya untuk menarik pasar sasaran ,
termasuk yang telah menjadi klien / pasien rumah sakit bersangkutan
c
. Lingkungan ekonomi , yaitu keadaan ekonomi makro dan perubahan perubahannya
yang dapat memunculkan baik peluang - peluang maupun hambatan- hambatan .
Termasuk disini adalah inflasi , tingkat pengangguran , pertumbuhan ekonomi ,
dan lain - lain .
d
. Lingkungan sosial , yaiti kondisi sosial dan budaya , termasuk nilai - nilai
yang berlaku dimasyarakat , norma- norma , tradisi dan sikap- sikap |
Administrasi Rumah
perubahan
kondisi ini memang berjalan lambat , namun kerap kali berdampak cukup besar
terhadap pelayanan rumah sakit . Dampak itu dapat bersikap politik , yaitu
memberikan peluang , dapat juga bersikap negatif , yaitu menimbulkan hambatan .
e
. Lingkungan politik, yaitu iklim politik secara umum, termasuk sikap sikap dan
reaksi politis masyarakat, kelompok- kelompok, serta para wakil rakyat , iklim
politik inipun dapat berdampak positif (peluang) atau negatif (hambatan)
f
. Lingkungan hukum, yaitu peraturan perundang - undangan, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti halnya lingkungan yang
lain, lingkungan inipun dapat menciftakan peluang atau ancaman / hambatan .
Sedangkan
menurut kotler ( 1985 ) , komponen- komponen utama dari lingkungan adalah .
1. Lingkungan internal , terdiri
atas publik internal dari rumah sakit , yaitu dewan pengawas / dewan penyantun
, direktur utama , para direktur , para pimpinan lain , para karyawan , dan
para suk relawan kebutuhan , keinginan dan kepentingan mereka harus
diperhatikan . Misalnya , ada tidaknya serikat karyawan atau kelompok - kelompok
informal lainnya .
2. Lingkungan pasar , Terdiri
atas kelompok- kelompok dan organisasilain yang berhubungan langsung dengan
rumah sakit dalam rangkah mencapai misi rumah sakit,. Yang utama adalah klien /
pasien, rekanan pemasok, perantara ( misalnya perusahaan asuransi ) dan para
pendukung (misalnya donor atau penyandang dana). Rumah sakit harus memantau
kebutuhan , persepsi , pilihan , dan kepuasan mereka
3. Lingkungan publik , terdiri
atas kelompok- kelompok dan organisasi organisasi lain yang memiliki minat dan
perhatian terhadap kegiatan - kegiatan rumah sakit . Termasuk disini adalah
masyarakat sekitar rumah sakit, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat
media massa , dan lembaga - lembaga pembuat kebijakan peraturan yang dapat
memengaruhi kehidupan rumah sakit .
4.
Lingkungan kompetitif , terdiri atas segala sesuatu yang bersaing untuk menarik
perhatian dan loyalitas konsumen rumah sakit. Kotler mengingatkan bahwa pada
hakikatnya pesaing itu bukan hanya organisasi serupa ( dalam hal ini rumah
sakit lain), tetapi juga pesaing dalam bentuk lain . Oleh karena itu ia
menyatakan adanya empat tahap pesaing , keempat tahap pesaing itu adalah :
(1) Pesaing yang berupa kehendak, yaitu
kehendak - kehendak dari konsumen yang ingin dipuaskan oleh konsumen tersebut.
misalnya : kehendak memeriksakan kehamilan kerumah sakit akan bersaing dengan
kehendak- kehendak membayar uang sekolah anak, membeli keperluan sehari - hari,
bertamasya dan lain - lain .
(2) Pesaing yang berupa turunan dari kehendak,
yaitu upaya - upaya yang dilakukan konsumen untuk memuasakan kehendak tertentu
. Jika ia memilih untuk memeriksakan kehamilannya, maka pergi ke rumah sakit
akan bersaing dengan upaya - upaya lain. Seperti pergi ke klinik bersaling,
pergi ke bidan didekat rumah , dan lain - lain .
(3) Pesaing dalam bentuk pelayanan lain, yaitu
pelayanan pelayanan lain yang dapat memuasakan kehendak konsumen . Jika ia
memilih untuk pergi ke rumah sakit , maka ia akan menghadapi pilihan pilihan
rumah sakit pemerintah atau rumah sakit swasta .
(4)
Pesaing dalam bentuk organisasi, yaitu organisasi- organisasi lain yang
bergerak dalam pelayanan serupa. Jika ia memilih rumah sakit swasta, maka
kemungkunan ia masih menghadapi banyak pilihan : RS Cikini, rumah sakit islam ,
rumah sakit husada , rumah sakit husni tamrin , dan lain - lain .
5.
Lingkungan makro, terdiri atas kekuatan- kekuatan fundamental skala besar yang
dapat menciptakan peluang dan juga ancaman bagi rumah sakit. Yang utama harus
dipantau adalah kependudukan , ekonomi , teknologi , politik dan sosial.
Lingkungan ini merupakan lingkungan yang berada di luar kendali rumah sakit ,
sehingga rumah sakitlah yang harus beradaptasi dengan mereka .
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Zahra Raihaniyah Ruslan
NIM : 202001047
Kelas
: A20
KONSEP
DIGITAL HEALTH
Konsep
Digital Health tidak terbatas hanya untuk menyediakan pelayanan kesehatan jarak
jauh, tetapi juga untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang efisien secara
keseluruhan.
1.
INTEGRASI TELEMEDICINE
mekanisme
akses pelayanan kesehatan yang terkomputerisasi secara digital sehingga
memudahkan pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan.
2.ELEKTRONIK MEDICAL RECORD
Penerapan
elektronik medical record memungkinkan untuk menyederhanakan administrasi
pelayanan yang lebih efektif dan efesien dan memudahkan dalam menghimpun data
kesehatan secara nasional.
3.
SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI
menyediakan
informasi elektronik yang menghubungankan antar fasilitas pelayanan kesehatan
guna mempermudah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Pasien .
4.
WEARABLE SENSOR
pengembangan
aplikasi guna memudahkan dokter untuk memonitor kesehatan pasien dan mengubah
cara setiap individu menjaga kesehatan mereka.
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama : Sarina Dewiyanti
NIM : 202001043
Kelas : A20
komponen-
komponen utama dari lingkungan adalah .
1.
Lingkungan internal , terdiri atas publik internal dari rumah sakit , yaitu
dewan pengawas / dewan penyantun , direktur utama , para direktur , para
pimpinan lain , para karyawan , dan para suk relawan kebutuhan , keinginan dan
kepentingan mereka harus diperhatikan . Misalnya , ada tidaknya serikat
karyawan atau kelompok - kelompok informal lainnya .
2.
Lingkungan pasar , Terdiri atas kelompok- kelompok dan organisasilain yang
berhubungan langsung dengan rumah sakit dalam rangkah mencapai misi rumah sakit
,. Yang utama adalah klien / pasien , rekanan pemasok, perantara ( misalnya
perusahaan asuransi ) dan para pendukung (misalnya donor atau penyandang dana).
Rumah sakit harus memantau kebutuhan , persepsi , pilihan , dan kepuasan mereka
3.
Lingkungan publik , terdiri atas kelompok- kelompok dan organisasi organisasi
lain yang memiliki minat dan perhatian terhadap kegiatan - kegiatan rumah sakit
. Termasuk disini adalah masyarakat sekitar rumah sakit , masyarakat umum ,
lembaga swadaya masyarakat media massa , dan lembaga -lembaga pembuat kebijakan
peraturan yang dapat memengaruhi kehidupan rumah sakit .
4.
Lingkungan kompetitif , terdiri atas segala sesuatu yang bersaing untuk menarik
perhatian dan loyalitas konsumen rumah sakit. Kotler mengingatkan bahwa pada
hakikatnya pesaing itu bukan hanya organisasi serupa ( dalam hal ini rumah
sakit lain), tetapi juga pesaing dalam bentuk lain
5.
Lingkungan makro , terdiri atas kekuatan- kekuatan fundamental skala besar yang
dapat menciptakan peluang dan juga ancaman bagi rumah sakit . Yang utama harus
dipantau adalah kependudukan , ekonomi , teknologi , politik dan sosial .
Lingkungan ini merupakan lingkungan yang berada di luar kendali rumah sakit ,
sehingga rumah sakitlah yang harus beradaptasi dengan mereka .
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Andi Arung
NIM
: 202001007
Kelas
: A20
Hospitalisasi merupakan masa selama seseorang
menjalani perawatan di rumah sakit. Hospital pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua
tingkat usia. Reaksi kecemasan dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia,
pengalaman sebelumnya, support system yang tersedia dan mekanisme koping seorang
anak. Masalah psikis yang penting pada
pasien anak yang dirawat dirumah sakit yaitu rasa cemas dan takut terhadap
lingkungan baru.
Desain
penelitian adalah quasi ekperimental dengan menggunakan kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan, tetapi tanpa randomisasi sampel. Model yang diguanakan
adalah static group comparison. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anak usia sekolah yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit.
Ada
perbedaan perilaku adaptif yang bermakna scara statistik antara kelompok anak
usia sekolah yang dilakukan orientasi ruangan dengan yang tidak dilakukan
orientasi ruangan saat dirawat dirumah sakit sebaiknya membuat pedoman yang
baku (SOP) sesuai dengan kondisi rumah sakit sehingga perilaku maladaptif dapat
diminimalkan
Karakteristik
anak usia sekolah (6 s/d 12 tahun ) :
Anak
mengerti inti komunikasi tahap penyesuaian diri anak hidup berkelompok
Faktor
yang berpengaruh :
1.
Usia
2.
Pengalaman
3.
Keterampilan koping
4.
Support system
Karakteristik
:
1.
Lingkungan baru
2.
Perubahan kebiasaan
3.
Prosedur media
Dampak:
1.
Cemass karena perpisahan
2.
Kehilangan kontrol
3.
Cedera dan nyeri
Perilaku
adaptif :
1.
Verbal
2.
Psikomotor
3.
Emosi
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Rita Ambarwati
Nim
: 202001041
Kelas
: A20
Tele
Apik terbagi atas 4 yaitu:
●
Orisinil pertama kali di indonesia sistem antrian terintegrasi dengan rekam
medik elektronik.
Sistem
ini mengkoneksikan waktu
selesainya
pelayanan dokter spesialis per pasien yang terekam dalam
rekam
medik elektronik dengan urutan antrian berikutnya.
●
Menjamin dokter spesialis tempat waktu memulai pelayanan jam 08.00.
Inovasi
ini mampu membangun komitmen kedisiplinan dokter spesialis berdampak pada
kepastian waktu tunggu pemeriksaan dan mengurangi penumpukan pasien.
●
Antrean realtime berbasis android dan website.
Memunculkan
suatu ide untuk membuat suatu
sistem
antrian atau aplikasi antrian yang dapat menginformasikan antrian secara
real-time
berbasis android dan melakukan pendaftaran untuk melakukan
pemeriksaan
secara Online berbasis web yang dapat diakses dari jarak jauh. Hal
ini
dapat membantu pengguna mengetahui estimasi waktu pelayanan periksa yang
akan
dilakukan di RS tersebut.
●
Aplikasi dapat diakses dengan mudah dimanapun.
Dengan
Tele Apik Pasien bisa langsung mendaftar dan juga memilih dokter dalam layanan
ini, dan dengan ini tele apik bisa diakses dimanapun dan kapan pun.
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Aderini Oktaviani
NIM : 2020010
Kelas
: A20
Program
Kesehatan Rumah Sakit Adaptif “DRIVE THRU PCR & SWAB ANTIGEN”
Kondisi
pandemi covid-19 tidak boleh mematahkan semangat pelayanan di RS. Pandemi
harusnya membuat RS semakin adaptif dengan menghadirkan berbagai layanan baru
dan memaksimalkan udara terbuka di berbagai area pelayanan. Seperti layanan
DRIVE THRU PCR & SWAB ANTIGEN.
Rapid
test antigen drive thru merupakan salah satu jenis pemeriksaan terhadap
seseorang untuk mendeteksi Covid-19. Ada berbagai macam pilihan masyarakat
untuk melakukan tes swab, salah satu cara yang paling praktis adalah dengan tes
secara drive thru. Pemeriksaan secara drive thru memberikan kemudahan dalam
melakukan pemeriksaan swab covid-19 tanpa harus turun dari kendaraan. Metode
ini juga tidak mengharuskan banyak kontak dengan petugas medis karena
pemeriksaan tes swab PCR dan swab antigen dapat dilakukan dengan metode
pembayaran online seperti ovo dan gopay yang memberikan kemudahan bagi
pelanggan.
Jadi,
tunggu apalagi segera ajak keluarga dan teman - teman untuk melakukan cek
kesehatan terkait covid-19!
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Nur Azizah Rezky
NIM
:
202001029
Kelas
: A20
Menkes
menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi dan inovasi ,
program kesehatan yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu:
Pertama,
kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah menindaklanjuti
Inpres no. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 HYPERLINK
“https://bappenas.go.id/get-file-server/node/9274/” Tentang Program Pembangunan
Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan advokasi terkait
percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan propinsi dan kabupaten/kota
telah selesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam percepatan pencapaian MDGs
yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan, mengurangi tingkat
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS dan penyakit
menular lainnya.
Kedua,
pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun 2011 setiap
Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta sampai 250
juta per tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan “outreach” di luar gedung terutama
pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang membutuhkan.
Ketiga,
menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) berupa indikator
komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses pelayanan kesehatan)
yang digunakan untuk menetapkan kabupaten/kota yang mempunyai masalah
kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK yang tahun ini akan
didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
Keempat,
penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas
kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter
plus, “mobile team”.
Kelima,
akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan standar pelayan
KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Selain
itu menurut Menkes, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan akan meluncurkan
Jaminan Persalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan
persalinan, nifas, KB pasca persalianan, dan neonatus. Melalui program ini,
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas diharapkan meningkat, demikian
pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan
KB pasca persalinan.
Sasaran
Jampersal adalah 2,8 juta ibu bersalin yang selama ini belum terjangkau oleh
jaminan persalinan dari Jamkesmas, Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya.
Ruang lingkupnya adalah : pelayanan persalianan tingkat pertama, tingkat
lanjutan, dan persiapan rujukan di fasilitas kesehatan Pemerintah dan Swasta.
Kelompok inilah yang akan ditanggung Jampersal. Pelayanan yang dijamin melalui
Jampersal yaitu: pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan normal
dan dengan komplikasi, pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan neonatus dan
KB paska persalinan, pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas
kesehatan lebih mampu
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Nur Rezki
NIM : 202001033
Kelas
: A20
Layanan
konsultasi telemedicine di rumah sakit
Konsultasi
telemedicine di rumah sakit merupakan layanan konsultasi kesehatan melalu
komunikasi jarah jauh yang dilakukan dengan cara video call antara dokter atau
apoteker dengan pasien. Durasi konsultasi yang diberikan adalah 15 menit.
1.
Layanan ini dikembangkan secara bertahap dimulai dari pasien umum di poliklinik
eksekutif
2.
Layanan ini dipertunjukkan untuk pasien-pasien kontrol terutama kasus-kasus
kronis
3.
Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter hanya dapat dilayani di farmasi RSUD
4.
Obat biasa diambil oleh keluarga atau dikirim melalu fasilitas jasa pengiriman dengan
biaya di tanggung oleh pasien
5.
Apabila dalam proses layanan telemedicine diperlukan pemeriksaan langsung atau
pemeriksaan penunjang maka pasien harus berkunjung kerumah sakit
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Alfina sara
NIM : 202001004
Kelas
: A20
"
Kerangka Strategis Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas”
Outcome:
Penyandang disabilitas memiliki derajat kesehatan yang optimal sehingga mampu
menunjang produktivitas dan partisipasti aktif mereka dalam masyarakat dan
pembangunan
Output:
Terbangunnya sistem dan layanan yang aksesibel, menyeluruh, terjangkau,
berkualitas, menghargai martabat dan memberdayakan bagi seluruh penyandang
disabilitas
Strategi
Proses :
a) Terwujudnya
Aksesbilitas fisik dan informasi bagi penyandang disabilitas
b) Terwujudnya
layanan kesehatan yang konvrehensif meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif bagi penyandang Disabilitas
c) Meningkatnya
partisipasi penyandang disabilitas dan kerjasama dengan sector kesehatan Sumber
Daya Kesehatan:
d) Tersedianya
tenaga kesehatan yang mampu meleyani penyandang Disabilitas
e) Terwujudnya
mekanisme dan pelembagaan implementasi kebijakan dan aturan layanan kesehatan
Inklusif Disabilitas
f) Tersedianya
data dan informasi akurat melalui survei, penelitian, dan pelaporan rutin
Keluaran:
Meningkatkan anggaran sector kesehatan baik ditingkat pusat dan daerah yang
diperuntukkan bagi pengembangan layanan kesehatan inklusif penyandang
disabilitas
TUGAS
INDIVIDU (POSTER)
Nama
: Fadila Amelia Putri
NIM : 202001014
Kelas
: A20
Pelayanan
Puskesmas Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Pandemi COVID-19.
Adanya
pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia membuat kekhawatiran
masyarakat luas untuk datang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes)
karena takut tertular Covid-19. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu
diberikan informasi kesehatan yang tepat, cepat dan lengkap agar masyarakat
yang memang membutuhkan layanan kesehatan, khususnya Puskesmas tidak takut
untuk datang dan berobat ke Puskesmas.
Upaya
adaptasi pelayanan kesehatan telah dilaksanakan sejak mulainya Pandemi
Covid-19, karena Puskesmas merupakan garda terdepan dalam melayani kesehatan
masyarakat di wilayahnya, sehingga Puskesmas tidak pernah berhenti dalam
melayani masyarakat baik didalam gedung maupun diluar gedung. Pada saat ini,
dalam masa adaptasi kebiasaan baru, pelayanan puskesmas telah banyak dilakukan
perubahan untuk mengantisipasi potensi meningkatnya kembali kasus Covid-19.
Selain pelayanan dalam bentuk virtual, pelayanan langsung kepada masyarakat
tetap harus dilaksanakan dengan memenuhi protokol kesehatan yang telah
ditetapkan, misalnya penyediaan alat cuci tangan, dilakukan pemeriksaan suhu
sebelum masuk Puskesmas, pembatasan jumlah pengunjung/pengantar pada ruang tunggu
sesuai jumlah kursi yang ada hingga pemberlakuan sekat untuk membatasi kontak
antara pasien dengan petugas kesehatan pada tiap-tiap bagian pelayanan.
Pada era tatanan baru ini dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.
Puskesmas melaksanakan kegiatan prevensi, deteksi dan respon terhadap COVID-19
secara optimal.
2.
Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) serta physical distancing
secara ketat.
3.
Pendaftaran pasien secara online/daring untuk mencegah antrian di loket
pendaftaran dan mempersingkat kunjungan di Puskesmas.
4.
Ruang pemeriksaan khusus dengan sirkulasi udara yang baik digunakan untuk
pemeriksaan pasien dengan gejala ISPA atau penyakit lain yang mudah ditularkan
melalui udara.
5.
Tata laksana kasus yang tidak gawat darurat, termasuk penyakit kronis didukung
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
6.
Pemantauan/pengawasan kondisi kesehatan OTG, ODP dan PDP dengan gejala ringan
dilaksanakan secara daring.
7.
Pelayanan Program di Puskesmas diatur dengan pegaturan pada hari-hari tertentu
atau tempat yang dipisahkan, misalnya bagi Puskesmas yang memiliki Puskesmas
Pembantu.
Langkah – langkah tersebut diatas dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah penularan Covid-19 sehingga pasien tetap bisa
memeriksakan kesehatannya dengan aman dan nyaman di seluruh Puskesmas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar