MAKALAH ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
“RUMAH SAKIT YANG RESPONSIF”
DOSEN PENGAMPUH :
NS.LA MASAHUDDIN, S.Kep.,
M.Kep
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 (A20)
1. DIAN FITRIANI (202001011)
2. EKA RAHMAWATI (202001012)
3. JUSRIANI (202001019)
4. NABILA (202001022)
5. MARHANI (202001020)
6. NURFITRIANI (202001034)
7. NURHALISA (202001035)
8. RISNAWATRI (202001040)
9. SRY AYU (202001045)
INTITUT ILMU
KESEHATAN PELAMONIA
KESDAM XIV/HASANUDDIN
PRODI ADMINISTRASI
RUMAH SAKIT
TA. 2022/2023
Kata Pengantar
Assalamualaikum
wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul “RUMAH SAKIT YANG RESPONSIF” dapat selesai.
Makalah ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah ADMINISTRASI RUMAH SAKIT. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang “RUMAH SAKIT YANG RESPONSIF” .
Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ns.La Masahuddin, S.Kep., M.Kep selaku Dosen pengampuh mata kuliah . Berkat tugas
yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam
makalah ini.
Makassar, 8 Juni 2022
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................... 2
DAFTAR
ISI .............................................................................................................. 3
BAB
1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
LATAR
BELAKANG ................................................................................................ 4
RUMUSAN
MASALAH ........................................................................................... 5
BAB
2 PEMBAHASAN ............................................................................................ 5
A. Visi dan Misi Rumah Sakit ............................................................................ 6
B. Proses Tukar Menukar .................................................................................... 6
C. Publik dan Citra Rumah Sakit ......................................................................... 7
D. Kepuasan Klien/Pasien ................................................................................... 7
BAB
3
KESIMPULAN ........................................................................................................ 32
SARAN ..................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 33
BAB 2
PEMBAHASAN
RUMAH SAKIT YANG RESPONSIF
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran akan menjadi
rumah sakit yang responsif. Yaitu rumah sakit yang melakukan segala daya upaya
untuk mengenali, melayani, dan memuaskan kebutuhan dan keinginan klien/pasien
dan publiknya dengan anggaran yang tersedia. Dengan demikian, maka siapa pun
yang berhubungan dengan rumah sakit tersebut menyatakan puas. "Inilah
satusatunya rumah sakit terbaik yang pernah saya jumpai", kata seseorang.
"Saya rasa rumah sakit inilah rumah sakit terbaik, dokter-dokternya simpatik,
perawat-perawatnya ramah, ruang tunggunya besih, dan makanannya enak,"
kata yang lain. Orang lain lagi berkata: "Dokter rumah sakit ini luar
biasa, dalam tiga hari penyakit saya sembuh." Celotehan para klien/ pasien
yang puas itu merupakan iklan terbaik bagi rumah sakit tadi. Dari mulut ke
mulut kabar baik tentang rmah sakit akan tersiar ke mana-mana. Ya, inilah iklan
termurah tetapi berdampak luar biasa bagi rumah sakit tadi. Rumah sakit yang
responsi akan lebih melekat di hati dan pikiran konsumen ketimbang rumah sakit-rumah
sakit pesaingnya.
Sayangnya tidak semua rumah sakit merupakan rumah sakit
yang responsif. Sebagian besar rumah sakit merupakan rumah sakit yang tidak
terlalu responsif. Jika kita kelompokkan, kiranya akan didapat empat kelompok
rumah sakit dari segi keresponsifannya sebagai berikut.
1. Kelompok pertama
Rumah sakit yang memang berniat untuk tidak responsif
terhadap klien/pasiennya. Rumah sakit semacam ini biasanya adalah rumah sakit
yang merasa tidak mendapat dukungan dari pemiliknya, atau tidak. mendapat
apresiasi dari publiknya. Dapat dikatakan inilah rumah sakit yang frustasi atau
putus asa.
2. Kelompok kedua
Rumah sakit yang tidak responsif karena mereka memang
memilih untuk memusatkan perhatiannya kepada aspek-aspeklain di luar kepuasan
klien/pasien. Misalnya saja, rumah sakit yang lebih mementingkan pengadaan
peralatan-peralatan medis yang canggih. Ini umumnya terjadi di rumah sakit yang
lebih merasa tidak memiliki pesaing. Dalam hal ini biasanya mereka beroprasi
dan menghadapi klien/pasien secara birokratis
3. Kempok ketiga
Rumah sakit yang ingin responsif, tetapi kekurangan
sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk memotivasi karyawannya.
Anggaran yang dmiliki mungkin tidak cukup untuk merekrut karyawan baru atau
melatih dan memotivasi karyawan-karyawan agar bekerja baik, serta memantau
kinerja mereka. Mungkin juga pihak manajemen tidak memiliki kemampuan untuk
memacu kinerja agar memberikan pelayanan yang baik atau untuk memecat karyawan
yang kinerjanya buruk.
4. Kelompok keempat
Rumah sakit yang responsif. Rumah sakit yang seperti ini
umumnya memliki misi yang baik. Untuk melaksanakan misinya itu, rumah sakit
berusaha menarik sumber daya melalui tukar-menukar dengan berbagai publik. Dari
pihak publik, respon yang di dapat rumah sakit adalah citra (image) baik, sebagai
imbalan atas upaya rumah sakit memuaskan kebutuhan publik-publik tersebut..
A. VISI DAN MISI RUMAH SAKIT
Rumah sakit sebagai sebuah organisasi selayaknya memiliki
visi. Stephen Robbins dalam bukunya yang berjudul Organization Theory,
menyatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk koordinasi yang terencana dari
kegiatan-kegiatan kolektif dua orang atau lebih, yang berlangsung secara
terus-menerus, dilengkapi dengan pembagian tugas dan penjenjangan kewenangan,
dalam rangka mencapa tujuan bersama (Robbins, 1983). Tujuan bersama ini sering
jga disebut sebagai visi, yaitu gambaran tentang bentuk/keadaan organisasi di
masa depan.
Visi yang jelas akan menjadi acuan bagi bentuk dan arah
organisasi yang lebih baik-apa saja yang akan dilakukan, siapa klien dan mitranya,
kemampuan dan sumber daya apa yang diperlukan, serta pertumbuhan seperti apa
yang diharapkan (Lowenthal. 1994). Karena berkaitan dengan masa depan, maka
visi sebaiknya bersifat "menghentak", "berani" atau
ambisius dalam arti berupa lompatan kuantum,penuh vitalitas dan semangat serta
mendorong muncunya komitmen, tetapi juga realistis atau dapat dicapai. Yang
tidak kalah penting, rumusan visi harus pula mudah dimengerti dan dipahami
(Bennis & Mische, 1995).
Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
manusia yang diarahkan untuk melaksanakan misi tertentu melalui pendayagunaan
berbagai sarana (Kotler, 1985). Misi berupa rumusan tentang bisnis yang
digeluti oleh organisasi, atau fungsi yang akan dijalankan oleh organisasi
tersebut dalam tatanan masyarakat (Lowenthal, 1994). Misi ini harus jelas sejak
dari awalnya. Misalnya saja misi sebuah organisasi keagamaan adalah untuk
mempertebal keimanan dari para pengikutnya melalui penyelenggaraan
ceramah-ceramah agama dan bakti sosial. Misi rumah sakit, menurut Kepmenkes
Nomor 983 Tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, adalah
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan UU Nomor 44
Tahun 2009 menyatakan bahwa misi (tugas) rumah sakit adalah memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara peripurna (Pasal 4).
Sebenarnya, rumah sakit yang ingin responsif harus
menjawab dua pertanyaan, yaitu (1) responsif terhadap siapa, dan (2) responsif
tentang apa. Rumah sakit tidak mungkin melayani semua orangdan semua
kebutuhannya, walau rumah sakit umum sekalipun. Jika sebuah rumah sakit berniat
ingin memuaskan semua orang, maka pada akhirnya pelayanannya tidak akan memuaskan
siapa pun. Oleh karena itu, setiap rumah sakit harus terus-menerus meninjau
kembali misinya.
Peter F. Ducker (1973) pernah menyatakan bahwa setiap
organisasi harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: Apa bisnis kita? Siapa
klien kita? Apa yang dianggap baik oleh klien? Akan seperti apakah bisnis kita?
Harus menjadi seperti apakah bisnis kita? Walaupun pertanyaan pertama, yaitu
"Apa bisnis kita" tampa sederhana, tetapi inilah pertanyaan
terpenting yang harus dijawab rumah sakit. Rumah sakit tidak boleh menetapkan
bisnisnya dengan sekedar menyebutkan pelayanan-pelayanan yang saat ini
diselenggarakannya. Yang seharusnya dilakukan adalah terlebih dulu mengenali
kebutuhan apa dari klien/pasien yang ingin dilayaninya.
Merumuskan dengan jelas misi rumah sakit adalah pekerjaan
yang tidak mudah dan memakan waktu banyak. Kenapa? Karena setiap karyawan di
rumah sakit itu akan memiliki sudut pandang yang berbeda tentang hakikat dari
rumah sakitnya dan harus menjadi seperti apakah rumah sakitnya itu. Sebuah
rumah sakit bisa jadi memerlukan waktu dua tahun dan banyak pertemuan sampai
dicapainya konsensus tentang misi sesungguhnya dari rumah sakit itu..
Menurut Derek F. Abell (1980), untuk memudahkan dalam
merumuskan misi, sebaiknya ruang lingkup sebuah organisasi dibagi ke dalam tiga
dimensi Dimensi pertama adalah kelompok konsumen, yaitu siapa yang harus
dilayani dan dipuaskan. Dimensi kedua adalah kebutuhan konsumen, yaitu apa yang
harus dipuaskan. Sedangkan dimensi ketiga adalah tenologi, yaitu bagaimana cara
memuaskan kebutuhan tersebut. Setiap rumah sakit harus melakukan sendiri
perumusan ketiga dimensi tadi karena rumah sakit pasti berbeda satu sama lain.
Rumah sakit harus dapat merumuskan misi yang layak
(feasible), memiliki daya motivasi (motivating), dan khas untuk rumah sakit itu
(distinctive). Agar layak, maka harus dihindari misi yang sulit atau tidak
mungkin dicapai (mission impossible). Sebuah rumah sakit yang ingin menaikkan
BOR dari 56 persen menjadi 100 persen dalam waktu setahun, tampaknya telah
menetapkan mission impossible. Rumuskan misi secara layak, sehingga para
karyawan yakin bahwa hal itu dapat dicapai jika mereka mau bekerja dengan baik.
Rumah sakit memang harus mencapai sesuatu yang tinggi, tetapi jangan hendaknya
terlalu tinggi sehingga sulit atau mustahil mencapainya.
Misi harus mampu menggerakkan atau memotivasi, dalam arti
para pemangku kepentingan (karyawan.pemilik rumah sakit, dan kelompok-kelompok
lain yang menaruh perhatian) harus merasa sebagai anggota-anggota yang baik
dari suatu rumah sakit yang baik. Misalnya, rumah sakit yang dalam rumusan
misinya, mencakup 'membantu keluarga-keluarga miskin" dan mengundang
banyak dukungan ketimbang sekedar "menyehatkan masyarakat".
Sebuah misi akan lebih efektif jika bersifat khas. Jika
semua rumah sakit rumusan misinya sama, maka tidak akan ada kebanggaan bagi
masing-masing rumah sakit. Orang akan lebih bangga jika ia terlibat dalam suatu
organisasi yang "berbeda" atau "lebih baik". Dengan
merumuskan misi yang berbeda dan menumbuhkan kepribadian atau rasa tampil beda,
rumah sakit akan dapat mengikat loyalitas dari para karyawan dan pihak-pihak
lain yang terlibat.
B. PROSES TUKAR-MENUKAR
Untuk dapat melaksanakan misinya, rumah sakit memerlukan
sumber daya. Rumah sakit harus dapat mengikat karyawan dan mereka yang terlibat,
serta memperoleh dana, bahan-bahan, karyawan tambahan, sarana, dan peralatan.
Jika sumber daya ini semakin lama semakin berkurang, maka lonceng kematian
tinggal menunggu saat berdentang. Setiap rumah sakit, bahkan setiap organisasi,
sangat tergantung hidupnya dari adanya sumber daya sehingga dikatakan sebagai
resource-dependent (Kotler, 1985). Bagaimana rumah sakit dapat memperoleh
sumber dayanya? Menurut Kotler (1985) terdapat empat kemungkinan yaitu: (1)
dengan upaya sendiri, (2) secara paksa atau intimidasi, (3) mengharap bantuan,
dan (4) menawarkan sesuatu untuk mendapatkan imbalan. Disiplin pemasaran
mendasarkan diri pada kemungkinan terakhir dalam mengatasi masalah resource
dependency, yaitu proses tukar-menukar. Mengapa? Karena pada hakikatnya hidup
bermasyarakat adalah melalui tukar- menukar. Seseorang atau suatu pihak
menawarkan kepuasan (berupa barang, jasa, atau keuntungan) kepada orang atau
pihak lain (pasar sasaran) dan sebagai imbalannya ia akan memperoleh sumber
daya (barang, jasa, uang, waktu, energi) yang dibutuhknnya.
Jika disimak, maka proses tukar-menukar pada hakikatnya
dibentuk oleh empat kondisi, yaitu:
1. Terdapat paling sedikit dua pihak
Dalam situasi yang paling sederhana terdapat dua pihak.
Jika dalam pihak pertama lebih aktif dalam mengupayakan pertukaran, maka pihak
itu disebut pemasar (marketer) dan piha kedua disebut sasaran (prospect).
Pemasar adalah seseorang yang megharapkan sumber daya dari orang lain dan
bersedia memberikan sesuatu yang setimpal sebagai penukarannya. Bila keduanya
aktif mengupayakan pertukaran, maks keduanya disebut pemasar, dan proses
disebut pemasaran dua pihak (bilateral marketing).
2. Masing-masing dapat menawarkan sesuatu yang dianggap
berharga oleh pihak lain
Jika salah satu keduanya tidak memiliki sesuatu yang
dianggap berharga oleh pihak lain, maka pertukaran tidak akan terjadi. Oleh
karena itu masing-masing harus mempertimbangkan apa yang sekitarnya berharga
bagi pihak lain. Sesuatu itu dapat berupa barang, jasa, atau uang.
3. Masing-masing mampu melakukan komunikasi dan
menyampaikan apa yang hendak dipertukarkan
Agar tukar menukar dapat terjadi, kedua belah pihak harus
dapat saling berkomunikasi. Mereka harus dapat menjelaskan apa yang akan
dipertukarkan serta kapan, dimana, da bagaimana cara tukar-menukar.
Masing-masing pihak harus menjamin bahwa pertukaran akan memasukan kedua belah
pihak. Selain itu masing-masing juga harus menemukan cara bagaimana
menyampaikan sesuatu yang akan dipertukarkan.
4. Masing-masing bebas untuk menerima atau menolah apa
yang ditawarkan
Tukar menukar dilandasi pengertian bahwa kedua belah
pihak melakukannya secara suka rela. Tidak ada paksaan. Oleh karena itu, bila
dirasa imbalan yang didapat tidak akan memuaskan, ia akan bebas untuk meno
lahnya. Demikian sebaliknya.
Keberhasilan tukar-menukar ditandai oleh terjadinya
transaksi. Transaksi terjadi pada tempat pada saat yang disepakati dan dengan
jumlah sera kualitas yang telah ditetapkan.
1. Faktor-faktor penentu Tukar-menukar
Bagozzi sebagaimana dikutip oleh Kotler (1985) membuat
sebuah model lengkap yang menunjukkan faktor-faktor penting yang memengaruhi
proses tukar-menukar. Kita akan tetapkan model itu untuk menganalisis masalah
rumah sakit. Misalnya, sebuah rumah sakit di suatu kota kecil ingin menarik
konsumen untuk memanfaatkan pelayanan yang disediakan.
Pertama-tama mari kita sepakati dulu adanya dua orang
"pemain" yang terlibat dalam proses pertukaran, yaitu rumah sakit
(kita sebut: sumber) dan seorang konsumen (kita sebut: penerima). Kedua pihak
akan terlibat dalam tindakan-tindakan, komunikasi, dan informasi untuk saling
memengaruhi Pengaruh dari rumah sakit di tentukan oleh sejumlah variabel, yaitu
daya tarik, belah kesamaan dengan si konsumen, keahlian, prestise, kejujuran,
dan statusnya Persepsi dari konsumen terhadap variabel-variabel tersebut
dipengaruhi oleh rasa percaya dirinya (termasuk dalam hal kemampuan
finansialnya), harga dirinya. agamanya, kelas sosialnya, kecerdasannya, dan
kepribadiannya.
Keputusan terakhir dari si konsumen akan dipengaruhi juga
oleh variabel-variabel situasional seperti ada/tidaknya alternatif sumber lain
(rumah sakit lain atau pelayanan kesehatan lain termasuk pelayanan kesehatan
tradisional), pendapat dari pihal pihak lain (keluarga, teman-teman, dan kerabat
lain), variabel fisik dan psikis (cukup tidaknya waktu tersedia untuk menimbang
sebelum mengambil keputusan, banyak sedikitnya isu yang harus diperhatikan,
kenyamanan lingkungan, dan proses komunikasi). Selain itu juga oleh
variabel-variabel hukum atau normatif (ikatannya dengan norma-norma tradisional
masyarakatnya, pandangan tetangga atau teman-temannya, dan lain-lain).
Si konsumen juga akan dipengaruhi oleh gambaran tentang
perbedaan apa yang akan terjadi (outcome) jika ia menggunakan pelayanan yang baru,
yaitu rumah sakit, dibanding jika ia tetap menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang selama ini dilakukannya. Dua outcome yang mungkin atau pati
dipertimbangkannya: (1) konsekuensi finansial, dan (2) respons para petugas
rumah sakit terhadap dirinya.
Dari contoh analisis tersebut menjadi jelaslah bahwa
proses tukar-menuka dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan menyadari akan hal
ini, diharapkan mereka yang hendak melaksanakan pemasaran memiliki pandangan
yang lengkap (comprehensive) dengan jelas melakukan analisis dalam menyiapkan
rencana pemasarannya. Di samping itu, hendaknya disadari pula bahwa
masing-masing pihak akan melakukan prediksi terhadap apa yang akan terjadi
(outcome).
2. Teori untuk Meramal Apa yang Terjadi
Sebagaimana disebut di atas, dalam rangka tukar-menukar,
masing-masing pihak melakukan ramalan yang akan menentukan berhasil-tidaknya
proses pertukaran. Banyak teori yang mencoba menguraikan tentang berhasil
tidaknya proses pertukaran. Namun demikian disini akan diuraikan hanya tiga
teori, yaitu teori ekonomi (economic theory), teori kesetaraan (equity theory),
dan teori kekuatan (power theory).
a Teori ekonomi
Para ahli ekonomi telah lama meneliti kondisi-kondisi
seperti apa yang muncul pada saat transaksi terjadi. Konsep dasar dalam
analisisnya adalah kepentingan pribadi (self interest). Individu-individu atau
organisasi-organisasi, jika dihadapkan pada dua atau lebih pilihan, cenderung
mengambil pilihan yang menjamin terpenuhinya kepentingan pribadi
sebanyak-banyaknya (maksimum) dalam jangka panjang. Maka dikatakan bahwa pada
hekekatnya manusia atau organisasi adalah pemaksimum manfaat (utility
maximizer). Interprestasi terhadap perilaku manusiawi ini dilandasi oleh teori
psikologi. Teori itu menyatakan bahwa manusia pada dasarnya merespon hal-hal
buruk dalam kegiatan kegiatannya, serta menimbang akibat atau konsekuensi dari
keduanya. Apakah suatu transaksi akan terjadi atau tidak antara dua pihak.
tergantung pada akibat atau konsekuensi yang diperhitungkan berdasar
untung-rugi atau benefit-cost oleh masing-masing pihak. Menurut teori ekonomi,
masing-masing pihak akan membuat estimasi terhadap perolehan keuntungan pribadi
yang akan didapat seandainya ia melibatkan diri dalam transaksi. Perolehan keuntungan
pribadi (K) adalah perbedaan antara manfaat keseluruhan (M) dan pengorbanan (P)
sebagaimana dilihat oleh masing-masing pihak. Bila diterapkan pada suatu pihak
(yaitu i), maka rumusnya adalah:
Ki-Mi-Pi
Jadi, suatu proses tukar-menukar dapat memiliki akhir
kejadian dalam tiga kemungkinan berikut.
1. Jika kedua belah pihak menimbang kebutuhannya tidak
akan terpenuhi, maka tidak akan terjadi transaksi. Bagi kedua belah pihak
transaksi merupakan sesuatu yang merugikan.
2. Jika kedua belah pihak menimbang kebutuhannya akan
terpenuhi, maka transaksi cenderung akan terjadi, karena bagi keduanya
transaksi merupakan sesuatu yang menguntungkan. Satu-satunya hal yang dapat
menggagalkan transaksi ini adalah kemungkinan adanya transaksi lain yang
kemudian diperhitungkan oleh salah satu atau kedua belah pihak sebagai lebih
menguntungkan.
3. Jika satu pihak akan diuntungkan dan pihak lain
dirugikan, transaksi tidak akan terjadi kecuali jika pihak yang akan
diuntungkan dapat menutup kerugian (mengompensasi), sehingga pihak yang akan
dirugikan akhirnya juga merasa untung.
Pihak yang akan diuntungkan dapat menurunkan sedikit
keuntungannya agar suasana saling untung dapat dicapai (win-win solution).
b. Teori kesetaraan
Salah satu cara agar dua elah pihak dapat mencapai
keadaan atau harga yang disepakati (transaction price) adalah dengan menimbang
perihal kesetaraan. Kedua belah pihak harus beritikad untuk mencapai suatu
keadaan yang menurut keduanya dianggap "adil" (fair). Misalnya saja,
dalam contoh di atas rumah sakit dapat menawarkan tarif pertolongan persalinan
yang setara dengan biaya yang dikeluarkan jika si konsumen menggunakan
pelayanan dukun. Untuk pertolongan persalinan menggunakan pelayanan dukun di
kampungnya, konsumen akan menghabiskan biaya rata-rata misalnya Rp 100 ribu,
tetapi ditambah diberi jejamuan untuk perawatan pascapersalinan, Jika rumah
saka menawarkan tarif Rp 100 ribu juga, tetapi perawatannya di ruangan yang
nyaman, bidan atau dokter yang ramah, dan diberi vitamin atau obat obatan pasca
persalinan, maka konsumen mungkin akan mau memnfaatkan pelayanan rumah sakit,
walaupun harus mengeluarkan biaya untuk transportasi. Tetapi jika tidak,
konsumen mungkin akan menolak pelayanan rumah sakit. Secara umum, teori
kesetaraan menyatakan bahwa dua belah pihak akan berupaya mencapai suatu
keadaan atau harga yang menurut keduanya dianggap adil.
c. Teori kekuatan
Teori kekuatan memiliki pandangan berbeda tentang
bagaimana dua pihak akan mencapai suatu keadaan atau harga yang mereka setujui
bersama. Teori ini memandang masing-masing pihak didorong untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya (maksimum) dengan menggunakan kekuatan. Jika
konsumen dalam contoh diatas memiliki kekuatan tawar (bargaining power) lebih
ketimbang rumah sakit, maka tarif yang disepakati akan di bawah Rp 100 ribu,
yaitu misalnya Rp 95 ribu. Jika rumah sakit memiliki bargaining power lebih
ketimbang konsumen, maka tarif yang disepakati sesuai dengan yang ditawarkan
rumah sakit (Rp 100 ribu).
Dalam hal ini lalu muncul pertanyaan "apa yang
menentukan kekuatan tawar". Menurut Richard M. Emerson (1962),
besar-kecilnya kekuatan tawar si A dibanding si B ditentukan oleh: (1) seberapa
besar A membutuhkan sumber daya yang dimiliki B, dan (2) seberapa banyak adanya
sumber daya tersebut pada pihak selain B. Artinya, mengacu contoh di atas,
konsumen memiliki kekuatan tawar lebih ketimbang rumah sakit, jika: (1) rumah
sakit sangat membutuhkan konsumen untuk memanfaatkan pelayanannya, dan (2)
terdapat banyak rumah sakit di kota tersebut.
Maka secara umum dapat dikatakan bahwa transaksi akan
terjadi jika kedua belah pihak merasa diuntungkan. Keadaan yang akhirnya
disepakati akan berada di antara keadaan maksimum yang diingini suatu pihak dan
keadaan minimum yang diingini pihak lainnya. Kesepakatan itu dipengaruhi oleh
pertimbangan akan keetaraan dan juga oleh kekuatan tawar.
C. PUBLIK DAN CITRA RUMAH SAKIT
Setiap rumah sakit memiliki publik, dan rumah sakit harus
mampu mengelola hubungan-hubungan yang bersifat responsif dengan sebagian besar
atau semua publik tersebut. Publik adalah suatu kelompok tertentu orang dan
atau organisasi yang memiliki kepentingan nyata atau potensial atau dampak
terhadap rumah sakit.
Publik muncul oleh karena kebijakan dan kegiatan-kegiatan
suatu rumah sakit dapat mengundang dukungan atau kritik dari kelompok-kelompok
di luar rumah sakit. Namun demikian, tidak semua publik memiliki kegiatan atau
nilai penting yang sama bagi rumah sakit itu. Publik yang disukai adalah publik
yang menyukai rumah sakit tersebut dan dukungannya diharapkan oleh rumah sakit.
Publik yang diupayakan adalah publik yang mendukung tujuan rumah sakit, tetapi
selama ini bersikap bersebrangan atau negatif terhadap rumah sakit tersebut.
Publik yang tidak disukai adalah publik yang bersifat negatif terhadap rumah
sakit dan berupaya untuk menjegal, menekan, atau mengendalikan rumah sakit,
Publik juga dapat diklarifikasi berdasar hubungan
fungsionalnya dengan rumah sakit. Rumah sakit dapat dipandang sebagai sebuah
mesin pengolah di mana publik masukan memasok sumber daya yang diproses dan
diubah oleh publik internal menjadi barang dan jasa yang dibawa oleh publik
antara kepada publik komsumsi yang dituju.
Yang termasuk ke dalam publik masukan adalah para donor
atau pendukung sumber daya, para rekanan yang memasok bahan-bahan dan peralatan
yang dibutuhkan rumah sakit, dan lembaga-lembaga pembuat kebijakan atau
peraturan (Departemen atau Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, dan lembaga lembaga
pemerintah lainnya).
Termasuk ke dalam publik internal adalah para manajer
(direktur utama, para direktur, para kepala unit/bagian/instalasi, dan para
pengelola lainnya). dewan penyantun atau dewan pengawas, karyawan (para dokter,
perawat, bidan tenaga fungsional lain, dan tenaga administrasi yang digaji oleh
rumah sakit), dan tenaga sukarelawan (termasuk para siswa perawat, siswa bidan,
sarjana kedokteran yang sedang magang, dan para peserta pendidikan dokter
spesialis).
Publik adalah pihal-pihak yang membantu rumah sakit
"menjual" pelayanannya. Misalnya saja perusahaan asuransi yang
berafilasi dengan rumah sakit tertentu dan fasilitator yaitu
perusahaan-perusahaan yang mendukung pelayanan rumah sakit seperti perusahaan
transportasi, perusahaan air minum, perusahaan listrik, perusahaan telepon, dan
lain-lain. Juga perusahaan-perusahaan pemasaran seperti biro iklan, konsultan
manajemen, perusahaan riset pemasaran, lembaga swadaya masyarakat, dan
lain-lain yang membantu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menyelenggarakan
promosi pelayanan rumah sakit.
Publik konsumsi adalah publik yang memanfaatkan keluaran
atau pelayanan rumah sakit. Termasuk dalam publik komsumsi yang utama adalah
pelanggan, yang bagi rumah sakit adalah klien/pasien. Rumah sakit memang
dibentuk untuk melayani pelanggan atau konsumen. Selain itu juga masyarakat di
sekitar rumah sakit, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat, media
komunikasi, dan pesaing.
Memerhatikan uraian tentang publik tersebut diatas, kita
menjadi maklum bahwa sebuah rumah sakit dikitari oleh banyak publik. Lalu
timbul pertanyaan: bagaimana hubungan publik dengan pasar? Publik dan pasar
memiliki arti yang berbeda, tetapi terdapat hubungan antara keduanya. Dari
sudut pandang rumah sakit, pasar adalah sebuah arena yang potensial untuk
tukar-menukar sumber daya. Agar rumah sakit dapat menjalankan fungsinya, maka
ia harus memperoleh sumber daya yang dibutuhkan melalui penukaran dengan sumber
daya yang dimiliki (yaitu produk atau pelayanan). Berdasar pengertian tersebut,
kita mendefinisikan pasar sebagai suatu kelompok tertentu dari orang dan atau
organisasi yang memiliki sumber daya yang ingin mereka pertukarkan atau patit
diduga ingin dipertukarkan, guna mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu.
Nah, jelas perbedaan antara pasar dengan publik. Publik
adalah suatu kelmpok yang memiliki dampak nyata atau potensial terhadap sebuah
rumah sakit. Jika suatu organisasi ingin mendapatkan sumber daya tertentu dari
publik melalui tukar-menukar, maka organisasi tersebut memandang publik tadi
sebagai pasar.
Sebuah rumah sakit yang responsif menaruh perhatian besar
terhadap bagaimana publiknya memandang dia dan pelayanannya. Respons dari
publik inilah yang dinamakan citra (image), yang tidak selalu harus sama dengan
kenyataan. Publik yang menangkap citra negatif dari rumah sakit tadi akan
menghindari, mengabaikan, atau bahkan menghina rumah sakit tersebut. Sedangkan
publik yang menangkap citra positif tentu akan menyukai rumah sakit tersebut.
Namun perlu dipahami bahwa rumah sakit yang sama, dapat dipandang positif oleh
suatu kelompok dan dalam waktu bersamaan dipandang negatif oleh kelompok yang
lain. Oleh karena itu, sangat perlu bagi sebuah rumah sakit untuk mencermati
citra positif bagi semua atau sebagian besar publik.
Sebuah rumah sakit tidak akan mendapat citra baik hanya
melalui kegiatan hubungan masyarakat (humas). Citra merupakan hasil (akibat)
dari perbuatan dan komunikasi yang dilakukannya. Perbuatan baik tanpa
komunikasi baik, atau komunikasi baik tanpa perbuatan baik, tidak cukup
menghasilkan citra baik. Citra yang baik akan cepat terbentuk jika rumah sakit
itu berhasil menciptakan kepuasan bagi pasien/ kliennya dan mengupayakan agar
orang-orang lain mengetahui tentang hal itu.
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang citra ini
adalah: (1) apakah citra itu sesungguhnya, (2) apa saja yang memengaruhi citra,
dan (3) bagaimana hubungan antara citra yang ditangkap seseorang dari sebuah
rumah sakit dan perilakunya terhadap rumah sakit tersebut. Citra dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari keyakinan, pemikiran, dan kesan yang
ditangkap seseorang dari suatu objek. Citra lebih dari sekedar keyakinan.
Keyakinan bahwa sebuah rumah sakit lebih mengutamakan kepentingan para dokter
dan perawatnya ketimbang kepentingan masyarakat hanyalah salah satu komponen
saja dari citra yang mungkin terpancar dari rumah sakit tersebut. Citra adalah
kombinasi dari keyakinan dengan pemikiran dan kesan yang ditangkap seseorang.
Oleh karena itu, hasil tangkapan ini bisa berbeda antara satu orang kelompok
dengan orang kelompok lain.
Teori tentang citra dapat dikemukakan untuk memahami
faktor-faktor apa yang memengaruhi atau menentukan citra. Terdapat dua teori
yang saling bertentangan. Salah satu teori menyatakan bahwa citra ditentukan
oleh objeknya (object-determined). Oleh karena itu, dikatakan bahwa (1) orang
cenderung mengingat pengalaman pertamanya berhubungan dengan suatu objek, (2)
orang cenderung menagkap dari suatu objek hal-hal yang dapat ditangkap dengan
pancainderanya, dan (3) orang cenderung memroses hal-hal yang dapat ditangkap
pancaindera dengan cara yang serupa. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa
citra ditentukan oleh orang yang memandang (person-determined). Untuk itu, maka
dikatakan bahwa (1) orang memiliki derajat kontak yang berbeda dengan objek,
(2) orang yang dihadapkan pada sebuah objek akan secara selektif memilih
aspek-aspek dari objek tersebut, dan (3) orang akan memroses secara berbeda
hal-hal yang ditangkapnya.
Apa yang terjadi sebenarnya adalah di antara kedua teori
tersebut. Yaitu bahwa citra dipengaruhi oleh baik hal-hal yang bersifat
objektif maupun hal-hal yang bersifat subjektif. Orang akan menagkap citra yang
lebih kurang sama, jika objeknya sederhana, sering dijumpai/ dialami, dan jika
objek itu relatif stabil dari waktu ke waktu. Sebaliknya, orang akan menangkap
citra secara berbeda, jika objeknya rumit, jarang dijumpai/ dialami, dan objek
itu berubah dari waktu ke waktu. Banyak yang beranggapan baha citra rumah sakit
sangat memengaruhi perilaku konsumen terhadap rumah sakit tersebut. Artinya ada
hubungan yang erat antara citra rumah sakit dan perilaku konsumen. Padahal
sesungguhnya hubungan itu tidaklah terlalu erat. Citra hanyalah salah satu
komponen yang membentuk sikap seseorang. Dua orang bisa memiliki citra yang
sama yaitu misalnya bahwa rumah sakit pemerintah di kotanya adalah rumah sakit
yang besar. Tetapi sikap mereka terhadap rumah sakit itu bisa berbeda bahkan
berlawanan. Si B mungkin lebih memilih rumah sakit swasta yang lebih kecil tetapi
dekat dengan rumahnya. Namun, betapapun citra adalah sesuatu yang penting
karena ia berbentuk dari perbuatan yang dilakukan rumah sakit dan komunikasi
tentang perbuatan itu.
D. KEPUASAN KLIEN/PASIEN
Rumah sakit yang responsif adalah rumah sakit yang melakukan
segala upaya untuk mengenali, melayani, dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
Kliew/pasien dan publiknya. Oleh karena itu, setiap rumah sakit seyogiannya
dapat mengukur seberapa responsifkah dirinya serta menetapkan bagaimana
meningkatkan kemampuannya untuk menciptakan kepuasan.
Rumah sakit yang tidak responsif adalah rumah sakit yang
(1) tidak mendorong adanya pertanyaan, keluhan, saran, dan pendapat dari
klien/pasiennya, (2) tidak melatih karyawannya untuk menjadi karyawan yang
peduli terhadap klien/pasien, dan (3) tidak melakukan pengukuran terhadap
kebutuhan atau kepuasan klien/pasiennya. Para karyawan rumah sakit ini
cenderung memiliki mentalitas birokratis, yaitu rutin, kaku, dan hirarkies,
sehingga rumah sakit pun berubah menjadi seperti mesin. Sementara itu, rumah
sakit yang responsif pun dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, yakni (1)
rumah sakit responsif biasa biasa saja, yaitu yang mendorong adanya pertanyaan,
keluhan, saran dan pendapat dari pasien/kliennya ala kadarnya saja, kerapkali
bahkan tidak diproses lebih lanjut: (2) rumah sakit sangat responsif, yaitu
tidak hanya melakukan survei kepuasan kerja tetapi juga survei kebutuhan yang
belum terpenuhi dari klien/pasien serta melatih karyawannya agar peduli klien/
pasien; dan (3) rumah sakit sepenuhnya responsif, yaitu yang selain melakukan
hal-hal tadi, juga mengikutsertakan klien/pasien dalam kegiatan-kegiatan
tertentu dari rumah sakit.
Betapa pun, yang seharusnya diupayakan leh rumah sakit
adalah kepuasan dari klien/pasiennya. Apa sebenarnya sepuasan itu? Kepuasan
adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh seseorang (klien/pasien) setelah ia
mengalami suatu tindakan atau hasil dari tindakan yang memenuhi
harapan-harapan. Jadi, kepuasan adalah perpaduan (fungsi) antara harapan dan
persepsi terhadap tindakan atau hasil tindakan.
Untuk memahami kepuasan, kita harus memahami bagaimana
orang membentuk harapannya. Harapan dibentuk atas dasar (1) pengalaman masa
lalu seseorang dengan situasi yang sama atau serupa, (2) pernyataan dari teman
atau kerabat lain, dan (3) pernyataan dari rumah sakit sendiri. Jadi, dapat
tidaknya rumah sakit memuaskan klien/pasien tidak hanya ditentukan oleh
kinerjanya, tetapi juga oleh harapan yang diciptakannya. Jika rumah sakit
menciptakan harapan yang terlalu tinggi, maka kemunginan ia akan tidak
memuaskan pasien kliennya. Bagaimana mengukur kepuasan klien/ pasien? Ada empat
cara yang dapat dilakukan rumah sakit untuk kepuasan klien/ pasiennya, yaitu:
1. Melihat indikator hasil pelayanan. Banyak rumah sakit
mengukur kepuasan klien/pasien dengan menghitung BOR, LOS, dan TOL. Ukuran ini
merupakan ukuran yang tidak langsung (indirect), dan sebenarnya tidak cukup.
Dalam situasi tidak ada pesaing, ukuran ini tidak mencerminkan keadaan
sesungguhnya, karena klien/pasien tidak memiliki pilihan lain.
2. Menampung keluhan dan saran. Banyak cara dapat
dilakukan dalam hal ini. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, membagikan
formulir tanggapan/komentar kepada klien/ pasien tertentu, membentuk unit/tim
pengaduan (ombudsman), membentuk komite pengawas perawat, dan lain-lain.
3. Menyelenggarakan panel pasien/klien. Membentuk
kelompok kecil klen/pasien untuk membahas hal-hal yag sudah baik dan kekurangan
kekurangan dari rumah sakit guna disampaikan kepada rumah sakit. Kelompok ini
berganti-ganti dari waktu ke waktu.
4. Menyelenggarakan survei kepuasan pasien. Cara ini
merupakan pelengkap bagi cara-cara lain tersebut di atas. Cara ini dapat
dilakukan sendiri oleh rumah sakit atau diborongkan kepada organisasi lain.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran akan menjadi
rumah sakit yang responsif. Yaitu rumah sakit yang melakukan segala daya upaya
untuk mengenali, melayani, dan memuaskan kebutuhan dan keinginan klien/pasien
dan publiknya dengan anggaran yang tersedia. Dengan demikian, maka siapa pun
yang berhubungan dengan rumah sakit tersebut menyatakan puas.
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RUMAH SAKIT (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas
agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dan berperan aktif dalam mewujudkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sehat dan mencegah
penularan penyakit di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) berupa
faktor perilaku fisik&non-fisik, faktor ekonomisosial, faktor geografi, dan
minimnya upaya promotif mengenai kesehatan khusunya PHBS di area fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut Sedyaningsih (2011), kasus infeksi nosokomial atau
infeksi yang terjadi ketika pasien dirawat di Rumah Sakit di seluruh dunia
rata-rata sembilan persen dari 1,4 juta pasien rawat inap.
Meski di Indonesia, data akurat tentang angka kejadian infeksi
nosokomial di Rumah Sakit belum ada, tetapi, kasus ini menjadi masalah serius.
"Infeksi nosokomial persoalan serius yang bisa menyebabkan langsung maupun
tidak langsung kematian pasien. Kasus infeksi ini terjadi karena masih
rendahnya standar pelayanan Rumah Sakit atau puskesmas (Kemenkes, 2011) Data
survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Instansi Kesehatan setiap
provinsi tahun 2004 menunjukkan masih di bawah 50% dari instansi kesehatan di
provinsi yang sudah baik pelaksanaan PHBS-nya (DepKes, 2004). Perlunya
pembinaan PHBS di Rumah Sakit sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit dan mewujudkan Instansi Kesehatan Sehat. Untuk
melaksanakan hal tersebut diatas promosi kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) sangat
diperlukan. PKRS berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan
pengunjung Rumah Sakit Tentang penyakit dan pencegahannya.Selain itu,promosi
kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien,
keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara positif dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, promosi kesehatan di
Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010).
Apa itu PHBS di Rumah
Sakit?
PHBS di Rumah Sakit adalah upaya memberdayakan pasien, masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Rumah Sakit yang Sehat.
Kenapa PHBS di Rumah Sakit
itu Penting?
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit dan sehat, sehingga berpotensi menjadi sumber penularan penyakit
bagi pasien, petugas kesehatan maupun pengunjung.
Tujuan PHBS di Rumah Sakit?
Tujuan PHBS di Rumah Sakit adalah membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat, mencegah terjadinya penularan penyakit, menciptakan lingkungan yang
sehat.
Apa Manfaat PHBS di Rumah
Sakit?
Bagi pasien/keluarga pasien/pengunjung
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan sehat, terhindar dari
penularan penyakit, mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan peningkatan
derajat kesehatan pasien.
Bagi rumah sakit
mencegah terjadinya penularan penyakit, meningkatkan citra fasilitas
pelayanan kesehatan yang baik sebagai tempat untuk memberikan pelayanan
kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
PHBS di Rumah Sakit:
1.Mencuci tangan pakai sabun (hand rub / hand wash).
2.Penggunaan air bersih.
3.Membuang sampah pada tempatnya.
4.Memberantas jentik nyamuk.
5.Tidak meludah sembarangan
6.Tidak merokok
dilingkungan Rumah Sakit.
ETIKA BATUK
Etika
batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan
mulut dengan tisu atau lengan baju. Hal ini berguna untuk mencegah penyebaran
bakteri atau virus ke udara sehingga tidak menularkannya kepada orang lain. Hal
ini wajib diperhatikan saat seseorang sedang batuk atau bersin.
Etika
batuk sangat efektif untuk menghindari penyebaran penyakit menular yang
disebabkan oleh air liur yang dapat berterbangan di udara, seperti coronavirus.
Selain itu, cairan yang mengandung virus tersebut juga dapat menempel selama
berjam-jam pada benda yang terkontaminasi. Hal ini terjadi ketika benda
tersebut dipegang, lalu tangan menyentuh wajah sehingga penyakit COVID-19 dapat
menimbulkan infeksi saat masuk ke tubuh.
Maka
dari itu, ketahui cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan etika batuk:
1.Gunakan
tisu untuk menutupi mulut dan hidung setiap kali akan batuk atau bersin.
2.
Jika tidak ada, kamu dapat mengarahkan batuk ke siku. Pastikan untuk tidak
batuk ke tangan atau udara terbuka.
Selalu
palingkan atau menjauhkan wajah dari orang-orang sekitar saat batuk atau
bersin.
3. Jika
menggunakan tisu, buanglah bekasnya segera di tempat sampah.
4,
Pastikan untuk mencuci tangan setelahnya dengan sabun dan air atau hand
sanitizer.
Dengan
mengetahui teknik efektif dan etika ketika batuk, kamu dapat mencegah orang
lain untuk terserang batuk atau bahkan lebih parah. Pastikan selalu melakukan
hal-hal tersebut pada kehidupan sehari-hari. Cara ini juga dapat memastikan
orang-orang yang kamu sayangi di rumah selalu terlindungi dari penyakit
berbahaya yang penyebarannya melalui batuk atau bersin
BUDAYA HIDUP SEHAT
Budaya hidup sehat adalah
kebiasaan menjalankan pola hidup yang bermanfaat bagi tubuh. Beberapa pola
hidup yang menjadi bagian budaya hidup sehat, seperti: Mengkomsumsi buah dan
sayur, tidak merokok,cek kesehatan berkala,melakukan aktivitas fisik secara
rutin,tidak mengkomsumsi minuman beralkohol, dan menjaga kebersihan lingkungan.
budaya hidup sehat adalah
suatu pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan.hidup dengan pola
makan, pikiran,kebiasaan dan lingkungan yang sehat. sehat dalam arti kata
mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik bagi
tubuh.
Jadi, budaya hidup sehat
bisa disederhanakan menjadi sebuah pola tindakan terstruktur dan terencana yang
bertujuan untuk menerapkan budaya hidup sehat secara berkelanjutan.
Ada banyak sekali manfaat
yang bisa diperoleh jika sudah menerapkan buday hidup sehat seperti terhindar
dari berbagai macam penyakit, tubuh dan kulit akan menjadi sehat, mencegah
penuaan dini, memiliki mental positif, terhindar dari stres berlebih, dan masih
banyak lainnya.
Tips budaya hidup sehat
1.mengkomsumsi buah atau sayur 🍇🥕
Nah mengkonsumsi sayur dan
buah setiap hari sebenarnya kita perlu mengikuti Pedoman Gizi Seimbang yaitu
sebanyak 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap hari atau setengah bagian
piring berisi buah dan sayur (lebih banyak sayuran) setiap kali makan.
2.tidak merokok 🚭
Merokok merupakan penyebab
kematian dini yang dapat dicegah. Perokok memiliki risiko tinggi untuk
berkembang menjadi penyakit kronis. Seperti aterosklerosis, penumpukan lemak
pada pembuluh darah arteri yang dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner,
serangan jantung dan stroke.
3.cek kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan secara
berkala penting dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuh. Selain itu,
pemeriksaan kesehatan secara berkala juga dapat mengantisipasi dan mencegah
penyakit jenis tertentu misalnya diabetes.
4.melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Dalam melakukan aktifitas
fisik setiap hari. Hal ini diperlukan untuk menjaga tubuh dalam keadaan prima
dan seluruh anggota tubuh berfungsi dengan baik.Aktifitas fisik selama 30 menit
memberikan banyak manfaat terhadap kesehatan. Diantaranya membuat tubuh bugar,
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, hingga kesehatan pencernaan.
5.tidak mengkomsumsi minuman beralkohol.
Kenapa, sih, minuman
beralkohol itu tidak boleh dikonsumsi sembarangan Nah,Mengonsumsi alkohol
sembarangan ternyata dapat membuat kerusakan pada otak.Tentu saja hal ini juga
dipengaruhi oleh seberapa banyak Anda minum, usia, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga dalam konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan dapat memicu
terjadinya amnesia dan demensia.
6.menjaga kebersihan lingkungan.
Nah tema-teman Mengapa kita perlu menjaga kebersihan lingkungan? Agar
lingkungan sehat, bersih dan nyaman ditempati berkegiatan. Agar terhindar dari
ancaman kuman penyakit. Agar terhindar dari bencana akibat lingkungan yang
buruk. Agar lingkungan terhindar dari pencemaran.
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)
Mengatasi masalah kesehatan masih
menjadi sebuah tantangan serius di Indonesia. Kini setidaknya masih ada triple burden atau tiga masalah
kesehatan penting terkait pemberantasan penyakit infeksi, bertambahnya kasus
penyakit tidak menular dan kemunculan kembali jenis penyakit yang seharusnya
telah berhasil diatasi.
Perubahan pola hidup masyarakat yang
makin modern menjadi salah satu dasar GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dicanangkan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Mengenal GERMAS - Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
GERMAS
adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan
kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini
juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat
dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.
Program ini memiliki
beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air minum,
instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang layak huni.
Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan
masyarakat hidup sehat.
Langkah-Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Setidaknya terdapat beberapa
langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Langkah-langkah
tersebut merupakan bagian penting dari pembiasaan pola hidup sehat dalam
masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko dialami oleh
masyarakat Indonesia. Berikut ini langkah-langkah GERMAS yang dapat menjadi panduan menjalani pola
hidup yang lebih sehat.
- Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. - Makan Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun. .
Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi agar anak mau makan buah dan sayur, untuk hal ini anda dapat mengaplikasikan jurus tips anak mau makan buah dan sayur sebagai berikut yaitu salah satunya dengan mengkreasikan makanan dari buah dan sayur dengan mengubahnya menjadi tampilan yang menarik, contohnya dari karakter kartun yang disukai anak menggunakan buah tomat dan sayur ketimun sehingga tadinya anak susah makan buah dan sayur menjadi mau makan sayur dan buah
Adapun salah satu kampanye GERMAS adalah kampanye makan buah dan
sayur yang memberikan informasi betapa besarnya manfaat dan
kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari. Karena anda harus memahami
pentingnya kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari, berikut adalah dampak
akibat kurang makan buah dan sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya
seperti permasalahan BAB, peningkatan risiko penyakit tidak menular, tekan
darah tinggi dan lainnya.Dengan memahami pentingnya perilaku makan buah
dan sayur, diharapkan masyarakat dapat dengan lebih aktif untuk meningkatkan
kampanye makan buah dan sayur untuk tingkatkan kesehatan masyarakat
di seluruh Indonesia
- Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
Dan Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman
beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik itu efek buruk
bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di sekitarnya.
- Melakukan Cek Kesehatan Berkala
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Diantaranya adalah dengan melakukan cek kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini memiliki manfaat untuk dapat memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
Ada beragam informasi media cek kesehatan yang memberikan tips cek kesehatan secara berkala, apa saja sebenarnya jenis cek kesehatan berkala yang dapat anda lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan anda? Berikut adalah beberapa contoh pengecekan yang bisa dilakukan. - Cek
Kesehatan Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) Secara Rutin
Melakukan Pengecekan Berat Badan berguna agar anda bisa mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang nantinya dapat menentukan apakah berat badan dan tinggi badan Anda sudah berada dalam kondisi ideal atau berisiko terkena penyakit tidak menular (PTM) - Cek Lingkar Perut Secara Berkala
Dengan melakukan Cek Lingkar Perut secara berkala anda bisa mengontrol lemak perut, jika berlebihan dapat menyebabkan penyakit seperti stroke, diabetes hingga serangan jantung - Cek Tekanan Darah
Pengecekan Tekanan Darah dapat membantu anda mendeteksi adanya risiko stroke, hipertensi hingga jantung - Cek Kadar Gula Darah Berkala
Anda dapat mengetahui kadar glukosa dalam darah dengan jenis pengecekan kesehatan berkala ini, hasilnya anda dapat mengetahui potensi diabetes - Cek Fungsi
Mata Telinga
- Cek Kolesterol Tetap
Pengecekan Kolesterol terbagi tiga yaitu LDL (Kolesterol "Buruk"), HDL (Kolesterol "Baik") dan Trigliserida - Cek Arus Puncak Ekspirasi
Pengecekan ini adalah salah satu cek kesehatan dalam pengujian fungsi paru, pengecekan ini biasa dilakukan pada penderita asma atau penyakit lainnya untuk menilai kemampuan paru-paru - Cek dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Pengecekan ini biasanya dilakukan dengan pemeriksaan berkala seperti Test PAP SMEAR dan Test IVA - Cek Sadari Periksa Payudara Sendiri
Lalu berikutnya dalam ragam cek kesehatan berkala yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri. - Menjaga Kebersihan Lingkungan
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar. - Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
Secara umum, tujuan GERMAS adalah menjalani hidup yang lebih sehat. Gaya hidup
sehat akan memberi banyak manfaat, mulai dari peningkatan kualitas kesehatan
hingga peningkatan produktivitas seseorang. Hal penting lain yang tidak boleh
dilupakan dari gaya hidup sehat adalah lingkungan yang bersih dan sehat serta
berkurangnya resiko membuang lebih banyak uang untuk biaya berobat ketika
sakit.
Penyandang Penyakit Tidak
Menular (PTM)
Penyandang Penyakit Tidak Menular
(PTM) seperti diabetes, hipertensi merupakan salah satu kelompok yang rentan
COVID-19. Untuk itu mari kita lindungi diri dan keluarga yang kita sayangi dari
COVID-19. Selengkapnya mari kita simak info berikut ini : "PANDUAN BAGI
ORANG DENGAN FAKTOR RISIKO DAN PENYANDANG PTM Di ERA PANDEMI COVID-19"
1. Bagi Pasien DM,
Rutin periksa gula darah di rumah
dan perhatikan tanda peningkatan gula darah seperti : sering buang air kecil
terutama pada malam hari, sering merasa kehausan, lelah, lesu, sakit kepala.
2. Bagi Pasien Hipertensi,
Rutin periksa tekanan darah di
rumah, perhatikan peningkatannya. Gejalanya sering tidak dirasakan, dapat
berupa nyeri kepala, jantung berdebar, penglihatan kabur, leher kaku.
3. Bila mengalami gejala Infeksi
Saluran Nafas
Demam, batuk, sesak nafas, segera
lapor ke petugas kesehatan/ datang ke IGD terdekat.
4. Minum obat Secara Teratur
Sesuai anjuran Dokter
Simpan nomor kontak dokter atau
fasyankes tempat anda berobat.
Beberapa hari sebelum obat habis
segera hubungi kontak tersebut dan konsultasikan tentang kelanjutan konsumsi
obatnya.
5. Bagi peserta BPJS penyandang PTM
Yang mengonsumsi obat-obatan setiap
hari, dapat meneruskan obat-obatan sampai dengan 2 bulan tanpa bertemu dokter
yang merawat namun diharapkan melakukan konsultasi melalui telepon dengan
dokter.
TEKNIK PRONING DI RUMAH SAKIT
Apa itu
teknik proning?
Teknik proning adalah serangkaian
posisi tertentu yang dilakukan untuk mengatasi gangguan pernapasan. Teknik ini
dapat membantu tubuh mengembalikan kadar oksigen secara alami. Konon, posisi
proning berasal dari olahraga yoga.
Dengan melakukan proning,
diharapkan saturasi oksigen pasien dapat kembali ke angka normal, yaitu di atas
94%. Saat ini, teknik proning masuk menjadi salah satu pilihan pengobatan yang
direkomendasikan untuk mengatasi masalah pernapasan.
Apa saja
manfaat teknik proning?
1. Meningkatkan saturasi oksigen
2. Menurunkan risiko pemakaian
ventilator di rumah sakit
Selain memperbaiki saturasi
oksigen, proning juga membantu mencegah pemakaian alat ventilator pada pasien
dengan gangguan pernapasan akut.
3. Mengurangi angka kematian akibat
gangguan pernapasan akut
Bagaimana
cara melakukan teknik proning?
1. Posisikan tubuh di atas tempat
tidur dengan posisi tengkurap. Letakkan bantal di bawah leher, di bawah dada,
serta di bawah tulang kering kaki.
2. Ganti posisi Anda menjadi
berbaring menghadap ke kiri atau kanan. Taruh bantal di bawah kepala, samping
perut bawah, dan di antara kedua kaki.
3. Duduk dengan posisi kaki
diluruskan. Letakkan bantal di belakang punggung dan kepala sebagai sandaran.
KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PELAYANAN RUMAH SAKIT
Kepuasan
pasien adalah hasil penilaian dari pasien terhadap pelayanan kesehatan dengan
membandingkan apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan pelayanan kesehatan
yang diterima disuatu tatanan kesehatan rumah sakit .
Mengapa
Rumah sakit harus mengukur kepuasan pasien ?
Karena
Pengukuran kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan
yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila pasien merasa tidak
puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat
dipastikan tidak efektif dan tidak efisien.
Tujuan
kepuasan pasien?
Kepuasan
pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari
kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya.
Mengetahui
kekurangan masing-masing tingkat kelemahan penyelengaraan pelayanan. Mengetahui
kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan.
Sebagai bahan penetapan kebijakan yang
ALAT
PELINDUNG DIRI
Alat pelindung diri
(APD) yaitu seperangkat alat yang dipakai tenaga kerja membuat perlindungan
beberapa atau semua badannya dari ada potensi bahaya atau penyakit akibat
kerja. NIOSH menyebutkan alat pelindung diri (APD) alat yang memiliki kekuatan
melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Pemakaian alat pelindung diri
ditujukan membuat perlindungan atau mengisolasi pekerja dari hazard kimia atau
fisik dan biologi yang mungkin didapati. Alat pelindung diri dipakai mesti
penuhi syarat-syarat yakni enak digunakan, tak menggangu kerja, memberi
perlindungan yang efisien pada jenis bahaya
Jenis – jenis Alat
Pelindung Diri (APD) :
a. Sarung tangan
Penggunaan sarung tangan
mempunyai tujuan membuat perlindungan tangan dari kontak darah, semuanya jenis
cairan badan, sekret, ekskreta, kulit yg tidak utuh. Selaput lendir pasien dan
benda yang terkontaminasi.
b. Pelindung
muka/masker/kaca mata
Penggunaan pelindung
muka ditujukan membuat perlindungan selaput lendir hidung, mulut, dan mata
sepanjang bertindak atau perawatan pasien yang sangat mungkin terjadinya
percikan darah dan cairan badan lain.
C.Penutup kepala
Maksud penggunaan tutup
kepala yaitu menghindar jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit
kepala petugas pada alat- alat/daerah steril serta demikian sebaliknya membuat
perlindungan kepala/rambut petugas dari percikan bahan – bahan dari pasien.
d. Gaun pelindung
(pakaian kerja/celemek)
Maksud penggunaan gaun
pelindung yaitu melindungi petugas dari peluang genangan atau percikan darah
cairan badan lain yang bisa mencemari pakaian atau seragam.
e. Sepatu pelindung /
sepatu safety
Maksud penggunaan yaitu
melindungi kaki petugas dari tumpahan/percikan darah atau cairan badan yang
lain dan terhindar dari peluang tusukan benda tajam atau kejatuhan alat
kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar